1. 4 Kemauan

731 56 7
                                    

"Keluar!! Saya tidak butuh kamu!" bentak dan usir seorang lelaki dengan wajah penuh kemarahan itu.

"Enggak, ini rumah Aca kan? Kok Papa usir Aca? Hiks hiks."

"Jangan nangis!!"

"Bajingan sepertimu menjadi terlalu rendah dengan membuat anak kecil menangis." cebik seorang lelaki yang tersenyum kecut.

"Cuih! Apa artinya bajingan itu tanpa penderitaan? Itu membuatku belajar untuk menyakiti lebih banyak orang."

"Setidaknya kamu bukan psikopat, teknikmu sangat berbeda. Bermain tangan lah saat gadis kecil itu terus menggeleng hingga aku menjadikan penjara sebagai rumah barumu." lelaki dengan jas biru itu menatap dingin kemudian menggenggam tangan anak kecil yang sesenggukan karena ketakutan tadi lalu membawanya pergi.

"Cut!"

"Selesai, kalian berkerja dengan baik. Terima kasih." ucap gadis itu tersenyum pada seluruh kru yang berkerja.

Senyum puas yang selalu ditunjukkan gadis 19 tahun itu membuat semangat para kru yang berkerja semakin bertambah setiap harinya. Hingga beberapa hari kedepan film tersebut akan ditayangkan.

Gadis itu meminum se-cup Cappucino panas yang dibelikan oleh asisten nya beberapa menit sebelum ia menyelesaikan pekerjaannya.

"Capek kan? Tapi kamu selalu bilang itu menyenangkan." kekeh seorang lelaki menghampiri nya.

Zahra melirik jam tangannya. Pukul 10 malam. Ah, ia terlambat lagi. Ada beberapa scene yang terus diulang tadi karena sangat sulit hingga ia akhirnya terlambat untuk pulang. Dan sekarang ia akan semakin terlambat jika meluangkan waktu untuk berbincang lebih lama lagi.

"Seorang Zahra tidak selalu jujur untuk berbagai situasi dan keadaan." jawab Zahra yang sibuk mengemasi serta mencari ponselnya.

Tidak ada panggilan, Zahra mengerutkan kening melihat ponselnya. "Belum pulang?"

"Pertanyaan basa-basi yang enggak pernah bosan aku dengar. Tanyain itu lagi besok, sekarang ayo pulang bareng." ajaknya.

"Daniel," Zahra menatapnya datar menghela napas.

"Ah, aku harus iyain itu sesekali biar kamu tau seberapa posesif nya Sunghoon."

Gadis itu pergi dan melambaikan tangannya pada beberapa kru yang berkemas. Sedangkan lelaki itu tetap mengikuti langkah keluar Zahra disamping nya.

"Park Sunghoon? Hm, kayaknya cocok banget buat main di 'My Possessive Husband', iya enggak?"

Zahra terhenti kemudian menatap Daniel. Ia menggeleng pelan menghela napas–rasanya lelah untuk menanggapi orang itu. "Aku udah baca naskahnya. Posesif Sunghoon enggak seperti itu. Posesif yang lebih manis. Em dia juga enggak punya bakat akting. Jadi silahkan cari pemain lain." ucap Zahra melanjutkan jalannya.

Lelaki itu terkekeh. "Bilang aja itu karena kamu enggak mau Sunghoon punya lawan main cewek kan? Seorang Zahra tidak selalu jujur untuk berbagai situasi dan keadaan."

Zahra tak menghiraukan nya, sebenarnya itu juga salah satu alasan Zahra untuk terus menolak setiap kali lelaki itu menawarkan syuting pada suami nya. Dia tau Sunghoon akan jadi lebih sibuk. Sunghoon akan sangat kelelahan nanti. Ia ingin Sunghoon fokus pada satu titik untuk saat ini–dan fokus pada keluarga nya. Dan tetap satu alasan utama–dia akan cemburu. Zahra tidak akan membiarkan gadis lain menyentuh miliknya.

"Ya ud-"

"Tolong berhenti disini, jalan setelah aku masuk ke dalam mobil atau aku bakal nyibukin diri pas acara makan siang besok."

LET ME CHANGE OUR DESTINY | SUNGHOON 2 [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang