Kurang sempurna

271 59 21
                                    

KylXXXXXX Orang cacat mental kayak lo masih berani-beraninya nyulut api ke author lain? Heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KylXXXXXX
Orang cacat mental kayak lo masih berani-beraninya nyulut api ke author lain?
Heran.

PicoXXXXXX
Jari Anda, aduh cantik sekali @KylXXXXXX

KylXXXXXX
Lo fansnya, ya?
Najis.

"Keras kepala, Abang bilang gak usah dibaca!"

Laki-laki itu menarik paksa gawai dari tangan adik perempuannya, lalu melempar ke sembarang arah. Ganti menatap tegas dengan rahang yang mengatup rapat. Jelas dari raut wajahnya, laki-laki itu kesal, pasalnya sesering apapun dia melarang agar tidak membaca komentar-komentar orang di laman menulis miliknya, gadis itu tetap keukeh melakukannya. Lalu, setelah itu dia akan menangis semalaman atau bahkan menghancurkan barang-barang---terakhir kali sebuah kipas angin dibantingkan ke tembok sampai pecah berkeping-keping. Laki-laki itu berulang kali mencoba menahan gerakan adik perempuannya yang kian agreasif.

"Abang!" Si laki-laki mengusap lembut pipi adiknya. Mereka bersitatap satu-sama lain, kemudian barulah perempuan itu berhenti bergerak.

"Gue gak mau lihat lo ngiris-iris tangan lagi, gak usah berbuat bodoh lo masih bisa balas dendam dengan cara elegan," ucap laki-laki itu seraya mendekatkan dagu ke leher jenjang milik si gadis. Dia setengah berbisik, dan sebuah seringai kecil terbit di wajah ayunya yang penuh bekas sayatan---paling parah di bagian pipi serta pelipis sebalah kiri.

"Udah diminum obatnya?" Gadis itu membalas dengan mengangguk. Sebuah usapan lembut pun didapatkannya, laki-laki yang lebih tua lima tahun darinya itu benar-benar sosok penyayang dan dia sangat menyukainya.

"Besok kita ke psikolog."

"Lagi?" Sebuah helaan napas panjang ke luar dari gadis itu, dia menatap ke arah sang kakak dengan raut lesu.

"Bisakah kita berhenti ke sana? Mereka tidak bisa membantuku apa-apa, hanya orang sok tahu yang pandai bicara."

"Untuk yang satu ini, sepertinya permintaanmu tidak bisa dikabulkan, Tuan Putri."

Gadis itu menghentak-hentakkan kakinya kesal, mencak-mencak sambil melengkingkan keluh di bilik bermukimnya. Dia kemudian melempar pandang ke arah jendela yang dipasangi pagar besi.

"Abang, aku juga mau punya teman."

"Kan ada Abang."

"Ah, males bosen."

Laki-laki itu menoleh kea rah samping, tepat di sebelah adiknya tergeletak boneka teddy bear dengan kedua telinga yang compang-camoing, dan bagian isi perut berhamburan keluar.

"Terakhir kali Abang kasih kamu teman, lehernya putus."

"Mau yang betulan." Ia berkata pada kakaknya sembari mencondongkan badan ke depan, sengaja benar mendekatkan mata ke arah laki-laki di hadapannya.

"Kamu memang paling pintar memberontak, Na." Anak perempuan itu justru tertawa, dia menggosok-gosokkan wajahnya yang kusut ke baju kakanya

"Abang!"

BERTAUT [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang