22. Unknown

143 34 6
                                    

"Sunghoon" 

Senyum sumringah Sunghoon yang berekspektasi lebih pun memudar. Beberapa detik menatap tanpa tergerak menyentuh tombol hijau untuk menerima panggilan dari nomor asing. Ia ingat saat ia menerima panggilan dari nomor tak dikenal beberapa bulan yang lalu. Milik Zara yang pada masa itu menjadi akar dari permasalahan rumah tangganya dan Zahra. Bahkan sekarang rumah tangga mereka sedang tidak baik-baik saja.

"Kenapa enggak diangkat? Pusing gue." ucap Jake terdengar mengeluh saat memindahkan tubuhnya beristirahat di tempat tidurnya.

Sunghoon bangkit dari duduknya. Lantai itu cukup dingin. Diluar, cahaya matahari seakan meredup. Berjalan ke balkon rumah Jake sambil menatap layar ponselnya. Sunghoon menghela napas, beberapa detik kemudian keputusannya untuk menolak panggilan itu membuatnya sedikit penasaran. Tapi ia tidak ingin sesuatu buruk terjadi lagi. Tapi bagaimana jika itu Zahra? Apa mungkin?

Sunghoon kini khawatir. Melihat pesan tersemat di ponselnya. Memasuki room chat itu untuk menanyakan kabar istrinya. Namun baru saja ingin mengetik, sebuah pesan dari Zahra masuk lebih dulu. Tangan Sunghoon yang baru saja mengetik satu kata sekarang terhenti. 'Zio cari kamu.'

Tiga kata mengukir senyum tipis Sunghoon. Segera memasukkan ponsel ke saku celananya. "Gue pamit."

"Kemana?" kaget Jake yang bangkit untuk melihat Sunghoon yang berlari kecil. "Pulang?"

Tidak mendapat jawaban basa-basi dari Sunghoon, Jake kembali merebahkan badannya. "Hah, dasar teman laknat."

***

Hujan yang cukup deras terlihat dari jendala kaca dengan tinggi 3,5 meter. Gadis dengan tangan dilipat di dada, dress baby blue dan ponsel dengan case pinguin yang selalu mengingatkan pada Park Sunghoon. Bahkan sekarang ia tengah memikirkan laki-laki yang ia hubungi beberapa jam sebelumnya. Entah terjebak kemacetan beberapa kali, seharusnya jalanan sepi di tengah hujan deras begini. Tapi hujan deras tidak menjadi alasan untuk lampu lalu lintas dimatikan bukan?

Melirik arlojinya, 30 menit lagi ia harus pergi. Jay baru saja menghubunginya untuk memastikan gadis itu siap dijemput atau tidak. Zio sendiri, karena itu Zahra menunggu Sunghoon untuk datang.

Terlihat sebuah mobil ingin masuk ke garasi namun tidak ada yang bergerak untuk membukakannya. Terlihat sekilas Sunghoon yang merasa aneh ketika anak buahnya tidak ada sama sekali. Bahkan kemana perginya para bodyguard yang menjaga Zahra dirumah itu? Itu artinya Zahra sudah pergi? Itulah yang sedang Sunghoon perhatikan tadi.

Sunghoon akhirnya keluar dari mobilnya untuk masuk ke rumah. Berjarak 5 meter untuk sampai ke teras rumahnya. Bahkan tidak sampai satu menit, hujan deras itu hampir saja membuatnya basah kuyup. Sunghoon menepis-nepis kemeja kantornya yang sedikit basah. Walaupun itu tidak membuat kemeja dengan warna blue ocean itu langsung kering.

Mengeringkan kemeja sambil berjalan masuk ke dalam, tiba-tiba Sunghoon terhenti saat sebuah handuk kecil disodorkan padanya. Ia tau itu tangan Zahra. Mata Sunghoon beralih untuk menatap wajah istrinya. Zahra yang menatapnya datar. Sunghoon menerima handuknya dan mengeringkan beberapa bagian tubuhnya yang basah.

Baru saja ingin bertanya keberadaan Zio, gadis itu berbalik berjalan ke sofa untuk mengambil tasnya. Seharusnya Sunghoon sadar bahwa gadisnya itu ternyata sudah bersiap untuk pergi. Sekarang Sunghoon rasa tidak perlu bertanya kemana istrinya akan pergi. Ketika ia menyadari seseorang masuk ke dalam rumah. Tentu saja itu Jay.

Berjalan tanpa melirik kearah Sunghoon. "Udah siap?"

Dijawab anggukkan oleh Zahra. Lelaki itu tersenyum kecil. "Tapi hujan, enggak mau tunggu reda aja?"

LET ME CHANGE OUR DESTINY | SUNGHOON 2 [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang