22

514 56 48
                                    


Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, tempat, karakter, ataupun peristiwa dengan cerita lain.

Semua yang ada di cerita ini hanya fiksi, jangan sangkut pautkan ke dunia nyata. Biasakan untuk menghargai setiap usaha seseorang.

Klik tombol bintang sebelah pojok kiri biar ATARAXIA sering up yaa!!

Happy Reading!!

"Simpan, diam, dan rasakan. Belajar tenang, karena emosi pernah membuatku kehilangan banyak hal."

####


Setelah pertemuan tidak sengajanya dengan Zai, Jia kembali pulang ke kost-an. Saat hendak membuka gerbang, Jia melihat seseorang yang ia kenali tengah duduk di teras. Jia mengernyitkan dahinya, ada apa dia disini?.

"Gavier, kok lo ada disini?" tanya Jia setelah sampai di depan orang itu yang ternyata adalah Gavier.

Gavier bangkit dari duduknya, menatap Jia datar. "Gak boleh?"

Sontak Jia menggeleng cepat. "Gak gituu. Gue cuma heran aja, kok lo tiba-tiba ada di sini?"

Gavier tidak menjawab, cowok itu hanya terkekeh saja. "Yaudah duduk aja disitu. Mau minum apa?" tanya Jia setelah mempersilahkan Gavier duduk.

"Gak usah, gue gak lama."

Jia hanya mengangguk. Lalu ia ikut duduk di kursi sebelah Gavier, menatap Gavier penuh tanya. Tapi matanya tanpa sengaja menangkap bekas luka di tangan Gavier. Jia langsung menarik tangan cowok itu.

"Gav!!" Jia menatap Gavier tidak percaya. Sedangkan Gavier mengalihkan pandangannya, tidak mau menatap Jia.

Jia menghela nafasnya sejenak. "Kapan terakhir kali lo terapi?"

Diam, Gavier enggan membuka suaranya. Jia yang melihat itu kembali menghela nafas. Ia bergerak menyentuh pundak Gavier.

"Gavier," panggilnya lembut.

Dan berhasil. Panggilan lembut Jia berhasil membuat Gavier menoleh. "Waktu sama lo, itu yang terakhir."

"Gue...gue takut," Gavier menjeda ucapannya, menatap kosong ke depan. "Gue selalu takut dateng ke tempat itu sendirian. Gue takut orang-orang nganggep gue gila. Gue..."

Sebelum Gavier menyelesaikan ucapannya, Jia sudah memotongnya terlebih dahulu. "Maaf Gav. Maaf, gue yang salah. Gue udah janji buat nemenin lo, tapi karna terlalu sibuk sama urusan gue, gue jadi lupa sama janji yang gue buat. Maaf,"

"Tapi gue mau janji lagi mulai sekarang gue akan temenin lo sampe lo sembuh. Kalo gue ingkar, potong aja kuku gue." kekeh Jia seraya menunjukkan kuku-kuku panjangnya kehadapan Gavier.

Gavier terkekeh, ia mengambil tangan Jia. "Kalo lo sibuk gak usah di paksain."

"Sebenernya gue gak sibuk sih. Lebih ke nyibukin diri sendiri," Jia menyengir membuat Gavier geleng-geleng.

Ini yang membuat Gavier menyukai Jia. Cara bicaranya, cara berpikirnya, ekspresinya, tingkahnya, dan semua yang ada dalam diri Jia yang membuat Gavier nyaman dengan gadis itu. Bukan hanya Gavier, mungkin semua laki-laki yang berinteraksi dengan Jia akan merasakan hal yang sama.

Dulu Gavier adalah sosok yang galak, jarang tersenyum, seperti tidak ada gairah hidup. Tapi semenjak bertemu dengan Jia, Gavier jadi sering tersenyum, terkekeh, bahkan tertawa. Jadi salahkah jika Gavier menyukai Jia?.

Gavier segera mengenyahkan pemikiran itu. Ia harus menghapus perasaannya, yang harus ia lakukan saat ini adalah mencari sahabat kecilnya sekaligus cinta pertamanya, Agatha.

ATARAXIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang