Aku nggak PHP kok. Up date emang maunya hari ini.
Tapi aku kan kerja dulu, guys. Nggak mesti pagi, kan 😂♡♡♡
Hari ini adalah tepat hari di mana acara ulang tahun perusahaan berlangsung. Dan malam ini adalah malam puncaknya. Sebab semua karyawan perusahaan berkumpul di satu tempat yang luas. Hanya saja, ada terdapat perbedaan yang sangat mencolok di sini. Antara para petinggi dengan karyawan biasa disediakan tempat yang berbeda. Tentunya masih berdasarkan pangkat dan jabatan masing-masing individu.
Acara akan dimulai sekitar pukul 7 malam. Aku, Mas Aham dan Daddy, berangkat dengan sebuah mobil Limousine. Bayangin aja kan, mobil berbadan panjang itu hanya memuat kami berempat, yang sudah termasuk sopir.
Mubazir banget, tahu.
Ya sudahlah. Ngapain juga aku mikirin hal kayak gitu. Sultan mah, bebas. Udah kubilang kan, kekayaan Daddy Joseph itu jauh banget di atas keluargaku. Bahkan dua kali lipatnya perusahaan keluarga Tante Kiran.
Aku dan Mas Aham duduk saling berdempetan. Awalnya tadi cuma berisisian biasa. Tapi lama-lama Mas Aham makin mendekat.
Sedangkan Daddy, beliau duduk sendirian di seberang kami. Melihat muka Daddy, aku baru ingat, kalau aku belum ngobrol lagi soal kelanjutan rencana beliau mau belajar Islam.
"Dad, bagaimana dengan rencana Daddy untuk mempelajari Islam?" Tanyaku pada pria yang usianya sepantaran dengan Ayah ini.
"Loh, memangnya suamimu tidak memberitahumu?" Tanya beliau balik.
Aku seketika menoleh pada Mas Aham di sampingku. Dia malah mengalihkan tatapan ke arah lain. Ih, dasar. Aku pikir dia nggak peduli sama sekali dengan Daddy. Taunya diam-diam, tanpa sepengetahuanku dia punya caranya sendiri dalam menunjukkan rasa sayangnya pada Daddy.
"Oh, baiklah. Nanti kita bicarakan lagi, Dad. Hanya berdua. Mas Aham tidak perlu terlibat." Ucapku santai. Pura-pura tidak sadar, kalau saat ini Mas Aham sedang memelototiku.
"Nanti Mas yang akan kasih tahu kamu." Sanggahnya terdengar tegas.
Nggak butuh waktu yang lama, akhirnya kami pun sampai di depan bangun bertingkat yang aku sendiri nggak tau apa itu. Entah itu kantor pusat, cabang, atau salah satu hotel berbintang lima. Aku juga nggak ngerti. Yang pasti, ketika kami keluar dan turun dari mobil, di hadapanku sudah terbentang karpet merah yang memanjang sampai ke pintu masuk. Berasa kayak lagi menghadiri acara AMI AWARD aja. Hahaha.
Banyak cahaya kelap kelip dari lampu kamera yang menyoroti kami. Aku yang ndeso ini hanya bisa terpaku di tempatku berdiri. Berasa jadi artis dadakan. Sementara itu, Mas Aham sedang sibuk membantu Daddy untuk pindah ke kursi rodanya. Dan setelah itu, dia memintaku mendekat dan ikut beridiri di belakang kursi roda milik Daddy Joseph.
Kurasakan dekapan Mas Aham dari arah samping. Satu tangannya melingkar di pinggangku, sedangkan yang satunya lagi memegang gagang kursi roda dan bersiap mendorongnya. Karena gagang yang satunya bebas, maka aku juga ikut mendorongnya.
"Rileks, tidak perlu tegang." Bisik Mas Aham.
Aku menoleh, seketika memelototkan kedua bola mataku. "Gimana Shikha nggak tegang, Mas? Mimpi jadi artis aja Shikha nggak berani. Lah, ini. Jadi istrinya pewaris tunggal MT.Corporation? Shikha belum siap jadi bahan gosip orang-orang seantero UK." Balasku rada sengak.
Mas Aham hanya melirikku sekilas, nggak ngebalas omonganku lagi. Tapi secara tersirat, mencoba untuk menenangkanku dengan lebih menenggelamkan tubuhku dalam dekapannya. Selain itu juga, beberapa wartawan sudah mulai berusaha untuk mewawancarai kami. Terutama Daddy dan Mas Aham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istrinya Tuan Jenius
Mizah21+ pokoknya. Shikha mengira, Aham adalah kakak kandungnya. Namun, setelah keduanya kedapatan tidur di dalam satu kamar, Ayah dan Bunda mereka tiba-tiba saja memutuskan bahwa mereka berdua harus menikah. Malam itu, Aham baru saja pulang dari studi S...