27

373 38 32
                                    

Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, tempat, karakter, ataupun peristiwa dengan cerita lain.

Semua yang ada di cerita ini hanya fiksi, jangan sangkut pautkan ke dunia nyata. Biasakan untuk menghargai setiap usaha seseorang.

Klik tombol bintang sebelah pojok kiri biar ATARAXIA sering up yaa!!

Happy Reading!!

"Nyaman karna ketikan, kecewa karna postingan. Selamat datang di era virtual."

####


Rasanya waktu berjalan begitu cepat. Setelah kejadian penculikan Arin, kini sudah 3 pekan terlewati. Tidak ada yang berubah bagi mereka, semuanya terlihat normal dan baik-baik saja. Tapi tidak bagi penglihatan Jia.

Menurut Jia, selama 3 minggu ini sifat Arin sedikit berubah, mungkin hanya dirinya yang menyadari. Meskipun ia dan Arin hanya bertemu beberapa kali, tapi Jia sadar kalau ada yang berubah dari Arin. Entah Arin yang jadi sedikit lebih pendiam, atau bahkan beberapa kali Jia mendengar Arin berkata aneh dalam hati. Insting Jia mengatakan seolah ada orang asing yang menyamar menjadi Arin.

Pernah satu kali Jia mendengar Arin membatin dan berkata jika ia harus memiliki Afi sepenuhnya. Entahlah, Jia tidak tau apa maksud Arin. Tapi menurut Jia itu adalah hal yang aneh. Sudah jelas Arin dan Afi berpacaran, otomatis Afi milik Arin begitupun sebaliknya. Tapi kenapa Arin ingin memiliki Afi lagi?.

Memikirkan itu semua membuat Jia haus. Ia meminum jus mangga miliknya. Sekarang Jia tengah berada di sebuah cafe. Hari ini tepat tanggal merah. Setelah selesai pemotretan, Jia memutuskan untuk beristirahat di cafe, tentunya bersama Zai.

"Abis maraton, Mba?" tanya Zai tiba-tiba. Pasalnya Jia meminum satu gelas jus mangga hingga tandas tak tersisa.

"Enggak, abis lari dari kenyataan!" balas Jia. Zai tidak membalas lagi, hanya tertawa pelan saja.

"Zai, lo ngerasa ada yang aneh sama Arin gak?" Jia menatap Zai serius.

"Aneh? Aneh gimana??" tanya Zai bingung.

"Ya aneh aja. Semenjak kejadian Arin di culik, dia tuh kayak beda sama Arin yang sebelum di culik loh."

"Perasaan lo aja kali,"

"Masa sih," ucap Jia ragu-ragu. Pasalnya Jia memiliki insting yang kuat, hampir 95% tepat dengan faktanya.

"Udah gak usah dipikirin. Gue ke toilet dulu yah," ujar Zai. Jia mengacungkan jempolnya tanda mengiyakan. Lalu setelahnya Zai melenggang pergi menuju toilet.

Setelah kepergian Zai, Jia memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan. Saat tengah fokus membalas pesan dari temannya, tiba-tiba fokusnya teralihkan kala Jia mendengar percakapan seseorang. Bukan bermaksud menguping, tapi memang pendengaran Jia terlalu tajam. Itu adalah salah satu kelebihannya selain membaca pikiran orang lain dan memiliki insting yang kuat.

"Wooww fake Arin akhirnya datang!!"

Jia sontak menoleh ke sumber suara saat nama Arin disebut. Di sana tepatnya dimeja yang tidak jauh dari meja Jia, hanya berjarak satu bangku saja. Dua orang berbeda jenis tengah duduk berhadapan.

Jia menyipitkan matanya, ia merasa tidak asing dengan wajah sang cowok. Jia kembali mengingat siapa cowok itu.

"Bukannya dia temen Gavier?" tanyanya dalam hati.

Benar, dia adalah salah satu anggota geng Stheno. Tapi Jia kurang tau posisi cowok itu di geng Stheno sebagai apa. Dan siapa cewek yang bersama dengannya?. Sayangnya posisi cewek itu membelakangi Jia membuat Jia tidak bisa melihat mukanya.

ATARAXIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang