-Dua Belas

1.6K 146 188
                                    

-Biasakan untuk mencet Vote dan Komen!-

Surat cerai dari pengadilan sudah di terima oleh Nindy dan Afendy, keduanya sudah resmi bercerai dan harta gono-gini sudah mereka bagi.
Hati Nindy begitu hancur, berkali-kali ia terus menangis tetapi setelah ia mendengar omongan dari Sheril dan Riska_mama Devano, hatinya menjadi tenang. Dan sekarang Nindy tinggal di rumah baru Sheril dan Devano.

"Sher, aku pergi dulu yah,"ucap Devano, langkah jenjangnya menuruni anak tangga untuk pergi keluar, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika bahunya terasa berat.

"Buru-buru amat! Mau kemana emang? Ini kan hari minggu, pasti kamu libur kan?"tanya Sheril heran.

"Iya libur, tapi aku mau pergi Ama temen-temen aku, gak lama ko Sher,"jawab Devano, tangannya sembari mengelus surai rambut Sheril yang sudah membuat candu Devano.

"Cewe?!"tanya Sheril lagi.

"Cowo lah, aku pergi dulu yah gak enak ditungguin soalnya,"jawab Devano meyakinkan, "Gak papa kan?"lanjutnya bertanya.

"Gak lama kan? Aku takut sendirian soalnya, mama juga lagi main di rumah mama Riska,"ujar Sheril sambil memainkan gelang tangan Devano.

"Iya, gak lama ko Sher, jaga baik-baik dirimu yah,"ucap Devano finis, tanpa basa-basi lalu ia keluar menuju mobilnya dan meninggalkan Sheril dirumah sendirian.

"Hati-hati Vano,"cicit Sheril yang hanya bisa terdengar oleh dirinya sendiri.

o0o

"Reva, Assalamu'alaikum,"Sheril mengetuk pintu lama, rumah Reva.
Merasa tidak ada yang membukanya, lantas ia pun menerobos masuk ke rumah Reva yang sangat megah itu.

"WOY! KELUAR KAU, WAHAI PENGHUNI RUMAH INI!!!"teriak Sheril tanpa rasa malu.

Merasa ada yang berteriak-teriak dirumahnya, ia pun langsung turun kebawah untuk melihat siapa pelakunya.
Langkah jenjangnya menuruni anak tangga satu persatu, karena rumahnya terdapat dua lantai.

"Woy! Reva, budek lu yah? Gua panggilin juga dari tadi gak nyaut-nyaut!"geram Sheril.

"Eh.... Sheril, yah maaf kamar gua kan dikedap suara, jadi gak kedengaran,"sahut Reva sambil cengengesan.

"Pembantu lu mana?"Sheril bertanya.

"Pulang kampung, katanya anaknya lagi mau lahiran,"jawab Reva, "Keatas yuk, ada Aini tuh."lanjutnya dan dibalas anggukan oleh Sheril.

"WOY! DARI MANA LU? BARU NONGOLIN BATANG IDUNGNYA!"ucap Aini kelewat ngegas.

"Baru juga gua dateng, kuping gua langsung kena serangan jantung gara-gara ngedenger omongan lu, Aini-Aini."gerutu Sheril.

"Hah?! Ko kuping Sheril punya jantung,"ucap Aini sambil menarik kuping Sheril untuk ia lihat.

"Sakit anjing!"maki Sheril sambil menepis tangan Aini dari kupingnya.

"Ko kuping gua gak ada jantungnya?"tanya Aini sambil merogoh-rogoh kupingnya.

"Bego!"Reva melempar bantal tepat di wajah Aini, dan membuat sang empunya gelagapan.

"Ihh... Reva kejam!"gerutu Aini sambil membalas melempar bantal kearah Reva namun langsung di tepis olehnya.

"Aini-Aini, mau diomong polos tapi lu tau gitu-gituan. Haduh... Bingung gua,"ucap Sheril frustasi.

"Aini kan anak bontot,"sahut Aini sambil menekuk raut wajahnya.

"Apa sangkut pautnya ama anak bontot?"tanya Reva heran.

"Udah-udah jangan ladenin Aini, kalo dia ngomong di Iya in aja."celetuk Sheril.

"Ih... Sheril Ama Reva sama aja,"Aini menggantungkan ucapannya, "Sama-sama kejam."lanjutnya.

My Husband Is DisabledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang