Sayap yang terbakar

457 120 94
                                    

BAB 3Sayap yang Terbakar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 3
Sayap yang Terbakar

+62xxxxxxx
Saya butuh kamu, kali ini saya berani bertaruh tidak hanya separuh.


Arrggghhhh.
Selepas membaca pesan dari nomer tidak dikenal itu sukses membuatnya naik pitam, agaknya lima kali penolakan belum ampuh melumpuhkan mental si pengirim. Nara menggerutu, malas-dia bergerak mengambil gawai lantas membalas sebelumnya telah menghela napas.


Anda
Saya tolak dengan hormat.


+62xxxxxxxx
Untuk project kali ini akan melibatkan orang-orang besar, dan saya yakin itu akan membantu membersihkan nama Anda dari isu sebelumnya.


Tidak lama setelah pesannya centang dua, orang itu sudah menjawabnya. Narapun menampilkan seringai kecil, memiringkan kepala. 

"Gigih juga," ucapnya dengan nada terkesan mengejek.


+62xxxxxxx
Sepuluh.
Gimana, setuju?


Not bad!


Tapi ....
Nara terdiam sebentar, menimbang-nimbang beberapa hal sebelum mengambil keputusan sebab, uang sebanyak itu tentu akan memicu kecurigaan ibunya, terlebih saat ini semua gerak-geriknya masih dalam pengawasan. Hal kecil saja bisa jadi perdebatan panjang, apalagi uang dengan nominal demikian? Harus dengan alasan apa sekiranya?

Anda
Oke, beri saya waktu satu bulan lalu pada hari yang telah ditentukan, saat itu juga Anda sudah mentransfernya ke rekening saya

.

Ah, pusing bukan kepalang. Tetapi, mengingat dia sedang memiliki perlu membeli buku try out dan persiapan SBMPTN yang tentunya jauh dari kata murah, Nara tegas mengambil pilihannya.


+62xxxxxxxx
Jangan buat saya kecewa.

Anda
Ya. Anda bisa mengandalkan saya.


"Na, gue denger ada tempat bagus gak jauh dari sekolah. Pulang nanti kita mampir ke sana, ya!"

 Hazel mendudukkan badannya pada kursi depan meja tempat duduk Nara, dengan cewek itu yang menghadap ke belakang sembari sibuk memotong kuku jari. Nara buru-buru menggeleng, mengalihkan pandangannya dari hanphone di tangan, dia menatap wajah Hazel dengan tampang lesu membuat gadis berjepit ungu  menoleh lantas mendecak setelahnya.


"Gue gak bisa," jawabnya tanpa menoleh ke arah lawan bicara. Lurus sorot matanya menghap hamparan buku yang mengaga, jari tangannya sibuk memainkan pena sesekali menggigit ujungnya. Hazel mencibir.

BERTAUT [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang