-Empat Belas

1.6K 131 169
                                    

Baca dulu dong chapter sebelumnya!

VoMen dulu yah:)

Hari-hari pun berlalu, begitupun dengan hati Sheril, hatinya lama-lama mulai luluh dengan Devano. Apakah ia sudah jatuh cinta?

"Van sini,"Sheril menyuruh Devano untuk duduk di sampingnya.

"Kenapa Sher?"Devano pun langsung mendekat, Sekarang mereka berdua sedang diruang tamu.

"Nih mau nggak?"tawar Sheril.

"Apa ini?"Devano bertanya balik.

"Tadi gua abis dari supermarket sama Aini dan Reva, dan gua liat snack ini ternyata enak, coba deh makan!"ucap Sheril sambil menyodorkan snack kentang ke Devano.

Lalu mereka berdua menikmati Snack kentang itu, dan tidak sadar kalau makanannya sudah berantakan dibibir dan baju mereka.

"Sher, itu dibersihin dulu bibir kamu tuh banyak serbuk snack."suruh Devano.

"Kamu juga berantakan kali."celetuk Sheril.

"Sini aku bersihin,"Devano mendekatkan mukanya ke muka Sheril.

"Ehh..mau ngapain Van?"tanya Sheril yang membuat Devano menghentikan aksinya.

"Mau ngebersihin di bibir kamu,"jawab Devano dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan.

"Yang ngebersihinkan tangan buka muka lo!"Beo Sheril.

Devano meraih dagu Sheril."Iya ngebersihinnya gini nih, Cup!."Devano menempelkan bibirnya tepat di bibir Sheril, membersihkan sisa-sisa serbuk itu dan sesekali bermain dibenda kenyal itu.

Sheril pun langsung membulatkan matanya, keringat dingin ia rasakan.
Entah mengapa akhir-akhir ini Devano sangat nekat sekali.

Sheril yang sadar akan aksi Devano itu pun langsung mendorong tubuh Devano kuat-kuat, lalu menatap wajah Devano dengan penuh amarah, matanya mulai berkaca-kaca dan nafasnya mulai tidak beraturan.

"Gua ngga suka!"ucap Sheril dengan penuh penekanan, lalu iapun pergi meninggalkan Devano yang sedari tadi hanya diam mematung.

Devano yang menyadari akan perbuatannya itupun langsung menyesal.

"Aghh...Sial!"Devano mengacak rambutnya frustasi, "Sher, Tunggu!"lanjutnya.

Devano pun langsung berlari menyusul Sheril namun sial kamarnya sudah dikunci rapat oleh Sheril.

"SHER BUKA PINTUNYA!"teriak Devano.

"SHER... MAAFIN AKU, AKU NYESEL AKU KHILAF, BUKAIN YAH PINTUNYA!"Devano mengacak rambutnya frustasi.

"SHER... DENGERIN PENJELASAN AKU DULU, SHER!"lanjutnya sambil menggedor-gedor pintu kamar.

Sedari tadi Devano sudah berteriak-teriak namun nihil, Sheril tetap tidak membukakan pintu namun sebenarnya Sheril sedang menyadarkan tubuhnya dibalik pintu sambil mendengarkan celotehan Devano. Dadanya sesak seperti tertusuk-tusuk dan air matanya dari tadi sudah membasahi pipinya.

"Beginikah jadi istri? Apa gua sanggup untuk melepaskan mahkota yang sudah Delapan Belas tahun gua jaga?!"batin Sheril menggerutu, "Maafin gua, Devano,"cicit Sheril yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Drettt

Merasa ada yang bergetar disaku celananya lantas Devano pun langsung mengambil benda gepeng miliknya itu, dan langsung menggeser tombol hijau.

"Halo kenapa?"tanya Devano dengan raut wajah gusar.

"Gimana berhasil lagi nggak?"tanya seseorang didalam telpon itu.

My Husband Is DisabledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang