•Satu

17.7K 459 5
                                    

"Dari mana aja lo?!"

Celyn menundukkan kepalanya. "Maaf,"

Max bangkit dari duduknya, ia menatap tajam ke arah Celyn yang masih menunduk. "Ck, lo itu bego apa bodoh?!"

"Celyn ketinggalan bus terakhir tadi, Max." kata Celyn berusaha menjelaskan kenapa ia bisa terlambat. "Ini makanannya." lalu Celyn memberikan satu kotak makanan untuk Max, pacarnya.

"Gua gak butuh alasan apapun dari lo, dan liat sekarang jam berapa-" katanya menggantung lalu melirik jam tangannya sekilas. "Lo buang waktu gua selama tiga puluh menit buat nunggu lo di sini!"

Mereka berada di depan kelas Max, karena memang dia yang meminta Celyn untuk mengantarkan makanan padanya.

Celyn benar-benar takut kalau melihat Max marah. "Maaf, Max."

“Maaf maaf! Lo telat Celyn, telat! Gimana sih, gua itu laper!” bentak Max.

“Celyn kesiangan, Max. Tadi Celyn ketinggalan bus terakhir juga, jadi terpaksa naik ojek ke sini.” ucap Celyn pelan.

“Banyak alesan! Lo kira gua percaya sama pembohong kayak lo!” bentak Max lagi.

Celyn semakin menundukkan kepalanya, hatinya sangat sakit mendengar Max membentaknya seperti ini.

Padahal hubungan mereka baru berjalan dua Minggu, tapi seakan-akan dua Minggu itu bukan seperti hubungan layaknya orang baru berpacaran.

Kalian tahu? Celyn seperti dijadikan babu oleh Max, ntah apa maksud dari laki-laki itu mengajak Celyn berpacaran.

Menurut Celyn, Max itu seperti monster. Selalu memukulnya, memarahinya, membentaknya, tapi ntah kenapa Celyn enggan untuk meninggalkan Max. Apakah dia sudah gila?

“Gua gak ada mood lagi buat makan." ucap Max lalu bangkit dari duduknya. “Lo bawa lagi aja tuh makanan, terserah mau lo apain juga. Gua mau ke kelas, pergi sana ke kelas lo!” lanjut Max lalu meninggalkan Celyn.

Celyn menatap punggung Max yang kian menjauh, laki-laki itu masuk ke kelasnya. ”Celyn yakin Max, kamu cuman becanda. Celyn yakin kamu bakalan ke sini lagi dan minta maaf sama Celyn” gumam Celyn menyemangati dirinya sendiri.

Tidak lama setelah itu, memang benar. Max kembali menghampirinya, namun tidak ada tanda senyuman di wajah tampan laki-laki itu.

Celyn tersenyum, dugaannya memang benar. Max kembali lagi kepadanya, dan mungkin kini laki-laki itu akan meminta maaf atas perbuatannya tadi.

Max mengambil kotak makanan yang ada di tangan Celyn, ia melirik sekilas ke arah tong sampah. Max melangkahkan kakinya menuju ke tong sampah tersebut lalu membuang kotak makanan itu dengan santai seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Celyn yang melihat Max membuang kotak bekal makananya pun terkejut. ”Udah sana ke kelas! Malu diliatin orang!” usir Max sambil menatap tajam Celyn.

Celyn terpaksa menganggukkan kepalanya lemah lalu ia menatap Max sekilas dan langsung meninggalkan laki-laki itu dengan perasaan yang kecewa.

Baru saja tadi pagi Max menelponnya pagi-pagi untuk meminta dimasakkan nasi goreng olehnya, dengan senang hati tentunya Celyn membuatkan nasi goreng itu.

Padahal ia sudah cape-cape bangun sepagi itu lalu ia memasak nasi goreng ayam suwir kesukaan Max, dan dengan mudahnya dia membuang makannya ke dalam tong sampah.

Banyak sekali yang menatap Celyn dengan tatapan kasihan, dan Celyn benci dengan tatapan itu. Ia tidak perlu rasa kasihan dari mereka, nyatanya sampai sekarang ia masih kuat.

Celyn memasuki kelasnya dengan wajah yang ditekuk, lalu mendudukkan bokongnya di kursi. Ia mencoba untuk tegar saat ini, dan ia mencoba untuk menahan air matanya agar tidak keluar begitu saja.

Young MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang