23. RENCONTRE (spesial part)

1.4K 133 4
                                    

Pertemuan.

Langkah tergesa Seung-hwan menggema sepanjang lantai memasuki kediaman utama.
"Eomma, dimana Ara?" Tanyanya to the points pada sang ibu.

"Yakk! Kenapa kau tak memberi salam dulu hah" ujar protesnya.

"Eomma..." Rengek Seung-hwan.

"Lawak banget ngerengek gitu gak sadar umur heh.
Dia di kamarnya. Jangan ganggu cucuku sedang istirahat" ujarnya dan langsung diangguki oleh Seung-hwan.
"Jangan berbuat yang tidak-tidak dan segera kembali sebentar lagi kakakmu kembali" pesanya kepada putra bungsunya itu. Tentu ia tau tentang alasan Xavi membawa anaknya pergi keluar negeri siapa lagi kalau bukan ulah si bungsu itu.

Seung-hwan membuka kamar Ara, senyumnya lagi-lagi nampak begitu bahagia.
Ia menyingkap rambut Ara lalu mengelus pipinya pelan. Duduk di sisi ranjang lalu Mencium keningnya menyalurkan rasa rindu yang teramat, lalu beralih ke pipinya, lagi-lagi ulasan senyum kebahagiaan dan mata yang berkaca-kaca jelas terpancar betapa ia merindukan gadis ini.
"I miss you so bad" ucapnya lirih sambil menenggelamkan kepalanya di leher Ara.

Lagi-lagi mencium pipi Ara dan menariknya dengan bibirnya, meskipun dilakukan berulang kali hal itu tak membangunkannya. Beruntung Seung-hwan karna Ara memiliki kebiasaan tidur yang tak tau diri itu.

Meskipun dirasa belum cukup ia masih sadar waktu. Sungguh ia tak ingin kedua kalinya berpisah dengan keponakannya ini.

Ia melangkah keluar kamar Ara menuju ruang tv dimana terdapat ibunya yang sibuk dengan layar televisi itu.
"Eomma" panggil Seung-hwan setelah mendudukkan dirinya di samping ibunya.

"Heem" jawabnya tanpa menoleh.

"Dimana kakak dan appa?" Tanyanya saat tak melihat kakak dan ayahnya.

"Menemui temannya. Tumben sekali kau bisa mengunjungi ibumu tanpa diminta" tanyanya pada Seung-hwan.

"Ibu tau alasannya" jawab Seung-hwan santai sambil memejamkan matanya menyandarkan tubuhnya di samping ibunya

"Aku tau perasaanmu tapi ingat dia keponakanmu. Jangan berbuat ulah jika tak ingin kakakmu menjauhkan mu kembali" ujarnya pada anaknya.
Meskipun tak dapat dibenarkan tapi siapa yang tau perasaan seseorang, ia sungguh kasian melihat anak bungsunya ini.

Ia mengelus puncak kepala Seung-hwan
"Kamu sudah melakukan yang terbaik, kamu bisa menceritakan pada ibumu jangan menanggungnya sendiri" ucapnya pada Seung-hwan.

Seung-hwan merebahkan kepalanya di pangkuan ibunya, memejamkan matanya menunggu rasa kantuk menjemputnya.
"Aku akan menjaganya mam, akan ku usahakan sebisa ku" ujarnya dengan mata terpejam.

"Eomma percaya padamu" jawabnya sambil mengelus kepala si bungsu.

"Mom" panggil Xavi tak lama kemudian disusul sang suami.

"Sejak kapan dia ada disini!" Tanyanya sinis pada ibunya.

"Tak lama setelah kalian pergi" ujarnya
"Sudahlah Xavi dia pasti akan menjaga batasannya, mommy pastikan itu" tambahnya tanpa balasan dari putra sulungnya.

"Tapi..." Bantahannya terpotong sang ayah

"Percayakan itu Pada ibumu Xav, lagipula dia adikmu" ujarnya.

Xavi kalah telak tak bisa berkutik saat kedua orangtuanya berucap seperti itu. Ia hanya bisa berdoa dan berharap semuanya berjalan baik-baik saja.

***

DANDELION - ARUNA ADHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang