"Ah-Sung"
Zahra tersentak kaget saat Jay meletakkan dua gelas espresso di meja. Terbawa larut dalam pikirannya ketika menatap rintik hujan diluar sana. Dengan paper bag biru di tangannya. Gadis itu berulang kali melirik arlojinya. Sunghoon pasti sudah menunggu kepulangannya. Tadi gadis ini pergi untuk mengunjungi Heeseung. Setelah itu mampir ke Mall. Ia ingin membawa Zio karena Sunghoon sedang melanjutkan pekerjaan yang tersisa walau sedang libur dirumah. Namun papa muda itu menahan anaknya, ia ingin bekerja ditemani Zio. Melihat bayi kecil itu bermain disampingnya, tertawa bahagia dengan lawakannya adalah kebahagiaan tersendiri yang Sunghoon dapatkan saat menjadi seorang ayah.
Zahra mampir ke kafe Heeseung untuk membelikan pesanan coffee Sunghoon. Dan berakhir lah dengan terjebak hujan yang memburu setiap sudut kota sore itu.
"Lo mikirin apa?" tanya Jay yang duduk dihadapannya. "Terlihat sangat terbebani."
Baru saja datang, lelaki itu nampak sedikit basah–mungkin kehujanan saat masuk kafe. Mentraktir Zahra dengan secangkir espresso yang belum disentuh gadis itu. Jay kebetulan berteduh disana. Di jalan selama hujan, di dalam mobil sendiri akan membosankan walau ditemani lagu-lagu favorit.
"Dicintai banyak orang itu enggak selalu bikin bahagia, ya?" tanya Zahra tanpa menatap Jay.
Gadis itu hanya menatap uap kopi. Kopi yang harus ia minum untuk menghangatkan tubuhnya yang kedinginan. "Aku lebih milih dicintai 1 orang dan dijauhi 1000 orang tapi bahagia daripada dicintai banyak orang tapi sering terluka,"
Zahra menyeruput kopinya, bahkan rasanya seperti hambar karena beban pikirannya. Ia menghargai traktiran dadakan Jay dengan meminum kopi itu sebagai bentuk ucapan terima kasih.
"Cinta itu luka." gadis itu tersenyum lirih.
Jay tersenyum tipis setelah menyeruput kopinya. Sangat jarang ia bicara pada Zahra seperti ini. Ini kali pertamanya dan kesannya sudah seperti sad girl.
"1 orang yang kamu maksud itu–Sunghoon 'kan?" kekeh Jay.
"Tentu."
Jay menghela napas panjang. Memasukkan kedua tangannya ke dalam jaket yang ia kenakan, lebih dingin dari sebelumnya. Lelaki itu bersandar di kursinya.
"Enggak semua cinta itu luka. Sunghoon? Cinta dia bukan luka 'kan?" tanya Jay membuat Zahra menatapnya.
Benar, cinta Sunghoon bukan seperti cinta yang lainnya. "Sunghoon pengecualian." jawabnya membuat Jay terkekeh.
"Kamu cantik, pintar, kamu baik, Zahra. Wajar banyak yang incar kamu. Wajar banyak yang jatuh cinta sama kamu," gumam Jay menatap Zahra yang terlihat murung. "Kamu hampir sempurna dimata semua laki-laki."
"Dimata kamu juga?" tanya Zahra tanpa ragu. "Karena itu aku ngomong begitu. Mungkin kalau enggak duluan sama Sunghoon, aku bisa aja jatuh cinta sama kamu." kekeh Jay jujur.
Siapa yang tidak jatuh cinta pada gadis itu. Tidak cinta pun paling tidak akan menyukai kepribadian gadis itu. Paras cantiknya benar-benar menggetarkan hati para lelaki yang melihatnya. Zahra punya kharisma yang bisa menarik siapapun yang tidak kuat imannya hingga jatuh hati padanya. Ketika seseorang mencintainya, rasa ingin memiliki gadis itu akan membuat mereka melakukan segala cara. Contohnya yang dialami Daniel. Namun dari banyaknya lelaki, Jake dan Jungwon berhasil membuang perasaan cintanya. Termasuk Heeseung dan Jay yang kini sendiri sudah menganggap Zahra seperti adiknya. Sedangkan Riki dan Sunoo memang mempunyai tambatan hati masing-masing.
***
Menghabiskan waktu untuk membaca novel bergenre romance. Akhirnya gadis itu melihat kearah lelaki yang meringis memegang kepalanya. Terbaring di brangkar rumah sakit selama beberapa hari ini. Kondisinya masih belum pulih setelah siuman beberapa hari lalu. Daniel dibawa oleh polisi untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET ME CHANGE OUR DESTINY | SUNGHOON 2 [END] ✓
FanfictionLET ME LOVE YOU SEASONS 2 Melewati berbagai rintangan yang terus membisikkan keraguan untuk hubungan mereka, Sunghoon perlu menekankan bahwa hubungan masa muda mereka yang secara tiba-tiba itu bukanlah hubungan biasa. Setelah semua yang Sunghoon da...