2. Gerah Hati Gerah Body

428 49 4
                                    

Aura rumah itu terasa seram, yang Jungwon tau–ayah Heeseung sedang keluar negeri. Hanya Heeseung dan para maid yang sedari tadi membungkuk sopan ketika melihat Jungwon lah yang menghuni rumah itu. Bahkan pintu kamar yang berderit pelan ketika dibuka oleh Jungwon membuat bulu kuduknya merinding. Bagaimana tidak, Heeseung hanya seorang diri di kamar itu. Tidak bersuara dan lagi-lagi Jungwon melihatnya duduk di balkon. Baiklah, setidaknya Heeseung tidak mengurung diri di kamar dengan pintu tertutup. Lelaki itu masih menghirup udara luar.

"Hee?" panggil Jungwon dengan hati-hati.

Lelaki itu berbalik badan kearah Jungwon. Hanya saja matanya dengan tatapan kosong dan lurus kedepan tak melirik kearah Jungwon. Jungwon berjalan kearahnya, memberi se-cup kopi pesanan Heeseung. Baru sekarang Heeseung bisa merasakan kopi itu lagi. Varian Colombia Huila Pink Bourbon, ia hanya bisa mendapatkan itu di kafenya. Dan Heeseung tidak bisa pergi lagi kesana. Itu karena lelaki 21 tahun itu telah kehilangan penglihatannya.

"Thanks"

Jungwon duduk di kursi sebelah Heeseung. Jungwon melihat bagaimana bola mata lelaki itu tidak mengikuti benda yang bergerak.

"Lo–enggak mau coba keluar?" tanya Jungwon membuat Heeseung meliriknya walaupun tak fokus pada wajah Jungwon. "Gue harus gimana kalau keluar?"

Lelaki itu mengurung dirinya selama 3 bulan ini. Hanya dirumah, dan tidak kemanapun. Bahkan sulit bagi Heeseung untuk melakukan pekerjaannya saat ia harus beradaptasi dengan penglihatannya yang gelap.

Jungwon terdiam, sulit untuk mengajak Heeseung keluar. Tapi dengan melihat Heeseung terus di kamar membuatnya teringat pada ibunya dulu–yang selalu dikurung di kamar seperti ini. Dan berakhir dengan pergi meninggalkan Jungwon dan Zahra selamanya. Bedanya ini atas kemauan Heeseung sendiri.

"Bianca, gimana?" membuat Heeseung tersenyum tipis saat Jungwon menanyakan hubungan mereka. "Seharusnya gue yang nanya sama lo, 'dia gimana?', lo tau keadaan gue sekarang yang enggak bisa ketemu dia."

Masalahnya Jungwon tak bertemu Bianca berapa bulan ini. Setelah kejadian itu, Heeseung juga tak pernah bertemu Bianca. Terlintas dipikiran Heeseung, bagaimana ia melihat Bianca yang didorong oleh temannya dan hampir tertabrak di jalan waktu itu. Heeseung dengan cepat mendorong gadis itu hingga ia sendiri yang tertabrak mobil. Tidak pernah ada terbayangkan oleh Heeseung dan yang lainnya–lelaki itu akan kehilangan penglihatannya. Kecelakaan itu membuat matanya rusak. Hingga Heeseung tak bisa melihat lagi. Sedangkan Bianca tidak pernah tau akan hal ini. Semua ditutup dari publik. Setelah kabar pertunangan Heeseung dan Bianca yang dibatalkan oleh ayahnya sendiri, Heeseung memilih untuk menutup diri dari media luar. Berbagai pertanyaan terkait itu terus menghantuinya.

Heeseung begitu kecewa pada ayahnya yang tak merestui hubungannya dengan Bianca karena Bianca bukan berasal dari keluarga kaya walaupun gadis itu sudah sukses diusia muda. Bianca dijauhkan dari Heeseung dan tak diizinkan untuk menemui lelaki itu lagi. Anggota keluarga Heeseung dan teman-temannya dilarang untuk memberitahu Bianca tentang Heeseung yang kehilangan penglihatannya karena menyelamatkan gadis itu. Heeseung–hanya tidak ingin gadis itu menyalahkan dirinya sendiri. Cukup mengetahui bahwa gadis itu selamat sudah cukup untuk Heeseung membuktikan rasa cinta nya pada Bianca. Heeseung mengorbankan diri untuk membuat Bianca tetap hidup hingga sekarang.

"Gue sayang banget sama dia. Tapi gue enggak pernah bisa genggam tangan dia lebih lama." ucap Heeseung lirih yang membuat Jungwon terdiam.

Setelah beberapa lama, akhirnya Heeseung bercerita tentang hal itu. Dimasa-masa awal saat ia dikonfirmasi kehilangan penglihatannya, Heeseung benar-benar syok dan tak ingin bicara.

"Mungkin ini udah takdir buat gue. Atau hukuman buat gue yang udah ngelawan Papa waktu itu." ucapnya lirih. "Tapi Papa udah sering renggut kebahagiaan gue, Won."

LET ME CHANGE OUR DESTINY | SUNGHOON 2 [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang