Ku harap luka yang kamu berikan ini lekas sembuh dengan sendirinya. Sebab, sampai sekarang aku belum tahu caranya menyembuhkan luka itu bagaimana.
***
Kemarahan Max semakin meningkat, sudah tidak menemukan Celyn di sekolahan, dan tadi malam ia di duakan oleh Laura, lengkap sudah penderitaannya!
Max duduk di dekat lapangan basket, ia selonjoran sembari memijat pelipisnya. Bundanya benar-benar tidak mau lagi berbicara dengan Max.
Setelah kejadian waktu Laura berada di rumahnya, Max seperti orang asing di rumah. Hanya karena kesalahpahaman itu, membuat otaknya serasa ingin meledak saat ini juga.
Kesalahpahaman ceunah.
"Woy, sendiri aja." ucap Kelvin lalu duduk di sebelah Max. "Kenapa?"
Max menggeleng, Kelvin ini teman satu tongkrongannya di warung tempat ia nongkrong. "Gua mau nanya dong sama lo."
Mendengar hal itu, Kelvin menatap Max sebentar, ia bersiap-siap mendengar cerita sahabatnya ini. "Apa?"
Terlihat kalau Max sedikit sulit untuk mengucapkannya, Kelvin menepuk pundak laki-laki itu. "Gausah ngomong kalo gak mau."
Max mengangkat bahunya lalu menatap lurus kedepan. "Yaudah."
•000•
"Kat, Celyn kenapa ya?"
Katherine menatap Tasya yang berada di sebelahnya, ia mengangkat bahunya. "Gua gak tahu."
Tasya menghela nafasnya. "Nanti pulang sekolah ke rumah dia, yuk?"
"Gua ada acara sama keluarga." kata Katherine kemudian kembali fokus menatap ponselnya.
Tasya mengerutkan keningnya. "Tumben lo mau ikut acara keluarga, biasanya gak."
Katherine menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu mengangguk. "I-iya, gua di paksa datang."
"Oke kalo gitu biar gua aja yang ke sana sendiri." setelah mengucapkan itu ia berdiri lalu menatap Katherine. "Gua mau ke toilet dulu ya Kat."
"Iya, berani gak lo?"
Tasya terkekeh mendengar ucapan Katherine. "Ya kali siang-siang gini gua takut."
•000•
Ketika berjalan menuju warung, tempat biasa ia bolos. Max menghentikan langkahnya saat melihat Laura menghampirinya.
Yap, Laura. Wanita yang tadi malam membuat harga dirinya serasa diinjak-injak. Dengan sangat percaya dirinya wanita itu menghampirinya.
Laura tersenyum simpul. "Mau kemana Max?"
Max menatapnya sinis. "Bukan urusan lo."
Laura langsung berdiri di sebelah Max, ia bergelayut manja di tangan kanan laki-laki itu. "Max maaf ya, tadi malem aku gak sengaja ngebuka rahasia."
Amarah Max kembali meningkat, ia menghempaskan tangan Laura dengan kasar. "Brengsek!"
Bukannya takut, Laura malah terkekeh melihat Max marah. "Jadi gimana Max, kita putus atau kamu masih mau jadi selingkuhan aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mom
Teen Fiction[FOLLOW DULU BARU BISA BACA] Judul sebelumnya: I'm (not) fine Menjadi istri sekaligus ibu di umur tujuh belas tahun bukanlah impian Celyn, bahkan tidak terpikirkan sedikitpun olehnya. Tapi, Celyn harus menerima kenyataan kalau di umur tujuh belas ta...