Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi, seperti yang di katakan mereka tadi, Celyn dan Tasya akan pergi ke rumah Katherine.
Tasya buru-buru memasukan bukunya. "Cel, gua ke kamar mandi dulu ya."
Celyn yang tengah duduk di meja sembari memainkan ponselnya pun menatap Tasya. "Lama gak? Celyn nunggu di deket gerbang aja ya, gimana? Sekalian nyari bus."
Tasya tampak mengangguk, setelah itu dia pergi dengan terburu-buru ke kamar mandi.
Melihat Tasya yang sudah keluar, Celyn pun ikut keluar kelasnya, semua anak yang satu kelas dengannya sudah bubar ntah kemana.
Dengan santainya Celyn berjalan menuju gerbang, ia bersenandung kecil, seperti biasanya. Tangannya sibuk memainkan ponsel, begitupun matanya yang sangat fokus pada benda pipih itu.
Tidak sengaja, seseorang menabraknya, membuat ponsel Celyn tergeletak begitu saja dilantai.
Celyn dengan cepat memungut ponselnya, terlihat sedikit retak di bagian layar depannya, ia mengusap layar itu dengan penuh hati-hati.
"Sorry," kata orang itu.
Belum sempat Celyn melihat siapa orang yang menabraknya, orang itu sudah lebih dulu berjalan meninggalkannya.
Celyn mengangkat bahunya acuh, kemudian kembali berjalan dengan santainya menuju gerbang sekolahan.
Setelah sampai di gerbang sekolahan, Celyn berdiri tepat di sebelah pintu pagar, agar Tasya mudah menemukannya.
Namun seseorang menghampirinya dengan menaiki motor sport hitam. Celyn mengerutkan keningnya, ini bukan motor Max.
Seseorang itu berhenti tepat di hadapan Celyn, Axel, orang yang menghampiri Celyn langsung membuka helmnya. "Mau pulang?"
Celyn menggeleng. "Gak,"
Axel mengerutkan keningnya. "Terus mau kemana?"
"Mau ke rumah Katherine bareng Tasya," jawab Celyn agak ketus.
"Yaudah, gua ikut." kata Axel sembari menatap Celyn.
Celyn mengalihkan pandangannya. "Ngapain? Katherine itu sahabat Celyn sama Tasya, bukan sahabat kamu."
Axel terkekeh. "Apa salahnya gua ikut?"
Disisi lain, Max melihat Celyn yang tengah berbincang-bincang dengan laki-laki tidak di kenalnya.
Max memang mengambil motor kesayangannya di parkiran, tadi memang ia sudah berada di warung bersama Laura, tapi kalau Max tidak kembali ke parkiran, bagaimana ia bisa pulang nanti?
Dengan cepat Max mengendarai motornya untuk menghampiri Celyn, tampaknya gadis itu cukup terkejut ketika melihat dirinya menghampiri Celyn.
"Max, k-kenapa?" tanya Celyn agak takut.
Sudah Max pastikan, sepertinya gadis itu bermain dibelakangnya dengan pria ini. "Naik." suruh Max sembari menatap tajam Celyn.
Celyn hendak menolak, tapi Max menarik lengannya kasar. "Naik Celyn!"
Axel menahan lengan Celyn agar tidak naik ke atas motor Max. "Bisa gak sih lo jangan kasar sama cewek, hah?!"
Max turun dari motornya, ia menatap Axel dengan tatapan tajamnya. "Siapa lo?!"
Axel tersenyum mengejek. "Calon pacar Celyn."
Celyn membulatkan matanya, bagaimana bisa Axel berkata seperti itu di hadapan Max. "Max, itu gak bener." kata Celyn berusaha untuk menjelaskan.
Max tidak menggubris ucapan Celyn, kini tangan Max menarik kerah baju Axel. Sedangkan Axel malah terkekeh dengan sikap Max yang menurutnya kekanak-kanakan. "Jauhin dia!"
Axel kembali tersenyum mengejek. "Relain dia demi cowok pemarah kayak lo? Sorry."
Dengan gampangnya Max memukul wajah Axel. "Brengsek!"
Celyn langsung menarik lengan Max agar menjauh dari Axel, tapi sepertinya kekuatan Max lebih besar dibanding dirinya. "Max, udah."
Max langsung menghempaskan tubuh Axel dengan kasar, sampai-sampai Axel hampir terjungkal ke belakang. "Lo belain dia?!"
Celyn menatap takut Max. "B-bukan gitu Max, Celyn cuman takut."
"Lo takut dia kenapa-kenapa, hah?! Sebenernya pacar lo itu gua atau dia?!" bentak Max tepat di hadapan Celyn.
Axel langsung menarik tubuh Celyn agar berdiri di belakangnya. "Lo gila? Lo bikin dia takut bego!"
Max kembali menonjok wajah Axel, kini sudut bibir laki-laki itu sampai sedikit mengeluarkan darah. "Ini masalah gua sama dia, ngapain lo ikut campur?!"
"Jelas gua ikut campur! Lo udah kasar sama dia!" bentak Axel yang tidak kalah takutnya dengan Max.
Tasya melihat keributan di sana, ia berlari sekuat tenaga. "Stop!" pekik Tasya ketika Max dan Axel hendak adu jotos.
Max dan Axel otomatis menatap tajam Tasya. "Apa, hah?!" bentak Tasya lalu menarik lengan Celyn agar menjauh dari keduanya. "Terusin adu jotosnya kalo besok udah gak mau sekolah disini lagi." lanjutnya lalu mengajak Celyn untuk naik bus.
•000•
"Kat, kamu gapapa, kan?" tanya Celyn cukup khawatir.
Katherine menatap kedua sahabatnya yang kini tengah berada di rumahnya. "Iya, gua gapapa Cel."
Tasya tersenyum manis lalu dengan santainya ia berbaring di atas kasur empuk milik Katherine. "Tadi Max berantem, Kat."
"Hah, sama siapa?" tanya Katherine cukup kaget.
"Anak baru, dikelas kita ada anak baru. Dan kayaknya dia suka sama Celyn." kata Tasya lalu berniat menutup matanya.
Katherine yang berada di sebelahnya langsung menatap Celyn, seolah-olah meminta penjelasan lebih detail. "Bener, Cel?"
Celyn duduk di bangku belajar Katherine yang tidak jauh dari kasur gadis itu. "Iya. Tapi kalo Axel suka aku kayaknya gak mungkin."
Katherine terlihat menghela nafas. "Coba kalo ada gua, udah gua jotos duluan tuh si Max."
"Lo kok berani sih, Kat?" tanya Tasya yang masih memejamkan matanya.
"Ya berani lah, ngapain gua takut sama tuh cowok? Lagian gua kan udah bilang sama lo Cel. Jauhin Max, dia gak baik buat lo." kata Katherine kembali membicarakan hubungan Max dengan Celyn.
"Kat, kamu belum tahu Max itu gimana. Kayak Celyn bilang waktu itu, mending kamu kenal lebih dekt dulu deh sama Max." ucap Celyn lalu meminum jus yang tadi disiapkan oleh pembantu Katherine.
"Kenal dia lebih deket? Ogah, liat mukanya aja gua udah muak, Cel."
•000•
Max melempar tasnya ke atas kasur. "Sialan, siapa coba tadi cowok sok jagoan itu?!"
Tangan Max hendak memecahkan bingkai foto Celyn, namun ia urungkan. Max kembali menyimpan bingkai foto itu, namun sepertinya ada rasa kesal dalam dirinya.
Sudah dua Minggu ia berpacaran dengan Celyn, tapi ntah kenapa semakin kesini ia semakin bosan dengan gadis itu.
Tidak biasanya Max mampu berpacaran dalam waktu yang cukup lama, apalagi dua minggu, sungguh tidak mungkin.
Tapi apa sekarang? Sudah dua minggu ia berpacaran dengan Celyn, namun itu hanya status bagi Max.
Max tetap lah Max, dia itu laki-laki bejad. Dia tidak cukup dengan satu wanita dalam hidupnya, contohnya Laura.
Gadis itu hanyalah pelampiasan bagi Max, sebenarnya tidak ada yang spesial dari dalam diri Celyn, tapi kenapa dulu ia sangat penasaran dengan gadis itu?
Apakah karena tujuannya dulu adalah menaklukkan gadis lugu seperti Celyn?
Jujur, sampai sekarang Max belum sedikitpun menyentuh barang berharga milik Celyn, karena ia masih bisa menahannya.
Tapi ntah sampai kapan ia bisa menahan nafsu itu?
Vote & komennya jangan lupa😙💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mom
Teen Fiction[FOLLOW DULU BARU BISA BACA] Judul sebelumnya: I'm (not) fine Menjadi istri sekaligus ibu di umur tujuh belas tahun bukanlah impian Celyn, bahkan tidak terpikirkan sedikitpun olehnya. Tapi, Celyn harus menerima kenyataan kalau di umur tujuh belas ta...