Kulihat, Mas Aham berdiri dari posisi duduknya. Kemudian menoleh ke arahku yang tengah berjalan ke arah mereka. Belum juga aku sampai, Mas Aham sudah membalik tubuhku dan membawaku kembali ke meja Oline dan Yusuf. Kedua orang tua Oline dan Yusuf diminta pindah ke meja yang saat ini ditempati oleh Daddy dan si cewek cabe dan 1 orang pria paruh baya lainnya. Kutebak itu adalah Megan dan bapaknya.
"Loh, kenapa kita duduk di sini, Mas?" Tanyaku, mewakili orang-orang yang ada di meja yang kami tempati saat ini. Kulihat ekspresi Oline dan Yusuf nggak kalah takjubnya.
"Menghindari keributan." Jawab Mas Aham singkat.
Maksudnya?
"Selamat malam, Mr.Matthiew." Sapa Oline dan Yusuf ramah. Tapi lebih kelihatan kayak sungkan gitu.
"Ya, selamat malam." Balas Mas Aham datar. "Saya dan istri saya bergabung bersama kalian di sini. Di tempat duduk saya sebelumnya ada Wewe Gombel." Ucapnya terdengar santai.
Heh?
Bukan hanya aku yang heran. Tapi Oline dan Yusuf lebih-lebih ke arah speachless. Ya elah Mas Aham. Mana tahu, mereka sama Wewe Gombel.
"Hehe, Wewe Gombel itu adalah sejenis makhluk astral berjenis kelamin wanita yang memiliki dua buah pepaya yang besar dan panjang bisa sampai menyentuh bumi." Jelasku pada keduanya. Walau kelihatannya masih agak bingung, tapi mereka kompak mengangguk tanda paham.
"Mas kok bawa aku ke sini? Shikha kan nggak jadi ngelabrak si Wewe Gombel." Seruku, tiba-tiba saja kembali teringat niatku sebelum Mas Aham membawaku kemari.
"Sudah Mas bilang, kalau Mas ingin menghindari keributan." Jawabnya datar.
"Tapi, kan...."
Belum juga aku selesai ngomong, Mas Aham sudah menenggelamkan tubuhku di dalam pelukannya dengan sangat kencang. Woy, ini mah nggak uwu. Tapi penyiksaan namanya. Aku hampir nggak bisa napas, loh. Untung Mas Aham wangi. Kalau beraroma asem kan, aku mungkin udah pingsan.
"Maaas. Lepas, ah. Shikha sesak napas, ini." Rengekku kesal.
Sekuat tenaga aku mendorong tubuhnya agar menjauh. Tapi kekuatanku nggak bisa menandingi Mas Aham.
"Makanya diem. Bisa kaleman sedikit, tidak?" Tanyanya kemudian. Dengan tetap memelukku tapi nggak sekuat sebelumnya.
"Iya. Shikha diem, deh." Jawabku akhirnya. Dan Mas Aham pun beneran melepas pelukannya.
Aku akhirnya bisa bernapas lega. Sambil membetulkan posisi khimar dan cadarku, aku melirik ke arah Oline dan Yusuf. Keduanya langsung kompak membuang pandangan ke arah lain. Yusuf tampak bersiul-siul sambil menggaruk kepala. Sedangkan Oline mengetuk-ngetuk meja sembari menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Bisa dibayangin deh, gestur orang yang lagi salah tingkah. Haha, mereka pasti geli ngeliat interaksiku sama Mas Aham.
Nggak menunggu waktu lebih lama, acara pun dimulai. Setelah pembukaan, kemudian diisi dengan kata-kata sambutan dari para petinggi perusahaan. Yang mana di sini salah satunya adalah sang CEO, Mas Aham suaminya Shikha. Uwehehehe....
Saat Mas Aham berdiri, lalu sepanjang perjalanan menuju podium, suara tepuk tangan yang meriah terdengar begitu bergemuruh. Aku yang biasanya emang suka heboh, sebisa mungkin menahan diri untuk nggak bertindak konyol. Apa kata orang nanti, kalau sang pewaris perusahaan MT.Corporation memiliki istri yang absurd? Bukan cuma Mas Aham yang akan malu, tapi Daddy dan aku sendiri.
Dari tempat aku duduk saat ini, bisa kulihat wibawa Mas Aham begitu terpancar. Kharismanya begitu memukau dengan penampilan dirinya yang bersetelan tuxedo yang dipadu dengan celana kain slim fit. Wajahnya yang tegas, menggambarkan sosoknya yang begitu dihormati dan dikagumi banyak orang. Hmmm....terutama para kaum hawa.
