Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, tempat, karakter, ataupun peristiwa dengan cerita lain.
Semua yang ada di cerita ini hanya fiksi, jangan sangkut pautkan ke dunia nyata. Biasakan untuk menghargai setiap usaha seseorang.
Klik tombol bintang sebelah pojok kiri biar ATARAXIA sering up yaa!!
Happy Reading!!
"Ceritanya singkat namun melekat, bukan takdir namun hanya sekedar hadir, ini bukan komitmen namun hanya sekedar momen."
####
"Ini yang lo bilang jauh? Sampe lo maksa gue buat dandan pagi-pagi buta gini?" tanya Jia tidak habis pikir pada Zai."Yang bener aja," Jia melihat jam yang melingkar di tangannya, menunjukkan pukul 05:20. "Zai, ini cuma 10 menit loh."
"Emang," jawab Zai enteng membuat Jia kesal bukan main.
"Ya terus kenapa kita harus berangkat pagi-pagi gini?!!!"
Dengan santainya Zai menjawab. "Gue cuma mau menikmati udara jalanan dipagi hari," sama lo. Lanjutnya dalam hati.
Jia memutar bola matanya malas, ia masih kesal dengan cowok itu. "Serah lo dah."
Tiba-tiba Zai merangkul bahu Jia. "Udah, gak usah cemberut gitu. Masa mau foto cemberut, senyum dong."
Jia menoleh pada Zai. Ia tersenyum lebar lalu berubah mengerutkan mukanya persis seperti kucing. Jia melepaskan rangkulan Zai. "Sana ah, gue masih kesel sama lo ya!!"
Setelah sekian lama melakukan pemotretan, akhirnya mereka selesai. Jia dan Zai berjalan beriringan menuju parkiran dimana motor Zai terparkir.
"Mau kemana lagi?" tanya Zai setelah sampai di depan motor vespa berwarna hitam yang merupakan motor Zai sendiri.
"Gak tau," jawab Jia mengedikkan bahunya. Ia memiringkan kepalanya menatap Zai. "Lo mau kemana? Gue ngikut lo aja deh."
Zai mengangguk lalu memasangkan helm di kepalanya. "Tapi mampir ke sekolah gue dulu yah. Gue mau ngambil barang gue yang ketinggalan kemaren."
"Okee," Jia menerima helm berwarna biru miliknya yang diberikan Zai.
Motor vespa hitam itu melaju membelah keramaian kota Jakarta disiang hari. Kedua sejoli yang tengah berboncengan itu saling bercanda satu sama lain. Tidak ada keheningan diantara mereka. Dengan sifat absurdnya Jia, cewek itu sesekali menyapa para pejalan kaki yang mereka lewati ataupun menyahuti obrolan pengendara lain yang tengah mengobrol.
"Nanti gue nunggu di warung Bi Mamah aja ya Zai." ucap Jia sedikit mengeraskan suaranya takut tidak terdengar oleh Zai.
"Lo tau warung itu?" tanya Zai heran.
"Iya, dulu gue pernah kesitu."
Zai mengangguk paham. Ia lupa jika Jia memang akrab dengan geng Foxsos. Sebenarnya Zai sedikit penasaran bagaimana Jia bisa kenal dengan mereka. Ah mungkin suatu saat nanti ia akan tanyakan pada Jia.
Setelah beberapa menit berkendara, akhirnya mereka sampai di warung Bi Mamah. Kebetulan disana banyak anak-anak Foxsos termasuk kelima inti.
"Wiihh ada apa gerangan nih Abwang Zai kemari?." seru Ardan saat melihat Zai dan Jia memasuki warung.
Zai tidak menanggapi seruan Ardan, ia malah menatap Afi yang tengah memainkan gitar. "Fi, titip Jia."
"Yah kacang dah," ledek Galih pada Ardan.
![](https://img.wattpad.com/cover/266499946-288-k73069.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ATARAXIA
Novela Juvenil•••• Aira Jiana Syafanni atau kerap dipanggil Jia, gadis sederhana yang berasal dari kampung. Gadis dengan tatapan tenang yang mampu menyembunyikan perasaan yang sedang di alaminya. Jia itu ramah, mudah bergaul, receh, kadang bobrok. Dia juga mempun...