9. ORANG ITU

2.5K 227 1
                                    


Aruna berjalan santai menyusuri Jalan sebuah taman sambil menenteng kresek yang berisikan beberapa es krim dan susu kotak.

Sungguh, perkataan arvi masih terngiang di kepalanya.
Nana menghembuskan nafas beratnya "kapan gue bisa bahagia tuhan." Gumamnya.

"Gwenchana, i'm fine oke. Tenang Nana Lo bakal bahagia" ucapnya pada diri sendiri untuk menguatkan diri.

Setelah menghabiskan susu kotaknya ia kembali kerumahnya. Namun, saat akan menyebar jalan ia melihat seorang anak lelaki yang akan tertabrak, klakson mobil pun terus berbunyi agar anak balita tersebut.

Nana yang melihat pun segera menyelamatkan balita tersebut, ia berguling di jalan sambil mendekap balita tersebut.

Nana segera bangkit menuju ketempat yang lebih aman. Ia memegang dahinya saat terasa sesuatu yang mengalir, darah itu darah akibat benturan di aspal tadi.

Ia mengalihkan perhatiannya pada mobil tadi, ternyata mobil itu menabrak sebuah pohon besar dipinggir jalan, beberapa polisi mulai menyelidiki dan mengamankan lalu lintas yang mulai mengalami kemacetan dan mobil ambulan yang membawa korban mobil itu yang tak lain sopir itu sendiri.

Nana menyingkir dari kerumunan orang yang setelah anak tadi sudah bersama ibunya. Ia duduk dikursi taman sambil menyeka darah yang mengalir.

Seorang lelaki dengan jas rapi duduk disampingnya
"Are you okay?" Tanyanya.

Nana menoleh dan memandangnya "i'm okay" jawabnya sambil tersenyum. Sedangkan lelaki tersebut terus memandang Nana.

Tak lama kemudian datanglah seorang lelaki dan membungkuk hormat padanya, lelaki tersebut menyerahkan sebuah kantong dan menyerahkan pada lelaki itu.

"For you" ucap lelaki tersebut sambil menyodorkan pada Nana, Nana yang bingung pun mau tak mau menerima itu.

"thanks sir" ucap Nana sambil tersenyum.

Lelaki itupun pergi meninggalkan Nana. Sedangkan Nana memandang kantong tersebut yang ternyata terisi obat.

Nana pulang setelah waktu sore setelah mengobati dahi dan sikunya. Untungnya dia melihat toko yang menjual topi untuk menutupi lukanya.

Nana tiba dirumah dan terlihat ada sebuah mobil yang dia kenali.
"Adek pulang" ucap Nana.

"Bagus ya sore baru pulang, mau jadi apa dia" ucap seseorang sinis yang tak lain neneknya.

"Adek dari mana kok baru pulang" tanya sang bunda.

"Maaf Bun" jawab Nana sambil menunduk kepalanya.

"Yaudah adek bersih bersih dulu,makan malam nanti bunda anter kekamar ya" ucapnya dan diangguki Nana.

Nana merebahkan dirinya dikamar sambil memejamkan matanya.
"Kangen Zidan, Zidan kangen gue gak?" Ucapnya lalu bangkit menuju kamar mandi.

Saat ini Nana tengah Terduduk di kasurnya sambil berusaha mengobati lukanya sendiri.

Candra memasuki kamar nana secara pelan hingga sang pemilik kamar tidak sadar dengan kehadiran. Dia melihat apa yang dilakukan adiknya itu "dapet luka darimana dek?" Tanyanya sambil mengambil alih kassa ditanganya.

"Abang masuk kapan kok Nana gak tau" Tanyanya berbalik.

"Kamunya sibuk sendiri jadi mana tau dek. Perlu Abang panggilin bintang gak?" Tanya canda.

"Gak perlu bang ini cuma luka kecil kok" ucapnya sambil tersenyum.

"kenapa bisa kek gini?" Tanyanya.

"Keserempet bang pas nyebrang" ucap Nana.

"Hati hati besok lagi ya" ucap Candra sambil mengelus rambutnya.

"Makan dulu gih." Ucapnya sambil menyodorkan piring yang dibawanya tadi.

"Adek udah gede. Kalo ada sesuatu yang buat kamu sakit bilang, utarakan. Sebelum buat orang lain bahagia, seseorang itu harus tau cara bahagia buat dirinya sendiri." Ucap Candra sambil menatap Nana dan membuat Nana mematung seketika.

"Abang keluar dulu, kalo ada apa-apa cerita sama Abang dek" ucap Candra dan berjalan keluar.

Nana melanjutkan suapannya yang tadi sempat berhenti "masalahnya Nana sekarang gak bisa berbicara bang, Nana gak diijinkan untuk mengutarakan dan menolak apapun baik itu perintah atau cacian" ucapnya lirih namun masih bisa didengar oleh Candra yang tepat didepan pintu.

DANDELION - ARUNA ADHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang