19. KANTOR DADDY

2.3K 197 13
                                    

Aruna terbangun saat waktu menunjukkan pukul 10 pagi, perutnya terasa berat saat terasa sebuah lengan memeluknya. Ia menghela nafas, sudah jadi kebiasaan beberapa bulan ini adik dari ayahnya selalu seperti ini.

Ia menyingkirkan lengan pamanya namun justru semakin erat pelukannya.
"Oppa tolong lepas dulu" pinta Ara pada Seung-hwan

"Biarkan seperti ini sebentar" ujarnya dengan suara serak khas bangun tidur dan menyembunyikan wajahnya di leher Ara sesekali memberikan kecupan di leher dan pipi.

"Enough oppa. Wake up atau aku tak mau bicara denganmu lagi" ujar Ara tegas. Sedangkan Seung-hwan mendengus tak suka dan dengan terpaksa mengangkat lengannya dari perut Ara.

Kemudian ara bersiap untuk memulai ujian kenaikan kelas onlinenya. Ia menenteng leptop dan beberapa buku menuju meja makan.
"Aku akan ikut Daddy kekantor" ujar Ara pada keluarganya.

Sedangkan Xavi bertanya-tanya apa yang membuat anaknya mau ikut denganya ke kantor padahal sebelumnya ia menolak.
"Dengan senang hati princess" ujar Xavi enggan membuat mood anaknya yang jelek.

"Pamanmu dimana sayang" tanya grandma.

"Kamar Ara grandma, sudah Ara bangunkan tadi" ujarnya

"Baiklah kita sarapan dulu, kita tinggal saja dia" ujar grandpa dan mereka mulai melakukan sarapan bersama.

Sebuah gedung menjulang tinggi, sebuah mobil berhenti di lobby Dan turunlah Aruna turun dari mobil milik Daddynya sambil mendekap leptop dan buku di lengannya.

" Let's go baby" ujar Xavi sambil menarik tangan Ara agar bersisihan. Banyak Karyawan yang menatap mereka penasaran dan selalu membungkukkan sebagai sapaan pada Xavi.

Aruna terkesan dengan sifat Daddynya, bagaimana bisa ia bisa membuat semua orang tunduk padanya?, Begitu pikirnya.

Ia memasuki sebuah ruangan yang tak lain milik Daddynya itu.
"Duduklah disitu sayang, kalau ada apa² jangan sungkan bilang Daddy Hem" ujarnya dan diangguki Ara.

Seorang lelaki memasuki ruangan Xavi sambil membawa sebuah tab, ia adalah sekertaris Xavi "bacakan agenda hari ini" titah Xavi saat lelaki itu tiba di hadapannya.

Waktu berjalan dan memasuki jam makan siang, ujian online Arunapun berjalan lancar dan menjadi hari terakhir ia menjalani ujian kenaikan kelas. Matanya memandang setiap sudut ruangan yang ia tempati sekarang, bosan tentu saja. Ia hanya sendirian di ruangan Daddynya.

"Aish bosenya, laper lagi" ujar Ara sambil menatap atap sepertinya ia menyesali keputusannya untuk ikut kekantor Daddynya. Kemudian ia tersenyum tipis lalu bangkit
"Baiklah Aruna, ayo berpetualang dan mencari makan" ujar Ara pada dirinya sendiri.

Tempat yang ia tuju adalah kantin tentunya setelah puas berkeliling, sesekali bertanya pada salah satu karyawan yang lalu lalang.
Senyumnya merekah saat melihat kantin kantor didepan matanya kemudian bergegas mengantri karna sudah memasuki jam istirahat sehingga kantin cukup ramai.

Sedangkan Xavi panik saat melihat dari cctv bahwa Aruna tak ada diruanganya, suasana ruang rapat mendadak mencekam saat Xavi membentak sekertarisnya untuk segera menghubungi ruang keamanan.

"Voucher atau identitas?" Ujar seseorang yang berjaga pada Ara saat tiba gilirannya.

"Maaf tapi-" ujar Ara terpotong saat orang tersebut mendapat telfon, kemudian menatap Aruna sesekali menjawab telfon dengan bahasa formalnya.

"Silahkan nona, maaf atas ketidaktahuan dan kelancanganya" ujar orang itu sambil membungkuk meminta maaf, hal itu langsung menarik perhatian para karyawan.

"Tak apa, selamat bekerja paman. Mari" ujar Aruna ramah sambil tersenyum.

Aruna menikmati hidangannya dengan hikmat, beruntungnya dia dapat makan banyak namun tetap memiliki badan yang ramping.

Ia mendongakkan kepalanya saat terasa kursi depanya terisi seseorang. Kemudian ia tersenyum saat tau siapa pengisi kursi tersebut.

"Kenapa tak bilang Daddy jika kau lapar hemm" tanya Xavi sambil mengelap sisa kuah pada sudut bibir Ara.

"Im sorry dad. Aku hanya tak ingin mengganggumu" ujar Ara pada Xavi.

"Baiklah Daddy maafkan, lain kali bilang Daddy" ujarnya dan diangguki Aruna.
"Daddy tidak mengambil makan?" Tanya Ara sambil sesekali menyuapkan makanannya.

"Makan Daddy sudah diambilkan oleh Sam" ujar Xavi sambil menatap Aruna, perlu diingat bahwa Sam adalah

"Daddy tidak boleh seperti itu lagi, dikaruniai tubuh yang sehat dan harta berlimpah harus banyak-banyak berbagi. Paham tuan Xavi?" ujar Aruna pada Xavi yang menyebabkan senyum bangga padanya.

"Baiklah nona muda, maafkan tuanmu ini" ujar Xavi sambil mencolek hidung Ara.

"Permisi tuan ini makan siangnya" ujar Sam sambil meletakkan makan siang milik bosnya itu dan dibalas sebuah anggukan olehnya.

"Duduklah uncle Sam kita makan bersama, ga usah dengerin pak tua ini" ujar Ara sinis pada Daddynya. Sedangkan Xavi melotot mendengar ucapan anaknya.

"Heh" ujar Daddy sambil mencubit hidung Ara.
"Tua-tua gini banyak yang suka tau" tambah Xavi.

"Pancen duda kakean micin, gayane sok atis" ujar Ara kesal dengan bahasa Jawa yang membuat Xavi dan asistennya kebingungan.

***

Ada yang tau bahasa Jawa gak?
Kalo gak tau komen aja.
Maaf banget nih up-nya telat banget.

Happy reading everyone and stay healthy

✨✨✨

DANDELION - ARUNA ADHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang