•Dua puluh

4.8K 207 10
                                    

"Kenapa pulang jam segini, hah?! Bolos kamu?!"

Celyn menatap Dania kecewa, padahal ia sedang merasa kacau. "Celyn gak enak badan, Mom."

"Alasan, pasti kamu bolos!" bentak Dania. "Mau jadi apa kamu nanti?!"

Celyn semakin menundukkan kepalanya, mungkin pulang kerumah bukan jalan terbaiknya. "Maaf Mom."

"Cih, maaf, maaf." cibir Dania, lalu tidak lama setelah itu Clarissa keluar dari kamarnya karena mendengar suara-suara ribut dari luar.

Clarissa langsung tersenyum senang ketika melihat Celyn yang sepertinya tengah di marahi habis-habisan oleh Dania, ia menghampiri keduanya lalu menatap Dania. "Mom, Risa laper."

Mendengar hal itu, Dania langsung mengelus rambut Clarissa penuh kasih sayang. "Astaga, Mommy lupa kalo kamu belum makan."

Clarissa mengerucutkan bibirnya di buat-buat, menambah sensasi ingin di hajar saat itu juga. "Mommy masakin Risa ayam goreng kecap dong."

"Baiklah, ayok ke dapur. Mommy siapin semuanya buat kamu," kata Dania kemudian menggandeng tangan Clarissa menuju ke dapur.

Melihat itu membuat hati Celyn sakit, sepertinya Clarissa benar-benar mengambil peran dalam hidupnya.

•000•


Tristan merangkul pundak Max, ia sedikit merasa bersalah karena meninggalkan laki-laki itu sendiri tadi. "Sorry Max,"

Max mengangguk-anggukkan kepalanya. "Yang lain kemana?"

"Di kelas."

Kini mereka berada di rooftop, Tristan tahu kalau Max akhir-akhir ini sering berada di sana.

Max menghela nafasnya, hanya di sini semua masalahnya dapat hilang sejenak. "Kenapa sih mereka kayaknya benci banget sama gua?"

"Mereka?" tanya balik Tristan sembari menaikkan satu alisnya.

"Ivan sama Rangga,"  mata Max terpejam dan ia tampak nyaris tertidur sembari duduk di kursi panjang.

"Nggak..." Tristan ragu. "Mereka cuman kesel sama sikap lo."

Max membuka matanya perlahan, merasakan hembusan angin menerpa wajahnya lembut lalu duduk menghadap ke arah Tristan yang tengah berdiri menatapnya. "Kalo lo?"

"Gua?" tanya balik Tristan lagi, kali ini ia tampak terlihat gugup.

Max mengangguk. "Iya."

Tristan tertawa kecil. "Gak kok, tenang aja."

"Kalo nanti gua ada masalah besar, kalian bakal jauhin gua?"

Tangan Tristan menepuk pundak Max. "Tenang aja, kita ber-empat kan sahabat. Emang lo punya masalah apaan?"

Max punya firasat, pasti Celyn akan mengadu kepada pihak sekolah karena ia telah memperkosanya, dan ya, sepertinya Max akan di keluarkan. "Jadi gini, masalahnya gak begitu besar, cuman kayaknya bakalan ada dramanya yang besar."

"Kayaknya?" tanya Tristan bingung dengan apa yang di bahas Max.

•000•

Celyn duduk di bangku belajarnya berjam-jam sembari memandangi dirinya di depan cermin. Karena ia tidak tahu harus apa.

Padahal ia sudah merasa cukup lama duduk di bangku itu, tapi kenapa masih sore? Ia hanya ingin hari ini cepat berlalu begitu saja, dan seterusnya.

Tujuan hidupnya bukan lagi untuk mengejar cita-cita, bahkan untuk memikirkan diri sendiri saja Celyn muak.

Kejadian kemarin masih terbayang-bayang jelas di pikirannya, mungkin inilah penyebab utama ia menjadi agak murung seperti ini.

Young MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang