13. PERPISAHAN YANG MENGHARUKAN

2.7K 226 1
                                    

Bel istirahat berbunyi,para siswa siswi berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka, adapula beberapa siswa yang lebih memilih berdiam diri dikelas masing.

Sedangkan Aruna memasuki kelas santai dengan tas yang menggantung di bahu kirinya.
"Kata pak Adi lu ijin" ujar Eca saat Nana menaruh tas dimejanya.

"Ho.oh gue ijin sampe jam istirahat. Ada tugas gak tadi?" Tanyanya pada Eca dan dibalas gelengan kepala.

"Kuy kuy kuy kuyyyy" ujar Rivan sambil memasukan tangan ya di saku celana, ia dan arvi berdiri di pintu kelas Eca dan Nana. Setelah mengenal Nana,arvi memang lebih sering berkumpul dengan 3 orang itu kecuali jika ada kegiatan, maklum saja ia tergolong siswa aktif di sekolahnya.

Mereka berempat memasuki kantin dan segera mencari meja kosong, para lelaki memesan makanan mereka berempat sedangkan perempuan tinggal menunggu sambil bersantai di kursi mereka, nikmat bukan menyandang gelar "perempuan adalah ratu"

"Silahkan paduka ratu" ujar arvi sambil tersenyum menaruh makanan pesanan mereka dimeja, sedangkan Rivan mendumel "pokoknya balik sekolah cewe-cewe yang nyetir, gak mau tau pokoknya" sedangkan yang lain geleng-geleng melihat Rivan.

"Perhitungan banget sih, kek arvi gitu loh. Ganteng,baik menomor satukan perempuan. Iya gak vi?" Ujar Eca meminta persetujuan arvi.

Sudah menjadi hal umum jika Eca dan Rivan bersama maka akan ada keributan, tapi heranya dari dulu mereka bersama meski tiada hari tanpa ribut.

"Udah deh, ribut Mulu. Herannn" ujar Nana menengahi mereka.

"Ehmm Naaa.." panggil arvi ragu. Hal itu membuat ketiga orang itu menatapnya bertanya, tumben banget ketos satu ini ragu.

"Kenapa Vi?" Tanya Eca padanya

"Maaf ni sebelumnya,bukanya gue ikut campur apa gimana. Tapi 2 hari yang lalu gue liat lo jalan sama om-om malem-malem. Bukanya gue gimana gitu ya, tapi kalo Lo ada masalah atau butuh bantuan bisa minta tolong ke gue, gak perlu sungkan" ujar ervi lirih agar hanya mereka bertiga yang mendengar.

Nana mengerutkan dahinya, lalu tersenyum tipis. Kemudian mengambil ponselnya dan memperlihatkan foto ia dan Daddynya.

"Maksud Lo dia Vi?" Tanya Nana sambil memperlihatkan sebuah gambar
Rivan,arvi dan Eca menganga dengan gambar yang diperlihatkan Nana, lelaki itu mencium Nana di pipinya dan memeluk Nana.

"Na.. Lo gak-" ujar Eca terpotong saat Nana berucap "dia bokap gue cuy, ya kali gue jadi lonte" ujar Nana memotong perkataan Eca.

"Hah, serius?" Tanya Rivan dan arvi sambil mengamati gambar di ponsel Nana.

"Gue bersyukur banget ketemu kalian,kenal walaupun gak lama,thanks banget udah nawarin bantuan dan meminta penjelasan itu cukup berarti banget. But, I want go. Gak lama sih, tergantung bokap gue" ujar Nana.

"Gimana,gimana?" Tanya Eca meminta penjelasan.

"Gue bakal berkunjung ke negara bokap gue. Kalian bisa liat bokap gue WNA kan. Gak tau pasti sih berapa lama, tergantung sekolahnya" ujar Nana.

"Terus Lo mau pindah gitu?" Tanya arvi pada Nana.