Kulihat ke sekeliling ballroom. Rata-rata wanita, dari yang usia 20-an sampai 50-an, nggak sungkan memandangi Mas Aham dengan tatapan lapar. Ih, apaan dah? Kanibal dong, mereka. Ngeliat Mas Aham aja, lapar.
"Mr.Matthiew memang idola para wanita. Beruntung sekali, Shikha. Kau bisa menjadi istrinya. Ah, andai ada pria lainnya seperti Mr.Matthiew, mungkin aku tidak akan pernah bosan jika menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Dan lebih mengagumkan lagi, pria seperti Mr.Matthiew itu adalah paket lengkap sebagai seorang suami idaman."
Aku mendelik ke arah Oline yang tampak tersenyum-senyum di tempatnya.
"Berhentilah berhayal, Oline. Kau tak lihat, tatapan mata istri dari pria yang kau puji, sudah berubah karena ucapanmu itu." Seru Yusuf, sambil menyentil dahi Oline. Rasain. Siapa suruh muji-muji suamiku.
"Eh, maaf Shikha. Aku tak bermaksud apa-apa. Demi Tuhan, aku tidak ada niat untuk mengambil Mr.Matthiew darimu. Lagi pula, aku sudah sangat yakin, bahwa Mr.Matthiew sangat mencintaimu. Kau lah wanita satu-satunya di dalam hatinya."
"Tidak usah banyak bicara. Kau pikir Shikha tidak tau soal itu." Sanggah Yusuf lagi. Sedangkan Oline bersiap akan membalas perbuatan Yusuf yang sepertinya cukup membuatnya kesal.
Di sela perdebatan mereka, aku tiba-tiba mendengar suara Mas Aham yang memanggil namaku.
"Shikha, my wife. My little wifey." Ada jeda, sebelum aku menoleh ke arahnya. "Stand up please, honey." Pintanya. Eh! Apa tadi katanya?
Menghiraukan rasa terkejutku karena panggilan Mas Aham, aku pun berdiri dan memberi salam kepada seluruh hadirin yang ada di ballroom ini. Tanpa kata, hanya membungkuk sambil mengangguk beberapa kali. Otomatis hampir semua pasang mata terjutu pada diriku.
"She is the one. In my life, until jannah." Ucap Mas Aham lagi, dengan tatapan mata yang melembut.
Dua kalimat itu, dua kalimat yang berhasil membuat hatiku menghangat. Secara tersirat, Mas Aham mengumumkan tentang kehidupan pribadinya pada khalayak ramai. Mungkin, tujuannya agar nggak ada lagi pemberitaan miring tentang dia yang sempat berhubungan dekat dengan beberapa wanita di sekitarnya. Salah satunya adalah Mbak Megan Rivia Rinor. Sekalian juga supaya wanita itu sadar diri dan nggak berusaha bertindak impulsif, bahkan lebih dari yang dia lakukan tadi.
Usai memberi kata sambutan, Mas Aham langsung turun dari podium. Lalu mengambil tempat, duduk tepat di sampingku.
"Mas, suaminya Shikha." Seruku, kemudian memeluknya dari samping.
Mas Aham membalas pelukanku, sembari mengecup pucuk kepalaku dengan sayang. Dapat kurasakan tatapan penuh iri dengki dari sebagian besar mata para kaum hawa. Terutama Mbak Megan. Bahkan wanita itu sudah bersiap hendak meledakkan amarahnya. Tapi ditahan oleh pria tua di sampingnya. Sadar aja lah, ya. Si bapak pasti nggak mau nama baiknya tercoreng kalau sampai dia berbuat nekat.
"Mas bilang tadi, nggak pengen terjadi keributan. Maksudnya itu, Mas nggak mau Shikha berantem sama Mbak Megan, kan?" Tanyaku, setelah memahami kata-katanya sebelum ini.
"Hmmm. Istri Mas Aham tidak boleh bertindak kekanak-kanakan. Kalau mau lawan orang jahat, harus dengan cara yang elegan. Paham?" Tanya Mas Aham dengan suara begitu pelan. Mungkin sepertinya hanya aku yang bisa mendengarnya.
"Paham, dokter Aham." Jawabku manja.
Saking gelinya sama kelakuanku sendiri, aku refleks membenamkan wajahku pada dekapan dada bidang Mas Aham. Nanti pas pulang, aku kasih dia satu ronde deh, ya. Biar makin disayang. Hihihi.
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Istrinya Tuan Jenius
Humor21+ pokoknya. Shikha mengira, Aham adalah kakak kandungnya. Namun, setelah keduanya kedapatan tidur di dalam satu kamar, Ayah dan Bunda mereka tiba-tiba saja memutuskan bahwa mereka berdua harus menikah. Malam itu, Aham baru saja pulang dari studi S...