Sekalipun kamu udah ramah sama orang lain, belun tentu orang lain bakalan ramah juga sama kamu. Tapi, kamu harus tetep ramah sama diri sendiri, ya.
gadisPuisi
Part 22
Bersamamu jatuh
"Hen, gue mau tanya sesuatu boleh gak?"
"Apaan?"
"Hari ini di kelas lo ada cewek yang punya luka di sekitar dahi?"
"Gak gue perhatikan banget sih, tapi kayaknya gaada. Memangnya kenapa?"
"Gue cuma tanya---"
Jalanan kala itu sepi, temaram lampu yang terdapat setiap tempuhan jarak lima puluh meter sebagai penerangnya. Liam berdiri di sebelah motornya, sengaja memberhentikan perjalanan sebab rasa haus yang melanda. Usai di tegukan ke tiga, mata pemuda itu melirik ke belakang. Dari gelap yang tidak tersorot lampu sesosok perempuan dengan rambut panjang terurai tengah terengah-engah berlari terseok-seok menarik satu kaki. Liam bergidik ngeri.
Karena kaget dia sampai tersedak, buru-buru mengusap bekas air di mulutnya dengan punggung tangan. Cowok itu berusaha abai akan teriakan si perempuan.
"T-tolong saya, jangan pergi!" teriak perempuan itu seraya menangis.
Liam tidak tahan dengan posisinya melihat bayang hitam yang semakin mendekat ke arahnya membuat wajahnya ganti putih pucat, ditambah lagi hitam besar sosok menyertai langkah perempuan itu. Liam terdiam membisu, tangan yang sudah memutar kunci motor, tinggal naik dan menarik pedal gas. Pemuda itu merasa jika tiap gerak tubuhnya seperti slowmotion barang sejenak buat mengambil helmnya yang tersampir di kursi penumpang pun singkir.
"Mbak, mbak gapapa?"
"Aaaah!" Perempuan itu terjatuh, seperti berusaha kabur dari sesuatu dia tetap meneruskan jalannya sembari mengesot di jalan beraspal. Sampai tiba dia di bawah lampu dan tubuhnya penuh keringat juga sebelah dahi yang robek. Liam menjerit dalam batin.
"Saya sudah tidak kuat, dia terus memburu saya seperti orang tidak waras. Tolong saya," ujarnya, tertunduk dia membuat darah dari sayatan pada dahi jatuh menetes ke jalan.
Liam berlari seketika, menghampiri puan dengan sisa keberanian yang ada. Berulang kali cowok itu meneguk ludah susah payah. Dia berjongkok, tangannya berusaha menggapai pundak si perempuan dengan tubuh gemetar Liam dicerca rasa takut habis-habisan. Kebetulan sekali jika tempat itu makin sepi, satupun orang tidak kunjung lalang di sekitar mereka.
"Woy, jalang! Kamu gak bisa lepas dari jangkauan saya!" Disusul suara serak dan nyalang dari belakang, sosok tinggi dengan perawakan besar itu makin membuat keberanian Liam gentar. Tawa orang itu terbahak-bahak, sepanjang kakinya menapak iringan tawa selalu keluar dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERTAUT [On Going]
Teen Fiction"Maa ... jangan bakar buku Nara, semua karya Nara ada di sana!" Gadis 16 tahun itu hanya bisa menangis tersedu menyaksikan sekumpulan buku catatan kepunyaannya dilahap si jago merah---dia berteriak seraya berlari ke arah kobaran api yang menyala...