Max memencet bel rumah Celyn beberapa kali, namun pagar yang menghalangi rumah gadis itu tidak kunjung di buka juga.
Apakah tidak ada orang di dalam? Atau Celyn sengaja mau membuat Max seperti orang gila di sini?
Tapi tidak lama setelah itu, Max memicingkan matanya melihat seorang laki-laki keluar dari rumah Celyn, tentunya bersama gadis itu.
Max semakin kesetanan memencet bel rumah Celyn, gadis itu kaget karena melihat malam-malam begini Max datang ke rumahnya.
Dengan cepat Celyn berlari membukakan gerbang rumahnya. "Max, ini udah malem. Kenapa kamu ke sini?"
Max menampar pipi Celyn, refleks membuat gadis itu memegangi pipinya. "Kenapa? Gua ganggu kalian pacaran?"
Celyn menggelengkan kepalanya. "Gak Max, bukan gitu."
"Terus apa, hah?!"
Axel menghampiri Celyn yang sepertinya tengah di bentak oleh Max, ia sungguh kesal ketika melihat Celyn di bentak oleh laki-laki gila itu. "Ngapain lo di sini?"
Max mendelik. "Lo yang ngapain di sini bego?!"
Tanpa menjawab pertanyaan dari Max, Axel langsung menampar pipi laki-laki itu. Axel hanya ingin memberikan apa yang Max berikan pada Celyn. "Berani banget lo nampar cewek,"
Tangan Max memegangi pipinya yang terasa perih akibat tamparan Axel, ternyata tamparannya keras juga. "Brengsek!"
"Max, Axel, udah!" pekik Celyn, ia sangat takut melihat dua orang ini berkelahi.
Max memperhatikan Celyn dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Abis di apain lo sama dia?"
Celyn menatap Max tidak percaya. "Apa maksud kamu ngomong kayak gitu, Max?"
"Gak mungkin kan kalo kalian gak ngelakuin apa-apa!" kata Max sembari menatap tajam Axel.
"Lo pikir gua abis ngapain, hah?!" bentak Axel yang tidak mau kalah.
Celyn menatap dingin ke arah Max, sepertinya gadis itu kali ini benar-benar menyerah dengan sikap Max. "Sebaiknya kamu pulang, Max."
Mendengar hal itu, Axel menyunggingkan senyumnya. "Denger gak lo Celyn bilang apa?"
Max mengepalkan tangannya. "Sial!"
"Kamu juga Axel, sebaiknya sekarang kamu pulang. Lagian udah malem juga." kata Celyn lalu hendak masuk ke rumahnya namun lengannya di tahan oleh Max.
"Celyn gua mau ngomong sesuatu sama lo!"
Bukannya menjawab, Celyn malah menghempaskan tangan Max. "Lepasin tangan Celyn, Max!"
Axel tersenyum manis, tidak sia-sia ia datang ke sini untuk menyaksikan Max di abaikan oleh Celyn.
"Dengerin gua dulu, bodoh!" ucap Max, suaranya terdengar jelas kalau laki-laki itu marah.
Nyali Celyn menciut, ia menatap Axel sebentar. "Axel, sebaiknya kamu pulang."
Axel mengerutkan keningnya. "Gua gak mau pulang sebelum dia pulang."
"Tapi Celyn perlu waktu berdua sama Max, Axel." Celyn kembali menatap Axel. "Kamu pulang, ya?"
Axel menghembuskan nafasnya kasar, sebenarnya ia tidak mau pulang sebelum Max pulang, bukannya apa, ia hanya takut terjadi sesuatu ketika Celyn di dekat Max.
"Oke, gua pulang." setelah mengatakan itu, Axel berjalan gontai menuju rumahnya.
Melihat kalau Axel sudah berjalan menuju ke rumahnya, Celyn menatap Max takut. "K-kenapa Max?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mom
Teen Fiction[FOLLOW DULU BARU BISA BACA] Judul sebelumnya: I'm (not) fine Menjadi istri sekaligus ibu di umur tujuh belas tahun bukanlah impian Celyn, bahkan tidak terpikirkan sedikitpun olehnya. Tapi, Celyn harus menerima kenyataan kalau di umur tujuh belas ta...