15

603 62 29
                                    


Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, tempat, karakter, ataupun peristiwa dengan cerita lain.

Semua yang ada di cerita ini hanya fiksi, jangan sangkut pautkan ke dunia nyata. Biasakan untuk menghargai setiap usaha seseorang.

Klik tombol bintang sebelah pojok kiri biar ATARAXIA sering up yaa!!

Happy Reading!!

"Waktu 11 tahun itu bukan cerita tentang perjuanganku mendapatkanmu, tapi tentang sia-sianya aku menunggu kamu yang memang tidak bisa untuk ku miliki."

####


Ara mendudukkan dirinya ditempat duduk pinggir jalan yang masih dekat dengan cafe. Bohong jika dirinya sudah menyuruh sopir untuk menjemput, nyatanya ia tidak menghubungi siapapun. Ia juga berbohong kalau dirinya tidak enak badan. Itu semata-mata hanya alasan untuk dirinya keluar dari cafe tanpa ada yang mengikuti. Entahlah, ia masih tidak bisa berhadapan dengan Jia.

Ara menghembuskan nafasnya, lalu menggelengkan kepalanya. Tidak, ia tidak boleh membenci Jia hanya karena cowok.

"Sopir lo belum dateng?" Ara tersentak kaget. Ia menoleh kesamping dan mendapati Jia yang tengah duduk disebelahnya dengan santai.

"Lo...ngapain disini?" tanyanya membuat Jia menoleh.

Cewek itu mengangkat paper bag berukuran sedang. "Gue abis ngambil ini."

"Apa tuh?"

"Bom." Jia terkekeh melihat Ara mendengus kesal.

"Ehh pertanyaan gue yang tadi belum lo jawab. Sopir lo belum dateng?"

Ara mendadak terdiam, bingung sendiri harus menjawab apa. Haruskah ia bilang yang sebenarnya jika dirinya berbohong?

"Kenapa bohong?" tanya Jia seakan tau isi pikiran Ara.

Ara tersentak kaget. Bagaimana Jia bisa tahu?. "G-gue beneran gak enak badan kok," jelasnya sedikit gugup.

Jia menatap Ara sekilas, ia tersenyum tipis. "Padahal gue gak bilang kalo lo bohong soal gak enak badan loh," ucapnya membuat Ara semakin dibuat mati kutu.

"G-gue...gue..."

"Kenapa lo canggung gitu sih sama gue?" Jia terkekeh, lalu merangkul pundak Ara. "Santai aja kali, kayak ngomong sama camer aja lo."

Ara pun ikut terkekeh garing. Ini yang ia khawatirkan dari tadi, jika berhadapan dengan Jia, pasti akan canggung.

"Ohh iya, lo kenal Gavier?"

Ara mematung mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Jia. "Enggak!" jawabnya sedikit keras.

Jia mengerjapkan matanya sambil menatap Ara heran. "Yaa biasa aja dong"

Sedangkan Ara menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Keduanya sama-sama terdiam. Sebenarnya Ara ingin bertanya sesuatu pada Jia, tapi ia sedikit ragu.

"Tanya aja." Lagi-lagi Ara dibuat kaget oleh Jia. Kenapa dia bisa tau kalau dirinya ingin bertanya? Apakah Jia cenayang?.

"Gue bukan cenayang ya!!"

"L-lo kok.."

"Cuma nebak"

Jia menatap Ara yang tengah menatapnya dengan ekspresi kaget. "Udah biasa aja muka lo, jadi jelek tau."

"Mau nanya apa?" tanya Jia

Ara berdeham singkat. "Lo...udah lama kenal Gavier?"

"Gak lama setelah gue kenal lo."

"Tapi kok kalian kayak deket banget gitu?"

ATARAXIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang