Celyn menangis sejadi-jadinya di hadapan Dania, ia benar-benar tidak sanggup lagi menahan air matanya agar tidak keluar.
"Mommy kira Celyn mau seperti ini? Enggak Mom! Celyn cape, Celyn gak sanggup. Celyn juga mau sama kayak kak Rissa yang selalu di manja Mommy sama Daddy!" hanya kata-kata itu yang dapat Celyn ucapkan.
Dania tertawa renyah, ia menganggap ucapan Celyn itu terlalu dramatis. Memangnya apa salah dia dan suaminya? Memangnya mereka mengusir Celyn? Tidak, kan?Lalu tadi Celyn bilang kalau dia mau di samakan seperti Clarissa?
"Apa Mommy tidak salah dengar? Memang apa yang udah kamu lakuin sehingga bisa buat Mommy and Daddy bangga sama kamu?"
"T-tapi Mom..." lirih Celyn.
"Kamu tahu tidak apa yang membuat Mommy benar-benar membencimu? Clarissa merelakan beasiswa di Amsterdam demi kamu?!" bentak Dania, kini wanita paruh baya itu benar-benar membuat Celyn takut.
Tubuh Celyn bergetar, ia menahan isakannya. Ia yakin sekali kalau Clarissa merelakan beasiswa di Amsterdam bukan demi dirinya.
Benar-benar di luar ekspektasi Celyn, ia kira setelah mengucapkan kata-kata tadi mampu membuat Dania berfikir kalau Celyn juga butuh kasih sayang dan dukungan darinya.
Apa iya karena selama ini dia tidak pernah membanggakan kedua orang tuanya! Tidak seperti Clarissa yang selalu mendapatkan rangking pertama dan selalu mengikuti olimpiade matematika dari SMP.
"Sudahlah, kamu hanya membuang-buang waktu Mommy saja!" acuh Dania lalu keluar dari kamar Celyn, sebelum menutup pintu kamar Celyn, ia melempar gunting yang sedari tadi di pegangnya. "Oh iya, tuh ambil. Kalau mau bunuh diri terserah, Mommy cape ngurus anak kayak kamu."
•000•
Axel memicingkan matanya melihat rumah Celyn dari halaman rumahnya, masih ingat, kan kalau rumah mereka hanya terhalang oleh beberapa rumah saja?
Ya, Axel khawatir.
Apa tidak bisa satu pesan saja Celyn kirim untuknya, menandakan kalau gadis itu baik-baik saja? Kenapa mengirim satu pesan padanya saja susah sekali.
Ntah kenapa ia bisa langsung menyukai gadis cantik itu, saat pertama kali mendengar nama dan melihat wajahnya, Axel langsung menyukainya.
Apa ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? Ah, ntahlah Axel juga tidak tahu.
"Ngapain dari tadi di luar pagar terus, mana sambil pegang-pegang tanaman punya Mamah segitunya lagi," ucap Rani membuyarkan lamunan Axel.
Axel langsung menjauhkan tangannya dari tanaman milik sang ibu. "Segitunya amat yang sayang sama tanaman ketimbang anaknya." cibir Axel.
Rani terkekeh mendengar ucapan putra satu-satunya itu. "Lagian kamu ngapain disini? Nunggu orang lewat? Emang uang yang Mamah kasih tiap bulan kurang?"
Mata Axel membelak dan memelototi Rani. "Maksud Mamah aku lagi ngemis disini? Enak aja." kemudian Axel masuk ke rumah dengan kesalnya.
Sedangkan Rani menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah aneh sang anak, kemudian ia kembali pada tujuan awalnya, yaitu menyiram tanaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mom
Teen Fiction[FOLLOW DULU BARU BISA BACA] Judul sebelumnya: I'm (not) fine Menjadi istri sekaligus ibu di umur tujuh belas tahun bukanlah impian Celyn, bahkan tidak terpikirkan sedikitpun olehnya. Tapi, Celyn harus menerima kenyataan kalau di umur tujuh belas ta...