"Celyn!" ucap Max kaget lalu menutupi tubuhnya dengan selimut, begitupun dengan Laura.
Celyn menutup matanya lalu berteriak histeris, membuat Jihan yang baru masuk ke rumah kaget mendengar teriakan dari lantai atas.
Jihan langsung berlari ke lantai atas, karena ia takut terjadi apa-apa. Ia kaget karena melihat Celyn yang menangis di depan pintu kamar Max dengan kue yang terjatuh.
Jihan langsung memeluk tubuh Celyn, ia masih belum sadar kalau anaknya berbuat salah. "Celyn, kenapa?"
Celyn diam, tapi tangisannya semakin keras membuat Jihan kebingungan. Dan di saat itu juga ia melihat ke arah Max yang tengah memakai bajunya. Sedangkan Laura malah santai tiduran dengan selimut yang menutupi tubuhnya.
Jihan menutup mata Celyn. "Max, sedang apa kamu?!"
Setelah memakai bajunya kembali, Max menghampiri ibunya dan Celyn. "Max bisa jelasin."
"Jelasin apa? Jelasin kalau kamu berhubungan badan dilihat oleh Celyn, bahkan kamu tidak malu berhubungan seperti itu di rumah kita?!" bentak Jihan lalu menuntun Celyn untuk turun ke lantai bawah.
Max mengikuti langkah ibunya dan Celyn, sedangkan Jihan sibuk menenangkan Celyn yang masih menangis. "Sayang udah, jangan kamu tangisin cowok brengsek kayak dia."
Max menggeleng. "Bunda, ini cuman salah paham."
Jihan mendelik, kemudian menatap tajam anaknya. "Salah paham kamu bilang?!"
Max mengangguk. "Iya Bunda, ini salah paham. Biar Max jelaskan," katanya lalu hendak duduk di sofa sebelah Jihan.
Belum sempat duduk, Jihan kembali membentak anaknya. "Untung Vian tidak ada di sini, bagaimana kalau dia melihat kelakuan Abang kesayangannya melakukan hal bejad seperti itu?!"
Max diam.
Celyn mengusap air matanya dengan kasar, ia menatap Jihan. "Bunda, Celyn mau pulang."
Jihan mengelus pipi Celyn yang basah akibat menangis. "Bunda anterin ya?"
Celyn menggeleng. "Dada Celyn sakit."
"Heii, dada kamu kenapa sayang?" tanya Jihan panik.
"Dada Celyn sakit liat Max berbuat kayak gitu sama Laura." jawab Celyn kemudian kembali menitikan air matanya.
Jihan benar-benar kasihan melihat Celyn seperti ini, sudah Jihan pastikan kalau nanti Max akan di marahinya habis-habisan.
Jihan memeluk Celyn lalu mengusap rambut gadis itu penuh kasih sayang. "Celyn, ayok Bunda antar pulang."
Sedangkan Max malah diam sembari melihat kedua wanita yang tengah duduk itu, seharusnya tadi memang Max mengajak Laura ke apartemen wanita itu saja. Salahnya sendiri!
Celyn menggeleng, ia kembali menghapus air matanya dengan kasar setelah itu berdiri menatap Max, Celyn tersenyum tipis. "Max, selamat ulang tahun yaa."
Setelah mengucapkan itu, Celyn berlari ke luar rumah Max. Jihan pun berdiri lalu menatap tajam Max, kemudian ia menampar pipi laki-laki itu. "Kamu gila?!"
Max memegangi pipinya yang terasa perih akibat tamparan ibunya. "Max bisa jelasin Bunda."
"Jelasin apa lagi, hah?!" bentaknya, setelah itu Jihan ikut meninggalkan Max.
Jihan memilih pergi ke rumah adiknya sekaligus untuk menjemput Arvian. "Jangan bicara sama Bunda sebelum kamu minta maaf sama Celyn!"
Laura yang melihat kegaduhan itu di tangga tersenyum puas, ternyata semudah itu menyingkirkan Celyn. Tapi sebentar, apakah gadis itu mau begitu saja meninggalkan Max?
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mom
Teen Fiction[FOLLOW DULU BARU BISA BACA] Judul sebelumnya: I'm (not) fine Menjadi istri sekaligus ibu di umur tujuh belas tahun bukanlah impian Celyn, bahkan tidak terpikirkan sedikitpun olehnya. Tapi, Celyn harus menerima kenyataan kalau di umur tujuh belas ta...