15. Pengecut!

159 36 0
                                    

"Zahra masa gini aja mau cerai?!"

Zahra berganti menatap Sunghoon datar. "Kenapa memangnya? Aku bosan." ucap gadis itu bangkit dan duduk di sofanya.

"Kita bisa bicara baik-baik dengan kepala dingin, jangan langsung cerai-cerai aja." sambung Sunghoon yang duduk disebelahnya. "Kamu kira pertahanin kamu gampang apa?" cebik lelaki itu terlihat kesal.

"Kesatria baja putih kamu ini harus bersaing sama banyak laki-laki tau." ketusnya mengomel. "Mana kamu kelewat cantik, kan banyak yang naksir."

Zahra menatapnya cukup lama mendengar semua celotehan Sunghoon. Sunghoon jadi bingung. Ia sedang kesal tapi Zahra terus menatapnya hampir membuatnya salah tingkah.

"Kenapa?" tanyanya mendelik kesal.

"Ppfffttt huahahahaha, kamu kira aku serius?"

Zahra tak mampu lagi menahan untuk tidak tertawa melihat ekspresi Sunghoon. Sekarang lelaki itu ngebug, terdiam menatap Zahra. Ia kemudian tertunduk lirih. Zahra masih mencoba menghentikan tawanya. Gadis itu bisa melihat seberapa Sunghoon takut berpisah darinya. Disisi lain juga Sunghoon dapat melihat seberapa takut Zahra bila Sunghoon meninggalkannya.

Lelaki itu diam, menghela napas dan bangkit dari sofa. Ia meminum segelas air. Menetralisir rasa kesalnya dan mengisi ulang kesabarannya. Beruntung Zahra hanya bercanda. Tapi kalimat itu masih terngiang dikepalanya. Takut jika suatu hari nanti itu benar-benar diucapkan oleh Zahra. Entah mengapa Sunghoon jadi tak tenang. Seperti sebuah peringatan baginya, bahwa yang ada digenggamannya sekarang bisa saja lepas sewaktu-waktu.

Meletakkan gelasnya dinakas. Sunghoon yang ingin melangkah tiba-tiba tertegun saat sepasang tangan melingkar di pergelangan pinggangnya. Gadis itu memeluknya. Sunghoon menghela napas berbalik menatap Zahra.

"Maaf." ucap gadis itu lirih menatap Sunghoon. Sunghoon membelai surai kecoklatan milik Zahra. Tersenyum meyakinkan bahwa ia tidak marah pada gadis itu.

"Enggak apa-apa. Aku yang minta maaf. Aku yang mulai duluan." ucap Sunghoon mengajak Zahra agar menyudahi itu semua. "Aku cuma mau tau tadi, gimana kalau seandainya aku pergi. Ternyata kamu benar-benar enggak mau aku pergi."

Keduanya sama-sama takut kehilangan satu sama lain. Mendengar itu spontan membuat keduanya merasa kesal dan marah.

"Sunghoon." panggil Zahra lirih membuat Sunghoon semakin serius menatap manik hitam gadis itu. "Aku enggak mau kita jauh. Jangan pernah pergi, kalau kamu pergi..."

"Aku akan ikutin kamu kemanapun kamu pergi. Walaupun ujung dunia itu enggak pernah ada." ucapnya tersenyum.

Sunghoon mengacak gemas puncak kepala gadis itu. "Aku akan selalu ada disamping kamu–menggenggam tangan Zahra. Kita akan berjalan beriringan, hingga semesta benar-benar memisahkan."

"Tapi akhirnya juga pisah, Sunghoon." cemberut Zahra melepas tangan Sunghoon dan naik ketempat tidurnya.

Sunghoon tersenyum kecil, menuangkan segelas air mineral dan memberinya untuk Zahra. Gadis itu meminum air putih yang diberikan Sunghoon.

"Semesta cuma memisahkan raga–bukan hati, Zahra." ucap Sunghoon saat meletakkan kembali gelas kosong milik Zahra dinakas.

Zahra menghela napas, benar yang dikatakan Sunghoon. Sejauh apapun mereka tetap bersama, diakhir akan ada perpisahan yang abadi, dan mereka tidak akan bisa bergenggaman tangan lagi. Tapi hati mereka tetap bersatu karena saling mencintai bukan? Nama gadis itu telah terukir jelas dihati Sunghoon. Tak akan pernah bisa tergantikan.

Gadis itu tersenyum. Menghela napas menggenggam tangan Sunghoon. Tak tau harus berkata apa, ia hanya ingin mengatakan betapa ia mencintai seorang Park Sunghoon.

LET ME CHANGE OUR DESTINY | SUNGHOON 2 [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang