Seperti hari-hari biasa, Max berangkat sekolah tanpa ada rasa bersalah atas kejadian kemarin.
Memang laki-laki menyebalkan!
Jihan sudah memaafkan Max, ia sadar kalau sikapnya terlalu berlebihan kepada Max.
"Max kalo mau sekolah makan dulu, ya?" tanya Jihan yang melihat Max mulai menuruni anak tangga.
Hendri juga ikut menatap Max lalu tersenyum manis. "Iya Max, lagian masih pagi juga kok."
Tanpa menjawab ucapan mereka, Max langsung duduk di sebelah Hendri. Tangannya hendak mengambil nasi namun Jihan lebih dulu mengambilnya.
"Maaf ya Max, Bunda terlalu berlebihan sama kamu." sesal Jihan.
Tangan Hendri mengelus punggung Max. "Lihat? Yang Ayah katakan tadi malam benar, kan?"
Max mengangguk. "Iya."
•000•
Tasya sudah mengetahui semuanya tentang masalah Celyn kemarin, dan tentunya Tasya juga harus memberitahu Katherine masalah ini. Mau bagaimanapun juga mereka itu sahabat.
Dan Celyn juga tidak terlalu mempermasalahkan kalau Tasya mau mengatakan semua masalahnya pada Katherine.
Toh mereka sudah lama bersahabat sejak SD, jadi Celyn percaya kelas Katherine dan Tasya mampu menjaga rahasianya.
Tasya mulai menarik nafasnya dalam-dalam, ia menatap Katherine dengan raut wajah serius. "Kat, lo jangan kaget ya?"
Katherine yang duduk di sebelahnya menatap bingung. "Kenapa emangnya?"
Tasya langsung membisikkan sesuatu di sebelah telinga Katherine, ia takut kalau ada teman sekelas mereka yang mendengarnya.
Tapi mengingat saat ini suasana kelas cukup ramai, pasti semua orang tidak akan mendengarkan ucapannya.
Katherine terkejut mendengar ucapan Tasya barusan. "Serius?"
"Udah gua duga, Max itu cuman ada maunya doang sama Celyn." kesal Tasya lalu menatap lurus kedepan.
Katherine terdiam cukup lama, sampai akhirnya ia menepuk pundak Tasya membuat gadis itu cukup terkejut. "Terus Max gimana?"
Tasya mengerutkan keningnya. "Kok nanyainnya Max, sih?"
"O-oh iya maksud gua, gimana keadaan Celyn sekarang? Dia gak bakal masuk sekolah lagi hari ini?" setelah mengatakan itu Katherine langsung terlihat pucat.
"Kayaknya gak bakal masuk lagi, ehh tapi, lo kenapa pucet gitu?" tanya Tasya yang mulai khawatir.
"Gua gapa-"
"Tasya!"
Lagi-lagi Tasya terkejut, ia menatap kesal ke arah Axel. "Apa?!"
Axel tampak ngos-ngosan, ia memegang pundak Tasya. "Celyn mana?"
"Dia gak masuk."
"Sial! Pasti ini gara-gara Max, kan?!" Axel benar-benar terlihat sangat marah.
Tasya mengangkat bahunya, ia tidak mau berbicara terlalu banyak tentang masalah Celyn pada Axel. "Gua gak tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mom
Teen Fiction[FOLLOW DULU BARU BISA BACA] Judul sebelumnya: I'm (not) fine Menjadi istri sekaligus ibu di umur tujuh belas tahun bukanlah impian Celyn, bahkan tidak terpikirkan sedikitpun olehnya. Tapi, Celyn harus menerima kenyataan kalau di umur tujuh belas ta...