Rasanya cepat sekali, buktinya sekarang hari sudah pagi padahal baru semalam Winter membuat janji kalo dia bakal mengajak Karina jalan. Karina menyiapkan diri seperti pada umumnya orang-orang yang akan berkencan sudah pastinya berdandan diri dengan cantik.
Tak butuh waktu lama, ia turun kebawah. Mamahnya sangat terpukau dengan kecantikan yang terpancar dari anaknya. Seperti 'tidak nyata' begitulah reaksi mamah Irene dan Isa.
Soal Isa, sudah dijelaskan bahwa Isa dan Winter hanya berteman baik. Kini Isa mendukung hubungan Karina dan Winter.
"Hari ini mau jalan, ya? Cie boleh dong traktir gue matcha." Isa hanya berniat menggoda Karina, lihatlah Karina seperti orang malu-malu akan berkencan pada cinta pertama.
"Pasti dong, doain aja semoga lancar." Karina sedikit tersipu malu karena godaan yang Isa beri.
Irene melihatnya gemas sendiri karena anaknya bersikap malu tak lupa salah tingkahnya, sedari tadi ada aja hal aneh seperti Karina yang salah menyebut selai kacang padahal yang dipegang selai stroberi. Jadi teringat masa muda nya dulu, memang kalo lagi jatuh cinta perut seperti ada kupu-kupu, geli.
Kini Karina tersenyum-senyum sendiri padahal ia sedang makan, untung saja orang rumah mengerti keadaannya kalo tidak dirinya bisa saja disebut gila.
Mereka berjanjian akan bertemu di cafe, pasalnya Winter ingin memberi hadiah spesial makanya tak bisa menjemput Karina dari rumah. Sudah sejam lebih Karina menunggu tetapi tidak ada pesan apapun dari Winter, ia tak mau berpikiran negatif pada Winter jadi dirinya masih ingin terus menunggu.
Ada notif pesan masuk dari Giselle tertampang di handphone Karina, pesan berturut-turut seperti pesan yang sangat penting.
Giselle
|Rin
|Bisa ke sini sekarang?
|rumah sakit Rinjani dkt toserba
|Winter tiba-tiba down dan masuk |rumah sakit, dia nyuruh gue ga |ngasih tau lo tapi gue ga tega.Tak perlu basa basi setelah membaca pesan itu Karina dengan segera pergi ke tempat yang Giselle bilang. Tak ada hentinya rasa khawatir pada dirinya, ia terus gelisah ingin menangis, di sepanjang perjalanan ia selalu memburu-burukan supir taksi agar cepat sampai rumah sakit. Ah, jika ditanya mengapa Giselle tau? Karena Ningning memberi tahu padanya
Giselle tidak bohong, nyatanya kini Karina melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Winter tengah terbaring lemah di kasur rumah sakit. Karina mendekat ke arah Winter tak sanggup melihat Winter dengan banyak infus ditubuhnya tak lupa wajah pucatnya, Dirinya menangis lemah sungguh ia tak kuat harus menahan tangisnya. Melihat orang yang ia sayang terbaring lemah Karina memutuskan untuk duduk di samping Winter, menggengam kuat jemarinya dan berdoa untuk keselamatan nya.
Ingin sekali Karina menyalahkan tuhan karena merebut kebahagiaannya tetapi ia tersadar jika tuhan kini juga sayang padanya, mungkin tak ada gunanya untuk menyalahkan yang ada di atas. Air mata Karina tidak berhenti mengalir di pipinya sungguh ia berharap bahwa ini hanya mimpi.
Tak ada kata lelah untuk Karina yang terus berada di sisi Winter, sudah sekitar 4 jam tak ada perpindahan pada Karina. Jam sudah pukul 14.40, jam makan siang sudah terlewat.
"Karina, ayok makan dulu sayang. Kamu belum makan siang, nanti sakit nak. Winter ga suka kalo kamu sakit." Joy mengajak Karina untuk segera mengisi energi dengan makan. Joy pun sedih melihat putri bungsunya kembali seperti ini, tak ada habisnya jika terus menangis ia bersikap untuk tangguh.
Karina mengangguk, ia pergi ke kantin rumah sakit untuk sekedar makan. Tak ingin buang-buang waktu Karina dengan cepat menghabiskan makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
back home ; winrina✔
RandomWinter yang lawak, Karina yang galak. "Kita sampai disini aja." kalo kata Karina mah. ©hiuother, 2021