"Maaf Max, tapi gua lebih milih temuin Celyn daripada ke kantin bareng lo." tegas Tristan.
Rangga mengangguk kemudian berjalan mendekat ke arah Max, tangannya menepuk-nepuk pundak laki-laki itu. "Singkirin ego lo, kasian Celyn."
Tasya menatap Max tidak suka, dasar laki-laki tidak punya hati!
"Ayok Ga, kita liat keadaan Celyn. Kasian dia," kata Tristan kemudian berjalan begitu saja bersama Tasya, dan tidak lama setelah itu Rangga ikut menyusul mereka berdua.
Dan kini tinggallah Ivan dan Max, mereka saling tatap. "Lo ikut gua ke kantin, kan? Oh atau mau ke warung biasa aja? Kita bolos."
Ivan menatap Max dingin. "Gua ke UKS, Max."
Max menatap punggung Ivan yang semakin jauh dari tempatnya, sial, kenapa semuanya lebih memilih berpihak pada Celyn?
Tidak mau ambil pusing, Max memilih melanjutkan langkahnya, yap, ia memilih tetap pergi ke kantin.
•000•
"Celyn kenapa, Sya? Kok dia bisa sampe pingsan?" tanya Rangga sebelum masuk ke dalam UKS.
Tasya menarik nafasnya dalam-dalam. "Tadi kita sebenernya mau ke perpustakaan, tapi pas di jalan tiba-tiba Celyn pingsan. Gua juga gak tahu kenapa,"
Ivan menghela nafasnya. "Pasti dia kepikiran Max."
Tristan mengangguk lalu menatap Tasya. "Bilangin sama dia, jangan terlalu mikirin Max. Kita gak tahu apa alasan Max pacaran sama Celyn."
Tasya benar-benar kasihan dengan Celyn, keluarga yang tidak mau mendukungnya, di tambah dengan masalah pacarnya.
"S-sya, bener Celyn pingsan tadi?" tanya Axel sembari mengatur nafasnya, ia berlari dari kelas sampai UKS karena mendengar dari Katherine kalau Celyn pingsan.
"Iya," ucap Tasya sembari menatap Axel, terlihat jelas kalau laki-laki itu sangat khawatir akan keadaan Celyn.
Tidak menunggu lama lagi, Axel langsung menerobos masuk ke dalam UKS, sedangkan yang lain masih di luar, seperti enggan untuk masuk karena takut mengganggu. Tapi lihat Axel?
Tristan mengerutkan keningnya. "Siapa dia, Sya?"
"Anak baru, dia sekelas sama kita. Dan kalian lihat sendiri tadi gimana khawatirnya dia sama Celyn? Udah gua pastiin, dia suka sama Celyn." kata Tasya kemudian ikut masuk ke dalam UKS.
"Apa karena cowok itu Max marah?" tanya Rangga lalu duduk di kursi depan UKS.
"Gua rasa iya." jawab Ivan sembari menatap lurus ke depan.
"Menurut gua Celyn lebih pantes sama tuh cowok, gua emang gak deket sama si Celyn. Tapi yang gua denger dari Tasya, Celyn itu cukup kesepian." Tristan menatap kedua sahabatnya. "Cukup jelas kan alasan Celyn gak ninggalin Max?"
Rangga menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gua rasa jelas, tapi kenapa dia lebih milih milih nyakitin perasaannya sendiri daripada kebahagiaannya? Lo tahu sendiri kan kalo Max itu datang ke dia cuman butuhnya doang."
"Itu yang kita tahu, tapi Celyn gak tahu kan kalo Max cuman datang di saat butuh doang?" tanya Tristan membuat Rangga bungkam.
•000•
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mom
Teen Fiction[FOLLOW DULU BARU BISA BACA] Judul sebelumnya: I'm (not) fine Menjadi istri sekaligus ibu di umur tujuh belas tahun bukanlah impian Celyn, bahkan tidak terpikirkan sedikitpun olehnya. Tapi, Celyn harus menerima kenyataan kalau di umur tujuh belas ta...