•Dua puluh tujuh

3.8K 157 36
                                    

Ivano menatap Dania dengan tatapan yang tidak bisa di artikan, atmosfer di rumah ini mendadak menjadi aneh. Ia melirik sekilas ke arah Celyn yang terlihat agak ketakutan kemudian menggenggam tangannya.

Sedangkan kini Dania beralih menatap laki-laki yang ada di sebelah anaknya, ia menatapnya tajam. "Anak kamu?!"

Ivano langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, anak yang di kandung Celyn anak aku, Tante."

Tangan Dania dengan entengnya menampar pipi mulus Ivano. "Brengsek!"

Celyn menggelengkan kepalanya. "Mom, bukan salah dia, please ...."

Dania juga tidak segan-segan menampar pipi Celyn, mungkin karena ia terlalu kesal dengan sikap anaknya yang satu ini telah mempermalukan keluarganya jika hal ini terdengar oleh tetangga sekitar.

Refleks Ivano langsung memeluk Celyn. "Tampar aku aja, Tante gak usah tampar Celyn, dia korban. Dan aku bakalan nikahin dia,"

"Baiklah, sekalian bawa Celyn pergi dari rumah ini. Jika terdengar oleh tetangga sekitar, itu hanya akan mempermalukan keluarganya sendiri." Dania langsung pergi masuk ke kamarnya tanpa memperdulikan keduanya.

Kini Ivano dan Celyn saling menatap satu sama lain. "Lo malam ini tidur di rumah gue."

Padahal sebelumnya Ivano tidak akan pernah membawa wanita manapun ke dalam rumahnya, tapi sekarang? Ah, bukankah Celyn adalah calon istrinya?

Celyn menatap Ivano sejenak kemudian menggeleng. "Aku mau tidur disini, kamu pulang aja."

"No, lo harus ikut gue ke rumah. Sekalian gue kenalin ke bokap sama nyokap," Ivano melepaskan genggamannya. "Ambil gih baju-baju lo, seperlunya aja. Gue tunggu di mobil, gak pake lama."

***

Dalam perjalanan menuju rumah Ivano, dalam mobil tidak ada satupun yang mau memulai pembicaraan, tampaknya mereka sibuk dengan pemikirannya masing-masing.

Sampai akhirnya mobil Ivano sampai di depan pekarangan rumahnya yang terlihat sangat sepi, seperti rumah Celyn tadi.

Celyn kembali menatap Ivano dengan ragu, sebenarnya ia ingin menanyakan banyak hal, namun sepertinya sekarang ini bukan saat yang tepat untuk membahasnya.

Merasa jika Celyn menatapnya dengan tatapan aneh, Ivano menaik turunkan alisnya. "Kenapa? Ada yang mau lo tanyain?"

Dengan cepat Celyn menggelengkan kepalanya. "Gak,"

"Terus kenapa lo natap gue kayak gitu?"

Celyn merasakan ponselnya bergetar, dengan cepat ia meminta izin untuk keluar mobil terlebih dahulu untuk mengangkat telpon masuk, dan ternyata itu dari Axel.

Ivano memilih acuh, ia memarkirkan mobilnya dengan baik di garasi kemudian menghampiri Celyn yang tengah menelpon seseorang.

Melihat Ivano yang mulai menghampirinya, Celyn memilih untuk mematikan ponsel itu secara sepihak kemudian mematikan daya ponselnya.

"Siapa?"

"Bukan siapa-siapa."

Ivano terlihat mengangkat bahunya acuh lalu mengajak Celyn masuk ke dalam rumahnya yang terlihat sangat sepi.

"Kok gak ada orang?" tanya Celyn sembari melihat ke sekeliling rumah Ivano.

"Emang, gue disini sendiri. Nanti kalo kita udah nikah artinya lo bakalan temenin gue disini." kata Ivano dengan entengnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Young MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang