Alasan kedua orang tua Celyn kembali karena Clarissa yang menginginkannya, Clarissa ingin tinggal di Indonesia.
Ntah kenapa gadis itu tiba-tiba ingin kembali ke Indonesia dan merelakan beasiswanya begitu saja di Amsterdam.
Tapi, kedua orang tua Celyn meng'iyakan keinginan Clarissa. Ntah karena apa, intinya mereka sangat sayang kepada gadis itu melebihi Celyn.
Asal kalian tahu, kalau Clarissa itu bukan anak kandung Dania dan Bimo, sebenarnya Clarissa itu anak teman kerja Bimo, ayah Celyn.
Dulu, kedua orang tua Clarissa mengalami kecelakaan parah, untungnya waktu itu Clarissa tidak di bawa, bayi kecil itu ada di rumah bersama asisten rumah tangga mereka.
Sebelum meninggal, ayah kandung Clarissa meminta Bimo untuk menjaga dan merawat Clarissa sampai anak itu tumbuh dewasa dan mandiri.
Maka dari itu Bimo dan Dania sangat menyayangi Clarissa melebihi anak kandungnya sendiri. Ntah apa yang ada di pikiran mereka sampai seperti itu kepada Celyn.
Dan yang paling membuat kesal adalah, Clarissa belum mengetahui kalau dia itu bukan anak kandung dari Dania dan Bimo, orang tua Celyn.
Maka dari itu ia semena-mena terhadap Celyn, dan seakan-akan Clarissa ingin terus di perhatikan oleh Dania dan Bimo tanpa adanya Celyn di pikiran mereka.
Jahat bukan?
Suara ketukan pintu kamar, membuat Celyn tersadar dari lamunannya, dengan cepat ia berdiri lalu berjalan ke arah pintu.
"Mom," gumamnya pelan, namun masih bisa di dengar oleh Dania.
Dania langsung masuk ke kamar Celyn, ia menjambak rambut gadis itu cukup keras. "Udah Mommy bilang, jangan sakitin Clarissa!"
"Celyn gak sakitin Kak Risa, Mom." lirih Celyn dengan air mata yang kembali keluar untuk kesekian kalinya.
Dania melepaskan jambakannya itu, ia menatap Celyn tajam. "Kamu tahu kan kalau Clarissa itu sakit?!"
Celyn mengangguk paham, lagi-lagi penyakit Clarissa yang selalu Dania katakan ketika di saat seperti ini. "Celyn tahu,"
"Kalau tahu, harusnya kamu sadar diri! Jagain Clarissa!" bentak Dania.
"T-tapi kenapa Mommy gak pernah perhatiin Celyn?" tanya Celyn pelan.
"Memangnya kamu pernah membanggakan Mommy sama Daddy dalam hal apa sampai-sampai mau di perhatiin, hah?!"
Celyn menatap Dania dalam. "Celyn emang gak pernah ngebanggain Mommy sama Daddy, tapi apa salahnya Celyn minta perhatian dari kalian?"
Mendengar hal itu membuat Dania geram, ia menampar pipi anaknya sendiri. "Dasar anak tidak tahu diri!"
Setelah mengatakan itu, Dania kembali keluar kamar Clarissa. Sebelum keluar ia membanting pintu kamar gadis itu cukup keras.
Sungguh, haruskah Dania bersikap seperti ini demi Clarissa?
•000•
"Gua mau bolos dulu." kata Max sebelum ia membereskan semua barang-barang yang ada di dalam kolong mejanya.
Rangga membulatkan matanya. "Hehh, ini pelajaran Pak Budi, lo mau kena semprot lagi?"
"Gua gak peduli." kata Max, setelah itu ia menenteng tasnya.
Tristan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Max, beneran mau bolos?"
Max menatap Tristan lalu mengangguk. "Iya, mau ikut?"
"Max, lo gak takut sama Pak Budi?" tanya Rangga memastikan.
Max mengangkat bahunya. "Buat apa gua takut sama dia?"
"Hati-hati." kata Ivan tiba-tiba, padahal sedari tadi dia sibuk memainkan game dalam ponselnya.
"Cih, gak usah sok peduli deh lo." cibir Max, setelah itu ia berlari meninggalkan kelas yang cukup sepi, mengingat kalau sekarang itu jam istirahat.
Tristan beralih menatap Rangga. "Lo gak ikut, Ga?"
Rangga menggeleng. "Bisa kena amukan gua kalo gak ikut pelajaran Pak Budi, lo tahu sendiri dia deket banget sama Bokap gua. Bisa-bisa pulang sekolah gua di usir."
Tristan tertawa, bisa-bisanya dia mengatakan kalau bolos pelajaran Pak Budi bisa di usir dari rumah. "Yaudah, terserah lo aja lah Ga."
•000•
Max menyalakan rokok yang berada di tangan sebelah kirinya, rokok adalah jalan terbaik untuk Max saat ini.
Ia tidak bolos ke warung seperti biasanya, tapi kali ini ia berada di rooftop, angin yang berhembus semakin membuat suasana saat ini jauh lebih baik.
Matanya tertuju pada lapangan basket yang terlihat jelas di atas sana, dengan mulut yang sibuk mengeluarkan asap rokok. Nikmat mana lagi yang engkau dustakan?
Max kini tidak peduli lagi dengan Celyn, mau bagaimanapun juga keadaan gadis itu, kini ia tidak peduli.
Kejadian kemarin tidak membuat Max sadar atas perbuatannya, toh juga bukan kesalahan dia sepenuhnya.
Kini kita bisa menyebut Max laki-laki brengsek, bukan?
Pintu menuju ke rooftop terbuka, menampakkan gadis cantik tengah berdiri di sana sembari memperhatikan Max yang tengah merokok tidak jauh dari tempatnya.
Gadis itu tersenyum, lalu menghampiri Max dan duduk di sebelahnya. Seakan-akan mereka sudah akrab sejak lama.
"Max," panggilnya.
•000•
Sudah satu Minggu lebih Celyn tidak masuk sekolah, dan sudah satu Minggu lebih itu juga ia tidak membuka ponselnya.
Ponsel berwarna peach itu tergeletak begitu saja di atas nakas, tanpa ada niatan untuk membukanya sedetikpun.
Hari ini Celyn memutuskan untuk berangkat ke sekolah, mau bagaimana lagi? Pasti kalau terus menerus di rumah hanya akan membuatnya semakin tertekan.
Sudah cukup Celyn memiliki banyak beban pikiran! Kalian tahu sendiri kan kalau Dania dan Clarissa bersikap semena-mena terhadap Celyn?
Celyn menuruni anak tangga, matanya tidak sengaja melihat Dania tengah menyiapkan makanan di atas meja, sedangkan Bimo dan Clarissa tengah bercanda tawa di sana.
Tanpa ada niatan untuk sarapan, Celyn langsung saja berlari, namun ucapan Dania membuatnya diam di tempat. "Liat Dad anakmu, sungguh tidak sopan, bukan?"
Bimo mengangguk lalu tangannya mengusap rambut Clarissa yang tengah duduk di sebelahnya. "Gadis itu hanya membuat kita kesal, Mom. Tidak seperti Clarissa."
Clarissa tersenyum manis, ia langsung memeluk Bimo. "Dad, Mom, aku sayang kalian."
Mendengar hal itu, mata Celyn menjadi memanas, astaga, haruskah pagi-pagi seperti ini ia kembali menangis?
"Kami juga sayang kamu." kata Bimo kemudian mencium rambut indah Clarissa.
Tanpa mau memperdulikan lagi apa ucapan mereka bertiga, Celyn kembali berlari keluar rumah, dan tentu saja ia kembali menangis!
Sampai kapan mereka mau memperlakukan Celyn seperti orang asing di rumah ini?
Aku liat di part sebelumnya yang baca sampe 400 lebih, tapi yang vote sama komen bener-bener gak ada😌
Bukannya apa, tapi vote sama komen kalian itu bikin aku semangat buat next part tauu, jadi, jangan lupa vote & komennya yaaa💛
Thank you 💛💛💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mom
Teen Fiction[FOLLOW DULU BARU BISA BACA] Judul sebelumnya: I'm (not) fine Menjadi istri sekaligus ibu di umur tujuh belas tahun bukanlah impian Celyn, bahkan tidak terpikirkan sedikitpun olehnya. Tapi, Celyn harus menerima kenyataan kalau di umur tujuh belas ta...