Part 17
Jeruji Besi
Happy birthday to you ...
happy birthday to you ..."Happy birthday dear Aerin, happy birthday to you!"
Orang-orang ramai mengelilingi ranjang pasien milik seorang gadis cantik dengan gaun warna lilac dengan ditaburi gemerlap lampu di ruang petak semerbak baut obat yang menyengat. Gegap gempita, nyanyian pula tepuk tangan dari para kesayangannya mengalun indah, wajah-wajah penuh dengan senyuman hangat. Perayaan kecil-kecilan tersebut dilakukan dalam merayakan hari jadi yang ke 16 tahun. Seorang remaja perempuan yang sudah banyak meraih prestasi di bidang kepenulisan, mendapatlan nobel penulis wanita terfavorite tahun ini, berkali-kali diundang wartawan dan kabar terbarunya siap meluncurkan series dari novel yang baru saja dirilisnya bulan lalu.
Dalam cetakan pertama itu, telah habis terjual 100 eksemplar dan terpajang di display paling atas toko buku, karyanya tranding di sosial media, bersanding dengan rumornya yang melambung. Hastag plagiator yang menyeret namanya berdampak pada kesehatan mentalnya belakangan ini, namun Aerin tidak sendirian. Ia memiliki keluarganya yang sepenuhnya bakal mendukung dan melindunginya, perkara seperti buzzer dan hacker siap digempurkan dalam aplikasi tersebut, terbukti karyanya tetap eksis di pasaran dan penjualan terus mengalami kenaikan yang signifikan.
Anak bungsu keluarga Praha Corporation. Memang kalau dilihat dari latar belakang keluarganya, bukan suatu hal aneh jika ia bisa berada posisinya sekarang, sebab keluarga yang terkenal akan wibawa dan kesuksesannya. Tidak khayal, jika si bungsunya yang masih berusia belasan itu banyak membuat remaja di luar kepalang iri. Terutama loyalitas dan support yang terang-terangan diberikan dalam karir anak bungsu itu.
"Tiup lilinnya, sayang."
Aerin menggeleng kencang, mengarahkan pandangannya ke pintu ruang inapnya. Masih mengharapkan kehadiran satu lagi orang tersayang menampakkan batang hidungnya. Bola mata gadis itu menampakkan binar.
"Enggak, aku gak mau niup sebelum Abang di sini!"
"Abangnya lagi di jalan. Kata Abang, gapapa kalau Aerin tiup dulu, masih lama soalnya." Wanita di sebelah berusaha membujuk, sembari mengarahkan kue dengan lilin menyala di atasnya ke arah si gadis.
"Gak, harus tunggu Abang dulu!" ucap gadis itu keukeh.
Baik orang tua dan saudara-saudara sepupu sudah berusaha membujuk Aerin yang masih ingin menunggu kakak laki-lakinya, padahal keberadaan si sulung belum diketahui di mana posisinya. Terakhir kali orang tuanya menghubungi tetapi si pemuda tidak menjawabnya. Sekalipun dia sudah berjanji pada adiknya untuk datang tepat waktu, tetapi macetnya jalan kota tidak dapat diduga.
Si gadis itu mulai gamang di tempatnya, menimpuk selimut rumah sakit sambil memeperlihatkan raut kesal. "Abang udah janji, Bunda!"
Para pembacanya kerap menjuluki Si Bunga Tidur---karena menurut mereka ketika membaca karangannya mampu hanyut sampai alam mimpi. Diksi pula imajinasi benar-benar mengambil peran penting di sini, Aerin sama sekali tidak keberatan. Walaupun sebagian lagi memanggilnya KaRin.
Dikenal sejak kemunculan novel perdananya Summer After Winter sampai sekarang kepopuleran menjadi-jadi, disamping itu jumlah pembenci juga bertambah seiring hari. Semuanya kerap berjalan tidak semulus perkiraan, bukan?
"Happy birthday to you ... happy to you ... happy birthday dear Aerin, happy birthday to you!" Sosok tinggi semampai berjalan dengan kotak berbalut kertas warna-warni di tangan.
Aerin memekik tidak karuan, Ibunya memeluk dari sebelah kanan, sementara yang lain sibuk merekam.
Ini menakjubkan, di mata Aerin kamar penuh alat-alat kedokteran itu ganti jadi lenggang, susah payah dia bangkit dari ranjang. Ibu membantu mengangkat infusnya, sementara Ayah memapah.

KAMU SEDANG MEMBACA
BERTAUT [On Going]
Novela Juvenil[CERITA INI SEDANG DIREVISI] 🏆 Nominasi cerita favorite writing challenge lovRinz publisher 2022 🏆 #2 prosa April 2025 📍Start from 2021 Bermula dari sosok misterius di balik nama pena @gadisPuisi yang karyanya selama dua tahun berturut-turut berh...