"Gak kayanya, Senin depan kita kelas online kata bokap, Jakarta udah mulai lockdown gegara covid. Berarti gue masih ikut kelas" ujar Nana

"Hah kok Lo udah tau?" Tanya arvi

" Dikasih tau bokap 3 hari yang lalu" ujar Nana santai.

"Bokap lu tau dari mana na?" Tanya Rivan penasaran.

"Mentri pendidikan kayanya, gak tau juga gue." Ujar Nana acuh

"Serius elah, halu Mulu lu" ujar Rivan pada  nana.
"Gak percaya yaudah" jawab Nana

"Kayanya iya deh, soalnya dari pihak sekolah baru tau kemaren sore terus, gue tau dari pembimbing itu tadi pagi pas rapat Van" ujar arvi membenarkan

"HAH!!" Teriak Eca dan Rivan bebarengan.
"Gilaa na, seberpengaruh apa bokaplo. Temenya orang dalem semua njirr" ujar Rivan.

"Kek kalian gak aja. Ngaca woy!" Ujar Nana dengan temannya yang merendah ini.

"Bokaplo orang mana na?" Tanya Eca setelah lama tanpa suara. Ia dari tadi melihat galeri di ponsel Aruna.

"Korean-amerika, blasteran" ujar Nana.

Braaakkkk

Gebrakan meja kantin menggema, menjadikan hiruk pikuk kantin sepi tak bersuara. Sedangkan penghuni menatap bingung 2 pemuda yang diikuti seorang gadis dengan keadaan  rambut dan seragam acak-acakan. Dia adalah David,alga dan sepupu alga, issabel

"Maksud Lo apa ngebully Isabel, ngancem Isabel hah, sok jago lo" tanya David sambil menekankan pertanyaannya.

Sedangkan Nana kebingungan dengan drama didepannya
"Maksud Lo apa kak?" Tanya Nana.

"Lo bully dia, Lo ngancem dia biar dia gak ngebocorin rahasia Lo yang main sama om-om kan." Ujar David pada Nana.

"Atas dasar apa Lo nuduh gue ngelakuin itu hah.?" Tanya Nana pada David.

"Dia yang ngomong sendiri sama gue. Dasar jalang." ujar David.

Nana tersenyum samar sambil membenarkan rambutnya yang berantakan.
"Denger ya jangan pernah nuduh tanpa bukti, Lo bisa dituntut atas nama tuduhan pencemaran nama baik dan satu lagi Lo mau bukti kan kalo gue bully dia nih gue kasih liat" Aruna mendekati Isabel

"Jadi ini yang namanya Isabel, udah jadi rahasia umum kalo Lo begitu terobsesi buat milikin David, gak usah sembunyi dibalik muka polos Lo. Jangan kira selama ini gue masa bodo bukan berarti gue diem aja ya, ini yang namanya bully" ujar Nana lalu menyiram Isabel dengan sisa minumannya. Hal itu sontak membuat David dan alga meneriakkan namanya

"ARUNA!!!

"Lain kali dicari bukti dulu bodoh" ujar Aruna tepat didepan alga.

Ponsel Aruna berbunyi namun tak diindahkan oleh pemiliknya.

"Isabel drama Lo kurang briefing, lain kali kalo buat drama dilancarkan dulu" ujarnya pada Isabel.

"Lo bisa tanya murid lainya yang nonton disini, atau temen-temen gue. Mereka saksi kalo gue gak ngapa-ngapain dia." Ujar Nana pada alga dan David.

"Gue harap setelah ini Lo nyesel kak, terlepas Lo kakak gue atau bukan. Dan buat Lo Isabel, jangan meremehkan orang mentang-mentang Lo anak orang kaya. Bisa jadi orang yang Lo anggap biasa bisa jadi bissa mematikan buat Lo"  ujar Nana

Kemudian pergi sambil menerima panggilan.
"Sure, wait a minute dad" ujarnya sambil melirik mereka bertiga dan berlalu pergi.

***

DANDELION - ARUNA ADHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang