34. Kesepakatan

8.5K 683 56
                                    

Shikha: "Makasih banyak untuk kalian yang di chapter sebelumnya udah ngasih pendapat soal sikap Shikha yang terkesan egois.
Itu berguna banget buat Shikha renungkan. Dan pastinya agar Shikha bisa buat keputusan yang cepat dan tepat. 🤗😘"

Author: "Iye iye, udah paham kan lu. Ya udah kagak usah bikin orang nunggu kelamaan deh. Bikin keputusan secepatnya."

Shikha: "I....iya kak thor. Ini Shikha mau ngomong."

Author: "Oh, ya udah. By the way, nanya dong. Rata-rata readers-nya Shikha kisaran umur berapa sih? Ada yang masih 18 tahun ke bawah?"

♡♡♡

Aku berjalan ke arah pintu ruang kerja Mas Aham. Mengetuknya dengan pelan agar tidak menimbulkan suara yang berisik. Karena aku tau, priaku itu sedang sibuk dengan pekerjannya. Itu kenapa dia nggak mengerjakannya di kamar kami. Katanya tidak ingin mengganggu tidurku.

Tapi, nyatanya aku nggak bisa tidur. Sampai waktu menunjukkan pukul 12 malam pun, aku belum bisa memejamkan mataku. Setelah berpikir cukup lama, tentang obrolanku dengan Ayah dan Bunda kemarin, aku semakin merasa bersalah sama Mas Aham.

Dia udah banyak berkorban untuk beberapa hal. Profesinya harus dia tanggalkan untuk sementara demi perusahaan Daddy, lalu masalah jodoh pun terkesan udah diatur oleh orang tuaku, bahkan sekarang urusan anak pun masih harus mendengarkan pendapatku. Egois kalau aku masih pertahanin keinginanku sendiri.

Setelah mengetuk, aku langsung membuka pintu ruang kerja Mas Aham.

"Mas!" Panggilku.

Terlihat dia sedang fokus mengerjakan sesuatu di depan layar laptopnya.

Terlihat dia sedang fokus mengerjakan sesuatu di depan layar laptopnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas!" Kupanggil dia sekali lagi. Dia pun akhirnya menoleh.

"Hmmm?" Dehemnya, dengan intonasi seperti bertanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hmmm?" Dehemnya, dengan intonasi seperti bertanya.

"Mas sibuk, ya?" Tanyaku ragu.

"Ada apa?" Tanyanya balik, tanpa menjawab pertanyaanku.

Istrinya Tuan JeniusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang