Jangan lupa VOMENT!❤️Happy reading❤️
-
-
-
-"Aku akan selalu menemani mu, seperti bintang yang selalu menemani bulan."
-Baby SDua bulan berlalu kini perut Sheril sudah sangat besar, jalan saja rasanya berat, kandungannya sudah berusia sembilan bulan lebih dua Minggu.
Keluarga nya sudah tidak sabar menantikan hari kelahiran cucu pertamanya, kalo kata mama Riska nya mah "Uhh aku tidak sabar pengen gendong cucuku!"katanya dengan girang.
Sheril sedang duduk di sofa ia sandarkan punggungnya di sofa itu, tangannya yang kurus nan putih mengelus-elus perut nya yang besar seperti balon.
Sedangkan Devano sedang duduk di ruang kerjanya yang terletak di samping kamar, jari-jarinya dengan lihai menekan-nekan keyboard komputer, disamping itu ada beberapa tumpukan berkas yang belum selesai ia kerjakan. Dengan cepat ia kerjakan semuanya agar ia bisa menemani istri tercinta nya.
Tangan Sheril masih setia mengelus perut nya senyumnya masih belum pudar, tiba-tiba senyum itu tergantikan dengan raut wajah seperti menahan kesakitan. Mangkin lama rasa sakit itu semakin kuat jarinya sampai meremat kuat ujung bajunya.
Ia mengalami kontraksi, punggungnya sangat sakit, dan perutnya terasa mengeras.
"Aghh sakit banget, apa aku mau mati? ah enggak-gak mungkin!"batin nya.
Tubuh Sheril sampai terjatuh lemas kebawah ia tidak sanggup lagi menahan rasa sakit itu.
"Devano!!!" ia berteriak memanggil suaminya yang berada di lantai dua.
Tidak lama kemudian sang empunya pun datang dengan tergesa-gesa."A-ada apa Sher? kamu kenapa sayang?"tanyanya dengan raut wajah hawatir.
"Van perut aku sakit banget, aku enggak kuat."
Devano yang mendengar itu'pun langsung membopong istrinya, ia berniat membawa istrinya itu ke rumah sakit.
Beberapa menit kemudian ia sudah sampai ke rumah sakit terdekat. Lalu ia membopong tubuh istrinya dan membawanya kedalam.
"Dok! tolong istri saya mau melahirkan!" ia berteriak-teriak seperti orang gila.
"Ayo pak bawa istrinya ke ruang persalinan,"ucap dokter yang bernama Susi.
Devano menemani persalinan istrinya, mulutnya sedari tadi berkomat-kamit memanjatkan doa untu keselamatan istri dan calon anaknya.
Ia tidak sanggup melihat istrinya yang sedang bertaruh nyawa demi sang buah hati, keringat yang bercucuran, teriak-teriakan Sheril yang menggema seisi ruangan itu. yah, istrinya yang sedang bertaruh hidup atau mati.
"Van a-aku takut,"cicit Sheril dengan gemetar.
"Sayang kamu jangan takut yah ada aku disini aku akan selalu disamping kamu. kamu yang sabar yah, aku akan selalu doain kamu dan anak kita." Devano menenangkan istrinya, ia tidak berbohong bahwa ia sebenarnya juga takut, tapi ia yakin istrinya pasti bisa melawati semuanya.
"Ayo Bu dikit lagi, kepalanya sudah terlihat, ayo Bu!"seru dokter Susi.
"Eughhhhhh!!!"
"Eughhhh!!!"
"Eughh, SAKIT!"
"Ea ea ea!"
bayangin aja itu suara bayi><
"Alhamdulillah!"
Kini ruangan yang penuh ketegangan itu berubah menjadi tangis haru kebahagiaan, telah lahir lah sang buah hati.
"Selamat yah Bu, bayi nya laki-laki."kata Bu Susi sambil tersenyum.
"Sayang kamu berhasil!"ucap Devano lalu mencium jidat istrinya.
o00o
Keluarga Devano dan mama Sheril datang keruamah sakit itu, bahkan Reva dan Aini pun langsung bergegas ke rumah sakit saat mendengar kabar bahwa Sheril sudah melahirkan.
"Alhamdulillah sayang kamu melahirkan dengan selamat," kata mama Nindy lalu ia mencium jidat anaknya.
"Ya ampun gemesh banget pipi nya!"mama Riska menggendong Baby S sambil menoel-noel pipi yang gemoy itu.
"Woy tante gantian dong Aini pengen liat juga!!!"teriak Aini dari luar ruangan.
"Aini berisik lo! sabar dikit napa,"geram Reva.
Tidak lama kemudian keluarga Devano dan mama Nindy keluar, kini gantian sahabat Sheril yang masuk.
"Aduh-aduh ganteng banget! auuu pipinya embul!" Tuk "auu sakit!" Aini mengaduh kesakitan lantaran Reva menjitak keras jidatnya.
Sheril dan Devano hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah konyol sahabat nya.
"Aku juga mau gendong!"seru Aini
"Nih awas hati-hati entar jatoh kelar hidup lo!"Reva memperingati.
"Aini juga tau kali!"lalu ia menggendong Baby S dengan hati-hati.
o00o
Satu hari berlalu kini Sheril sudah diperbolehkan pulang kerumah.
Dirumahnya sedang mengadakan syukuran atas lahirnya Baby S.Keluarga Sheril, keluarga Devano, sahabat Sheril, bahkan rekan-rekan kerja Devano pun hadir. Mereka datang tidak dengan tangan kosong, ada yang membawa baju celana bayi, ada yang bawa perlengkapan makan bayi, dot bayi, handuk bayi, dorongan bayi, kasur bayi lengkap bantal gulingnya dan ada juga yang membawa popok juga.
Dari semua pengunjung yang datang hanya Aini yang paling heboh ia tidak bisa menahan kebahagiaan nya, dan yah kalian harus garis bawahi karena Aini itu penyuka anak kecil apalagi yang pipi nya gemoy-gemoy, "UGHHH GEMESHHHHH!"
Dari awal sampai akhir acara syukuran itu berjalan dengan lancar, Sheril dan Devano tidak bisa lagi menahan kebahagiaan nya, senyum kebahagiaan selalu terukir di wajah mereka.
"Sayang aku janji akan selalu menemani kamu dan anak kita, aku akan selalu menyayangi kalian, walau kaki ku tidak seutuh seperti kamu, tapi aku janji akan selalu menjaga mu dan anak kita sepenuh jiwa dan ragaku walau nyawa sebagai taruhannya, aku siap!"ucap Devano sambil menggenggam erat jari tangan Sheril.
Sheril tidak bisa lagi membendung air matanya, lalu ia memeluk erat suaminya. Dulu ia sangat membencinya seiring berjalannya waktu benci itu berubah menjadi cinta dan membuahkan hasil.
Telah lahir anak pertama Devano dan Sheril sekaligus cucu pertama dari keluarga yang bermarga Dakara dan keluarga Sheril. Telah lengkap sudah kebahagiaan mereka.
Anak Devano dan Sheril diberi nama STEVANO DAKARA.
~~~
see you in the next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Disabled
Teen FictionSheril Lea, gadis remaja yang masih duduk di bangku SMA, ia dijodohkan oleh orangtuanya karena, ada masalah hutang dimasa lalunya. ia dijodohkan dengan Devanno Dakara, pemuda tampan dan baik hati, tetapi ia menggunakan kaki palsu, alias cacat karena...