"Bagus banget Win." Karina terpukau, tempat apa ini, ia bisa melihat bangunan tinggi, lampu-lampu terang dari gedung-gedung dan indah yang menyala, sungguh tempat ini membuat dirinya tenang.
"Suka?" Winter bertannya, sepertinya Karina sangat menyukai tempat yang ia buat karena mata gadis itu berbinar.
"Banget, kok bisa nemu tempat ginian?"
"Gue yang bikin."
"Serius?"
Winter mengangguk bangga, memang benar tempat ini ia yang bikin. Awalnya ini hanyalah sebuah pohon tua tetapi dirinya mengubah itu semua menjadi tempat yang sangat indah di antara pohon-pohon lainnya.
"Biasanya gue ke sini, sendirian." Ucapnya.
"Tapi sekarang ada lo." Ucap Winter lagi.
"Kenapa sendirian?" Karina bertanya.
"Tempat gue berkeluh kesah."
Karina mengangguk, lebih baik ia diam dan sekarang menganggumi keindahan ini, ciptaan Tuhan memang tak pernah gagal.
"Indah, ya?" Tanya Winter disamping Karina.
"Iya, aku suka."
"Udah mau pake 'aku kamu' sekarang?" Sungguh Winter terlalu nervous, Karina sudah mau menggunakan 'aku-kamu' untuk mengobrol pada dirinya.
"Tentu." Anggukan yang winter dapatkan.
"Jadi inget dulu masa-masa kita pacaran, kata orang-orang kita serasi."
"Yang bener? aku sedikit lupa."
"Iya, sampe dulu ada tukang gulali bilang aku cocok jadi masa depan kamu."
"Itu mah kamu aja yang bohong, masa tukang gulali bisa segitunya sampe nyebut kamu cocok jadi masa depanku."
"Aku serius, kita ini bagaikan semesta dan penghuninya. Kalo semesta hancur maka penghuninya juga ikut serta, sama halnya kayak kamu hancur aku juga ikut merasakan. Makanya aku ga mau kamu hancur lagi, aku sebagai penghuni harus melindungi semestanya."
Karina tertawa lalu tersenyum kagum, kali ini Winter sangat romantis.
"Kamu sekarang main sama Albert Einstein, ya?"
"Jangan puji aku terlalu tinggi kak, aku malu. Albert Einstein IQ nya antara 160-190 sedangkan IQ ku ga setinggi itu. Tapi rasa aku sama kamu bisa lebih dari IQ nya Albert Einstein, kak."
"Emang lebih dari Albert Einstein tuh segimana? Setinggi IQ William James Sidis?"
"Lebih, seperti simbol infinite kalo dalam matematika." Jelas Winter dengan semangat.
"Maksudnya?"
"Tak terhingga, bilangan tak terhingga itu bilangan yang tidak terbatas, tidak ada akhirnya. Sama halnya rasa aku buat kamu tidak ada batasannya." Senyum mengambang pada wajah Winter.
"Sedikit dangdut tapi gak apa-apa aku suka kamu apa adanya, kamu emang jago gombal, ya?" Tawa Karina, dirinya menikmati obrolan dengan Winter. Sunyi, tidak ada orang sama sekali hanya dirinya dengan Winter yang ada di sana, seperti mimpi bisa seperti ini lagi bersama sang pemilik hatinya. Serasa dunia milik berdua.
"Dari dulu memang jago kok. Cuma dulu sedikit cringe kalo sekarang aku belajar ngoleksi gombalan orang pinter dari internet." Ucap Winter, senyumnya tak pernah hilang dari wajahnya, ia selalu menatap lekat wajah Karina dari awal percakapan sampai sekarang.
"Nyontek dong? ga bagus tau kalo nyontek." Ucap Karina dengan bibir manyunnya.
"Aku ngga nyontek, tapi cuma liat contoh. Ini spesial buat kamu tau, aku ngafalin ini lebih ambis dari ujian hafalan rumus matematika sama fisika."
"Aku seneng, kamu sekarang udah mulai suka belajar. Dulu kamu paling anti sama yang namanya belajar." Ucap Karina jujur, memang benar dulu Winter tidak suka sekali membaca buku ataupun mendengar nama-nama rumus, tetapi lihatlah sekarang ia bahkan mulai gombal pakai bahasa pelajaran.
"Aku udah persiapan dari sejak kita putus, bahkan hari pertama setelah kamu putusin aku, aku sering belajar."
"Persiapan apa? emang ngadepin aku tuh kayak kamu mau menghadap masuk ujian perguruan tinggi?" Karina mulai tertawa lagi, Winter membuat suasana hatinya sangat membaik.
"Aku siapin ini semua, supaya pas kembali ke kamu tuh ga keliatan kayak orang bego. Sebenarnya aku masa bodo kamu beneran kembali atau ngga, setidaknya aku berusaha." Jelas Winter, tatapannya sekarang menghadap bintang-bintang yang ada di langit sana.
"Tapi sekarang aku udah kembali ke kamu, Win." Ucap Karina, sama seperti Winter ia menatap bintang-bintang yang ada di langit lalu menghembuskan nafasnya.
"Kembali sebagai semesta yang menghampiri, tapi belum aku miliki seutuhnya." Winter belum siap untuk memiliki Karina seutuhnya, menurutnya ia masih belum cocok untuk menjadi pendamping Karina, semestanya itu.
"Kayak anak senja aja, emang kapan kamu mau miliki aku?" Tawa Karina.
"Tunggu, ya. Tunggu aku siap untuk kedua kalinya." Winter menggenggam jemari Karina yang mulus dengan kuku-kuku yang cantik tak lupa kulit yang mulus.
"Ralat, untuk pertama kalinya. Karena masa lalu itu bukan Winter yang sekarang, itu Winter yang brengsek untuk kamu." Hembusan nafas lepas terdengar dari Winter, sepertinya dirinya sangat lega bisa bercakap berdua bersama Karina seperti ini.
Karina menyandarkan bahunya di bahu Winter, seperti Dejavu rasanya. Mereka bisa seperti ini lagi, seperti setahun yang lalu... Ah, sudah setahun ya. Sungguh ini hari yang paling bahagia menurut kedua insan itu.
"I'm happy, thank you." karina memejamkan matanya, merasakan hembusan angin dingin yang nikmat untuk dirasakan.
"Me too, kadang aku mikir tuhan tuh baik banget, kamu tau? Aku selalu berdoa biar kamu kembali buat aku ternyata tuhan denger selama ini." Winter mengelus pelan rambut lurus dan halus dengan jari jemarinya.
"Ternyata kata mamah benar, kamu itu titik kebahagiaan aku." Ucapan Karina membuat Winter tersentuh, dirinya memikirkan dimana Karina yang dulu, Yang benci padanya tetapi nyatanya Karina tidak benci dirinya akan tetapi Karina selalu mengingat masa lalu.
"Ucapan orang tua emang selalu benar." Ujar Winter.
"Besok hari Minggu, kamu mau nge date sekaligus main?" Tanya Winter.
"Mau!" Sorak Karina bersemangat dengan antusias, tak sabar menunggu hari esok.
"Ternyata kamu mau, aku seneng dengarnya."
"Iya sayang."
"Hah?!" Winter bertanya sekali lagi, dirinya tak percaya gadis disebelahnya ini menyebut dirinya 'sayang', akhirnya ia memutuskan untuk meyakinkan ucapan Karina.
"Iya sayang. Jangan pura-pura budeg, apa aku harus bawa kamu ke THT?" Karina tersenyum jahil.
"Aduh, aku pingsan aja kali ya?" Winter memeluk Karina erat, meyakinkan bahwa ini tak mimpi.
Bismillah ini mah otw jadian.
KAMU SEDANG MEMBACA
back home ; winrina✔
RandomWinter yang lawak, Karina yang galak. "Kita sampai disini aja." kalo kata Karina mah. ©hiuother, 2021