17. Piknik

11.1K 797 12
                                    

Liburan musim panas akhirnya di depan mata. Aku sudah menanyakan pada Oline apakah aku boleh melakukan piknik secara pribadi di kebun anggur milik keluarganya. Dan ternyata, dia menyetujuinya. Bahkan dia bercerita bahwa di tengah-tengah kebun anggur itu memang dibikin taman dengan lapangan luas berlapis rumput hijau. Ditambah beberapa pohon mangga dan pir. Juga dibangun satu buah gazebo untuk dijadikan tempat beristirahat.

Kebetulan, kebun anggur itu dibuka untuk umum setiap hari Minggu dan hari libur nasional. Tapi katanya jika ada yang ingin menyewa untuk pribadi selama seharian, juga boleh. Dan tentunya akan membayar lebih banyak dibanding untuk umum. Tapi yang mengejutkannya lagi, khusus untukku dan Mas Aham, digratiskan. Sebab kata Oline, keluarganya dengan keluarga Daddy sudah lama bekerja sama.

Aku agak sedikit kaget sih, karena usaha kebun anggur milik keluarga Oline juga termasuk memproduksi minuman anggur beralkohol yang usianya sampai berpuluh-puluh tahun. Katanya perusahaan minuman anggur milik keluarganya selalu menjadi penyetok utama minuman anggur untuk bisnis hotel dan restoran milik keluarga Daddy Joseph.

Oh, dari sini aku baru tahu kalau dua di antara bisnis yang digeluti keluarga Daddy adalah hotel dan restoran. Ya nggak apa-apa sih. Toh, aku orangnya nggak terlalu memusingkan pekerjaan Mas Aham, selagi dia nyaman dengan pekerjaannya. Tapi aku agak kurang setuju kalau dia harus menjalankan perusahaan yang di dalamnya harus menjual suatu barang yang haram. Biar nanti aku tanyakan padanya.

"Mas ada waktu luang nggak, liburan musim panas ini?" Tanyaku pada Mas Aham, ketika kami sudah berada di kasur. Bersiap hendak tidur. Biasanya kami memang melakukan pillow talk sebelum benar-benar akan terlelap.

"Ada. Tidak tentu. Kapan Mas mau libur, nanti jadwal yang lain bisa menyesuaikan."

"Oh ya? Kalau gitu Mas bisa ikut piknik sama Shikha, dong." Seruku antusias.

"Piknik?" Tanya Mas Aham dengan kedua alis yang bertaut.

"Iya, piknik. Beberapa hari lalu aku udah bicarain ke Oline, katanya kebun anggur milik keluargnya biasa dibuka untuk umum setiap hari Minggu. Dan boleh juga disewa satu kebun untuk seharian. Aku pengin banget piknik di tengah-tengah kebun anggur sama Mas. Hanya kita berdua. Nggak diganggu sama yang lain. Mau, ya?" Pintaku dengan puppy eyes andalanku.

Mas Aham nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

"Baiklah. Kapan kita piknik?"

"Kalau besok lusa, gimana?"

"Bisa. Apa yang harus dipersiapkan?"

"Barang-barang untuk piknik. Kayak karpet, keranjang piknik yang di dalamnya nanti bisa kita isi dulu dengan buah anggur. Trus ada juga keranjang berisi roti dan jus. Vas bunga, dan perintilan-perintilannya untuk piknik lainnya."

"Ya sudah. Nanti Mas minta siapkan pada asisten Mas."

"Jangan!" Cegahku.

"Loh, kenapa?"

"Aku pengin nyiapin sendiri, Mas. Okelah untuk keranjang dll bisa disiapin sama asisten Mas. Tapi seperti makanan dan minumannya aku pengin nyiapin sendiri."

"Iya, itu bisa diatur. Kamu mau Mas bantu?"

"Apanya?"

"Nyiapin makanan sama minumannya."

"Boleh emangnya? Soalnya kita nggak pernah nyentuh alat-alat dapur di rumah ini. Kan, pasti selalu disiapkan koki pribadi."

"Bisa, lah. Mas kan, anak majikan mereka. Rumah juga rumah Daddy. Memangnya siapa yang berani melarang?"

Kok Mas Aham jadi sombong gini, ya?

◇◇◇

Dua hari kemudian aku dan Mas Aham benar-benar merealisasikan rencana piknik kami di kebun anggur milik keluarga Oline. Ketika kami sampai, rupanya semua sudah disiapkan. Baik karpet, juga hal-hal yang berhubungan dengan piknik.

Istrinya Tuan JeniusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang