"Ayok masuk." Ajak Karina setelah mereka sudah sampai rumah.
Keduanya masuk kedalam rumah bersama terlihat Irene dan Isa yang tengah berbincang asik di ruang makan.
"Winter Kok kamu basah kuyup gitu nak? kalian habis darimana?" Tanya Irene layaknya mengintrogasi.
"Panjang tante ceritanya." Jelas Winter.
"Yang tadi aku ceritain itu loh tan." Bisik Isa pada Winter, Isa bercerita pada Irene mengapa ia pulang sendirian. Irene mengangguk mengerti bisikan dari Isa.
"Oh iya Isa, maaf gue ga bisa nganter. Btw lo dijalan amankan?" Tanya Winter pada Isa yang berdiri di samping Irene.
"Gue gak apa-apa, luka di muka lo belum di obatin? nanti infeksi loh." Isa khawatir dengan Winter karena tadi ia ingin obatin tapi di tolak dan sampai sekarang pun lukanya masih didiamkan.
"Sekarang lo jangan khawatir sama orang lain bisa ga?! oh iya lukanya biar gue yang urus." Tegas Karina, kedua gadis itu terdiam, Irene pun sebagai mamahnya menelan ludah karena Karina terlihat seram, kenapa jadi ibu takut anak ya.
"Y-yaudah gue ke atas dulu." Ucap Isa sedikit ragu, takut salah omong.
"Mamah juga mau ke kamar dulu, ada rapat pembelian Tupperware. Kalian berdua di sini aja." Ucap Irene tak kalah dengan Isa yang sedikit takut dengan anaknya.
Ibu dan ponakannya itu langsung menuju ke tujuannya masing-masing, tersisa Winter dan Karina saja di ruang makan tempat berbincang mereka berempat tadi.
"Lo duduk di sofa depan tv biar gue ambil kotak obat dulu sama handuk buat lo." Ujar Karina menyuruh Winter untuk mendudukkan dirinya, sambil menunggu Karina datang Winter merebahkan tubuhnya di atas sofat empuk dan menonton televisi.
Tak lama terdengar suara orang berjalan menuju ruang keluarga yang ada di lantai bawah di rumah itu.
"Hey, duduk dulu sini." Ucap Karina sambil menepuk lahan kosong yang ada di sebelahnya.
Winter langsung menuruti perintah Karina, ia mendudukkan bokongnya tepat disebelah Karina, kini jarak di antaranya sangat dekat. Karina memakaikan handuk ditubuh Winter agar Winter merasa hangat.
"Kak, pelan-pelan loh jangan kayak orang dendam ngobatinnya." Ucap Winter cukup takut, ia takut Karina menekan lukanya.
"Ga usah takut kenapa sih, kayak gue mau nikam lo aja." Jelas Karina sedikit kesal karena Winter takut padanya.
Karina memulai membersihkan luka dibagian bibir Winter, ia membersihkan dengan cukup teliti. Winter ingin sekali tersenyum melihat Karina yang selalu meringis setiap kapas menyentuh bibirnya padahal ia yang luka tetapi Karina yang seperti merasakan sakitnya.
"Kak, gue mau nanya, Tapi gue ragu." Tanya Winter sedikit ragu.
"Emang mau nanya apa? kenapa harus ragu?" Karina berbalik nanya.
"Eum... lo sama kak Jeno, putus?" Tanyanya seperti orang ketakutan.
"Kenapa nanya gituan?" Karina malah berbalik nanya kepada Winter semakin membuat gadis yang lebih muda itu tambah ragu.
"Gak apa-apa, gue pengen tau tapi gue terlalu lancang, maaf." Ucap Winter menunduk dari hadapan Karina.
"kenapa sih kok kayak takut gitu? mau tau jawabannya?" Karina mengangkat dagu Winter, agar Winter menatap dirinya. Winter mengangguk ingin tahu.
"Iya, udah selesai." Jawaban santai dari Karina membuat mata Winter bersinar seperti bahagia.
"Serius?" Tanya Winter semangat.
"Iya Winter, seneng banget liat mantannya putus." Jelas Karina, ia melihat Winter sedikit terlompat dari duduknya sambil mengepalkan tangannya menandakan "yess".
"Ya seneng lah, kan gue bisa dapetin lo lagi." Ujarnya.
Karina terkekeh dengan kelakuan Winte Kim seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan eskrim.
"Ekhem, kak. Lo kalo cemburu ketauan banget." Ucap Winter tanpa takut.
"Maksudnya? Karina menatap Winter, ia tak mengerti maksud dari perkataan Winter.
"Contohnya pas kemarin gue lagi main sama Isa di rumah lo, lo tiba-tiba galak, Terus gue gandeng tangan Isa juga lo ngebanting pintu rumah." Jelas Winter tak lupa mengangkat alisnya.
"Kalo cemburu tuh bilang, jangan lampiasin ke benda yang ga hidup, Cantik." Bisik Winter pelan, Karina merinding geli karena bisikan Winter tepat di telinganya.
"Terserah ah, lo ngeselin banget. Obatin tuh sendiri." Karina mendorong tubuh Winter, ia berdiri dari duduknya dan akan meninggalkan Winter.
Winter menarik kuat lengan Karina sehingga membuat tubuh gadis yang ditarik itu terjatuh di sofa, tertampang jelas wajah Karina ada dihadapannya sangat dekat. Winter terus mendekatkan wajahnya ke wajah Karina sehingga gadis yang lebih tua itu memejamkan matanya, bibir Winter hampir bertemu dengan bibir gadis yang sedang terpejam itu.
"Mau banget dicium?" Tanya Winter melalu bisikan. Ah sial, Karina sangat malu kenapa ia sangat percaya diri kalo gadis didepannya ini akan menciumnya.
"E-engga, apaan sih. Tadi gue merem itu karena mata gue perih kelilipan, lo jangan kepedean." Karina membuang wajahnya ke arah lain, cukup malu ia untuk menatap Winter. Tak lupa pipi Karina terlihat berwarna merah muda seperti orang sedang jatuh hati.
Winter dengan sigap mencium pipi mulus Karina, tentu saja itu membuatnya kaget sekaligus membuat dirinya mematung.
"Maaf, kelepasan."
Setelah dirinya mematung Karina menunduk, memainkan jarinya. Perasaannya sekarang terlalu gugup karena Winter berbuat sikap manis seperti ini.
"Gue mau ngajak lo ke suatu tempat, mau ikut?" Tanya Winter tanpa dosa padahal dirinya sudah membuat gadis di depan dirinya salah tingkah.
"Mau kemana?"
"Tempat bagus yang ada di kota Jakarta ini."
"Mau, tunggu gue ambil jaket dulu."
Dengan semangat sepenuh hati Karina mengambil jaket dan turun kebawah, ia tak sabar untuk melihat tempat yang indah itu.
"Maaf gue ngajak lo keluar rumah lagu, padahal kita baru sampe." Ucap Winter.
"Gak apa-apa, gue seneng banget asal sama lo." seru Karina.
udah ada benih-benih bucin sekarang mah
KAMU SEDANG MEMBACA
back home ; winrina✔
RandomWinter yang lawak, Karina yang galak. "Kita sampai disini aja." kalo kata Karina mah. ©hiuother, 2021