Kecurigaan timbul

22 2 0
                                    

Part 26
Kecurigaan timbul

"Na, kenapa lo jadi kaku gitu mukanya?" Hazel mendekatkan wajah ke hadapan gadis berambut sebahu, menempelkan tangan di dahi Nara sambil merengut hingga buat dahinya berkerut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Na, kenapa lo jadi kaku gitu mukanya?" Hazel mendekatkan wajah ke hadapan gadis berambut sebahu, menempelkan tangan di dahi Nara sambil merengut hingga buat dahinya berkerut.

"Sakit?" Nara menggeleng.

Gadis itu fokus dengan kegiatan menyapunya, Hazel sendiri hanya menyeret-nyeret cetok seiring pergerakan Nara.

"Gue baik-baik aja, Jel. Gak usah gitu liatinnya, belakangan ini gue kurang minum aja. Makanya badan agak lemes," ucap gadis itu.

Ada banyak hal yang sebenarnya ingin dia lontarkan, tetapi begitu melihat suntuk masam mimik Nara, Hazel memilih bungkam. Jika bersama Nara, Si ungu sangat memilah kata agar dia tidak sakit hati. Berbanding terbalik jika berhadapan dengan manusia lain. Perangainya yang berisik dan mellow tidak bisa ditutupi lagi, dengan Pradipta Arespati tanpa terkecuali.

"Kemarin lo pulang bareng siapa?"

Nara mempercepat gerak sapunya. "Temen."

Hazel kembali merengut. "Kok, gue gak diajak, ih! Padahal mau main dulu ke rumah lo."

"Eh, tapi sama siapa deh? Anak kelas bahasa sebagian besar masih di sekolah, atau lo pulang bareng anak kelas lain?" tanya Hazel.

"Iya, kebetulan rumah kita searah. Satu komplek juga ternyata."

"Oh, IPA atau IPS?"

"IPS."

"Cewek atau cowok—"

"—Ejel!" Gadis berbando ungu sontak terdiam.

Hazel menampilkan deretan gigi depan. "Sorry, itu privasi ya?"

"Gue tahu lo cuma khawatir, nih pegang badan gue masih utuh gak kurang barang satu inci pun, lain kali bakal lebih sering bareng lo aja, deh, " ujar Nara pelan-pelan.

Hazel memanyunkan bibirnya, lantas merengek sambil menggeser jalannya. "Habis, belum siap aja gitu nerima kenyataan kalau lo jalan sama cowok."

Nara menjitak dahi gadis di depannya. "Selama ini gue selalu jadi obat nyamuk lo."

"Tapi, setelah gue pikir-pikir bagus juga kalau lo punya cowok. Bisa double date kita, ya, 'kan?" ucap Hazel dibarengi dengan aksi usap-usap dahi.

"Iya, bagus. Bisa-bisa gue digibeng sama Mama." Nara menarik napas sebentar, kemudian lanjut berujar, "Pokoknya gue gak mau punya pacar, sebelum nama gue ganti jadi dr. Zefanya Inara."

"Yaelah, keburu cowok-cowok pada insecure sama lo."

"Bagus, dong. Berarti di mata mereka gue punya value dan gak bisa semena-mena sama gue."

Hazel geleng-geleng kepala, mendengar kalimat Nara makin membuat dia sangat tidak berguna bagi nusa dan bangsa. "Kalau seandainya ada yang bilang gini, 'maaf kamu terlalu baik buat aku', lo bakal jawab gimana?"

BERTAUT [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang