-Delapan

2.1K 172 249
                                    

{Jangan lupa VoMen}

Hujan deras mengguyur kota Jakarta, membuat siapa saja akan masuk kedalam rumah mereka masing-masing. Begitupun dengan Sheril, rambut dan pakaiannya basah kuyup ia baru saja pulang dari Mall ia hanya pergi sendirian, tanpa di temani Devano ataupun teman-temanya.

Langkah jenjangnya menaiki anak tangga, tiba-tiba ia berhenti karena pundak nya terasa berat, Devano lah pelaku nya.

"Sher...abis dari mana? kamu kok basah kayak gini sih."tanya Devano.

"Gak usah kepo! Nanti lama-lama kaya Dora loh! mau loh?"jawab Sheril dengan sinis. Lalu Sheril melepaskan tangan Devano yang ada dipundaknya dan berlenggang pergi untuk mengganti pakaiannya.

Tidak berselang lama keduanya sedang berada didalam kamar mereka. Petir yang sedari tadi saling bersautan membuat siapa saja akan ketakutan mendengarnya, begitupun dengan Sheril ia menutupi telinganya dengan bantal agar tidak mendengar suara petir yang menakutkan itu.

"Jagoan kok takut ama petir."sindir Devano.

"Bacod diem Lo!"sahut Sheril yang tangannya masih berpegang erat pada bantal yang sedang menutupi telinganya.

Devano merebahkan tubuhnya di pinggir tubuh Sheril, ia tidak menghiraukan suara petir yang menggelarkan itu, ia hanya memandangi langit-langit yang ada dikamarnya.

Tiba-tiba suara petir yang suaranya dua kali lipat lebih besar dari sebelumnya datang, yang membuat Sheril terkejut dan berteriak sekencang-kencangnya.

Aaaaa!!!

Sheril refleks merangkul erat tubuh Devano. Devano terkejut, jantung nya berdebar kencang. Selama satu bulan menikah, baru kali ini Devano dipeluk erat oleh Sheril, ia merasakan kenyamanan dalam pelukan itu. Ia memejamkan matanya dan tidak mau melewatkan momen langka dalam hidupnya ini.

"Aku ingin selamanya kamu ada dipelukan ku Sheril, aku janji akan selalu menjagamu, dan aku berjanji akan membuatmu jatuh cinta kepada ku suatu saat nanti."batin Devano.

Sheril yang tersadar kalau ia sedang memeluk Devano itupun ia langsung melepaskan pelukannya.

"Kok Lo diem aja sih? orang mah nyingkir dong, dasar cowok mesum!"sentak Sheril.

"Aku kan suami kamu, yah kalo dipeluk istri mah wajar aja dong."sahut Devano lantang.

"Dasar nyebelin!"gerutu Sheril.

o0o

"Sher...aku mau pergi ke kantor dulu yah, kamu baik-baik di sini yah,"kata Devano lalu ia menyesap kopi yang sudah disuguhkan oleh pembantunya tadi.

Sheril dan Devano sudah pindah dari rumah orang tua devano dan memilih untuk membeli rumah baru seminggu yang lalu.

"Lebay Lo! Kaya Gw nya anak kecil aja,"sahut Sheril gadis itu dengan lahap nya memakan sarapan nasi gorengnya.

"Aku pergi dulu yah. Assalamu'alaikum,"ucap Devano dan berlenggang pergi dari hadapan Sheril.

"Waalaikumsalam"balas Sheril.

Tidak berselang lama Devano terduduk lemas di anak tangga depan rumahnya.

"Sher...tolong Sher!"teriak Devano.

"Apa lagi sih ni om-om,"gerutu Sheril sambil mencibikan bibirnya dan pergi menghampiri Devano.

Sheril yang melihat Devano yang terduduk lemas itu malah tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha!!! gak usah drama deh Lo, gw tau Lo itu cuman caper doang kan, buruan ih bangun jangan kaya bocil,"ucapnya sambil berkacak pinggang.

"Beneran Sher kayak nya kaki kanan aku kambuh lagi nyeri nya,"sahut Devano sambil meringis kesakitan.

Lama-kelamaan tubuh Devano melemas karena tidak kunjung juga mendapat pertolongan dari Sheril, Devano pun pingsan, dan membuat Sheril ketakutan.

"Ehh Vano, bangun Lo! Lo pingan beneran apa boongan? Masa cowok kok pingsan,"kata Sheril ia sambil menepuk-nepukkan tangannya ke pipi Devano.

Sheril yang mengetahui Devano yang tak kunjung bangun itu pun, ia langsung merogoh kantong celananya dan mengambil benda gepeng untuk menelpon Ambulans.

o0o

Devano dibawa kerumah sakit terdekat untuk di tangani.
Sheril merasa sangat bersalah, batin nya selalu menggerutu menyalahkan dirinya sendiri dan sering kali ia mengumpat kata-kata kasar.

"Seandainya saja tadi Gw langsung nolongin Vano, pasti Vano gak bakalan kayak ginih. Dasar Sheril BODOH!!!"ucapnya sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Tidak berselang lama Dokter yang menangani Devano itupun keluar, dan membuat Sheril terbangun dari duduknya untuk menanyakan keadaan Devano sekarang.

"Gimana Dok keadaan Devano?"tanya Sheril.

"Apakah anda istri pak Devano?"Dokter itupun bertanya balik pada Sheril.

"I-ia,"jawab Sheril dengan gugup.

"Pak Devano hanya kelelahan yang membuat kaki kanannya itu merasakan nyeri yang sangat hebat. Pak Devano hanya butuh istirahat yang cukup, jangan sampai diulangi lagi yah."kata Dokter itu menerangkan.

"Ia, terima kasih Dok"

"Ia, sama-sama. Ya sudah saya permisi dulu,"sahut Dokter itu lalu pergi dari hadapan Sheril.

o0o

"Katanya Lo gak boleh terlalu capek,"ucap Sheril tanpa mengalihkan pandangannya dari benda gepeng nya itu "kalo gituh besok Lo cuti aja, itukan perusahaan milik bokap Lo jadi Lo bebas dong mau apa aja"lanjutnya.

"Iya Sher."jawab Devano.

Ingin rasanya Sheril meminta maaf kepada Devano namun mulut nya seperti terkunci rapat, ia gengsi untuk mengungkapkan itu.

"Aduh bilang gak yah?"batin Sheril.

Akhirnya mulutnya terbuka untuk mengungkapkan sesuatu.

"Devano gw---"ucapnya menggantung"pengen ee bentar dulu."lanjutnya,
Sheril langsung ngacir meninggalkan Devano yang sedang merebahkan tubuhnya di kasur.

"Kirain mau ngomong apa."ucap Devano.

Spam Next disinih!

-see you in the next chapter-

"Terima kasih"

My Husband Is DisabledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang