14

553 50 91
                                    


Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, tempat, karakter, ataupun peristiwa dengan cerita lain.

Semua yang ada di cerita ini hanya fiksi, jangan sangkut pautkan ke dunia nyata. Biasakan untuk menghargai setiap usaha seseorang.

Klik tombol bintang sebelah pojok kiri biar ATARAXIA sering up yaa!!

Happy Reading!!

"Feeling lost look like you can't pay the cost when u need it the most."


####


Del's Caffe sudah semakin ramai dan heboh karena obrolan dan tawa dari para pengunjung. Tapi kelima inti Foxsos dan Atha dkk rupanya belum datang.

Jia melangkahkan kakinya ke salah satu meja, dimana meja itu diisi oleh 3 cowok. Salah satunya duduk memunggungi Jia, sehingga Jia tidak melihat wajahnya, tapi dari postur tubuhnya seperti tidak asing.

"Permisi,"

Ketiga cowok itu sontak menoleh. Dan benar saja ternyata orang yang memunggunginya adalah Zai. Cowok itu malam ini sangat tampan, dengan kaos putih yang dilapisi kemeja. Rambut rapi dengan beberapa helai yang menutupi dahi.

"Zai,"

Zai menanggapinya dengan senyum tipis membuat kedua sahabatnya menatap mereka bingung.

"Lo kenal dia, Zai?" tanya salah satu sahabat Zai sambil menunjuk Jia dan dibalas anggukan oleh cowok itu.

"Hai, gue Jia." Jia mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh kedua sahabat Zai.

"Gue Marven," balas cowok dengan wajah kalem, yang tadi sempat bertanya pada Zai.

"Albimanyu kak. Kalo kepanjangan panggil aja Albi," cowok bernama Albi itu menyengir memperlihatkan gigi rapinya dengan permen milkita yang menggantung dimulutnya, ditambah wajahnya yang babyface menambah kesan imut, membuat siapa saja yang melihat ingin sekali mengarunginya.

Sama halnya dengan Jia, ia tidak bisa menahan tangannya untuk mencubit pipi Albi. "Yaampun lo imut banget sih,"

"Lagi-lagi dicubit. Sakit tau kak," Albi mencebikkan bibirnya lucu yang membuat Jia tertawa.

"Ehh mau pes--"

"JIA!!"

Ucapan Jia terpotong saat seseorang memanggilnya dengan keras. Sontak Jia menoleh ke sumber suara ternyata inti Foxsos. Terlihat Ardan yang tengah melambaikan tangan kearahnya, sedangkan yang lainya memilih membuang muka karena saat ini mereka tengah menjadi pusat perhatian gara-gara suara toa Ardan.

Jia kembali menoleh ke meja Zai. "Kalian ikut kesana aja gimana??"

Baru saja Zai hendak menolak tapi sudah keduluan si bocil, siapa lagi kalau bukan Albi.

"Ayo kak,"

Mau tidak mau, mereka mengikuti Albi yang sudah berjalan duluan. Sebenarnya Zai tidak masalah jika harus satu meja bersama mereka. Hanya saja ia tidak mau menjadi pusat perhatian. Ia tau seberapa populernya Afi dan teman-temannya, apalagi ditempat yang ramai seperti ini, setiap langkah mereka pun pasti sudah menjadi pusat perhatian.

"Kalian udah dateng dari tadi?" tanya Jia saat mereka sudah sampai di meja para inti Foxsos.

"Gak kok, kita baru sampe." jawab Ardan diangguki yang lainnya.

Tatapan mereka jatuh pada 3 orang yang masih berdiri di belakang Jia. "Lo juga dateng Bang?" tanya Afi pada Zai.

"Enggak. Kita gak dateng, kita lagi rebahan dirumah!!" celetuk Albi dengan wajah datar, tapi tidak melunturkan kadar keimutannya.

ATARAXIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang