•Dua

6.2K 304 3
                                    

Aku sudah terbiasa akan hal menyakitkan yang berkaitan denganmu.

-Celyn.

•000•

Bel tanda berakhirnya pelajaran akhirnya berbunyi, yang dinantikan oleh Celyn pun akhirnya terkabulkan. Sedari tadi ia sama sekali tidak memperhatikan apa yang guru jelaskan didepan. Dia terus saja sibuk dengan dunianya sendiri.

“Pulang sama siapa, Cel” tanya Tasya sembari memasukan barang-barangnya ke dalam tas.

“Celyn pulang bareng Max.”  jawab Celyn lalu menyengir kuda.

“Cie yang sama doi mah beda rasanya” celetuk Tasya.

Celyn tersipu malu. ”Apaan sih.”

“Halah blushing, nanti kalo si Max macem-macem sama lo bilang ya sama gua. Nanti gua baku hantam sama dia” Celyn yang mendengar itu hanya terkekeh pelan.

“Iya Tasya, Katherine, iya.” kata Celyn sembari terkekeh. “Kamu emangnya pulang sama siapa Sya?” tanya Celyn.

“Oh itu sama si Rado,” jawab Tasya sambil menyengir kuda.

“Halah iya yang sama doi mah beda rasanya.” ucap Celyn seperti menyindir kata-kata Tasya tadi.

Setelah cukup lama berbincang-bincang dikelas, mereka berjalan beriringan keluar kelas.

Mereka bertiga pun melewati koridor yang sudah sangat sepi itu, dan nampak seperti tidak ada kehidupan disana.

“Yaudah ya kita duluan Cel,” lalu Katherine dan Tasya pun melambaikan tangannya kepada Celyn.

Celyn hanya membalasnya dengan mengangguk dan tersenyum. ia pun berjalan dengan sangat semangat dan sambil bersenandung kecil menuju parkiran, tempat dimana Max menyimpan motor hitam kesayangannya saat disekolah.

Dia kembali melangkahkan kakinya menuju parkiran itu, namun Celyn melihat Max yang sedang tertawa dengan seseorang gadis. Gadis yang sangat ia kenal, bahkan gadis itu membencinya. “Max,” lirih Celyn.

Celyn masih diam di tempat dan membisu, seolah-olah kakinya sangat sulit untuk digerakkan meninggalkan parkiran ini.

Sampai akhirnya Max melihat Celyn sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Tapi ia tidak menghiraukan itu, dia memilih kembali melanjutkan pembicaraannya dengan Laura.

Yaaa, Laura. Gadis yang seangkatan dengan Max, Max dan Laura itu kelas XII hanya berbeda satu tahun dengan Celyn.

Laura yang melihat ada seseorang yang dia benci pun langsung tersenyum penuh kemenangan tercetak jelas dibibirnya. Lalu Laura pun merangkul pundak Max dan mulai berbicara kembali sambil tertawa, seolah-olah Celyn tidak ada disana.

Panas. Satu kata itulah yang mampu menggambarkan hati Celyn saat ini. Sudah cukup ia melihat Max yang bersikap seperti itu kepadanya.

Ditambah lagi dengan Laura yang sekarang sedang merangkul pundak Max sambil tertawa, dan Max pun ikut tertawa lepas seperti Laura. Seolah-olah mereka berdua melupakan jika Celyn sedang berdiri disini dan tengah menatap keduanya.

Young MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang