Aku yang minta maaf walau kau yang salah
Aku kan menahan walau kau ingin pisah
Karna kamu penting
Lebih penting
Dari semua yang ku punyaLebih Dari Egoku - Mawar de Jongh
_________________
____
Hari-hari berikutnya, kesuraman Jingga kembali lagi. Seperti waktu akhir-akhir dimasa SMA. Dengan membawa Drafting tube disalah satu bahunya, Jingga hanya menatap datar yang ada dihadapannya.
Jhonny kesal sendiri, karena sedaritadi dia seperti berbicara sendiri. Jingga seperti patung yang bisa berjalan, "Why?! I notice, you've changed since you went out with Theo that night. Theo didn't do anything weird to you right?! Answer me Jingga!"
"It's okay, there's nothing to think about!" Ucapnya sambil berjalan buru-buru menuju kelas, karena memang akan mulai 15 menit lagi.
Di Kelas, Jingga menggambar fokus dan hanya diam. Terkadang, dia hanya bertanya sesekali. Itupun kepada Dosen, bukan kepada Jhonny.
Semenjak itu juga, Theo merasa bersalah dan menceritakan kepada Yoga dan Jhonny. Keduanya menghela nafas, semua wajar. Karena Jingga tidak melakukan itu, bahkan dia berniat baik membawa Theo ke rumah Ysabelle.
Di rumahnya juga, Jingga akan makan di Kamar atau memilih tengah malam untuk memasak. Tanpa berbicara kepada Yoga.
Grep
"Lu ga bisa 4 tahun egois diemin semua orang begini! Gua tau ada orang yang salah, tapi apa harus semua orang yang kena?!" Jingga menatap lemah Yoga, dia juga tidak ingin. Tapi rasanya sakit, dia tidak hanya tidak ingin terlihat lemah dimata orang lain.
Prangg
Jingga terduduk dengan piring makanan yang jatuh ke lantai, dia capek dengan semua teka-teki semesta. Kenapa Tuhan membuat dirinya selalu merasa sakit?
Dia egois, tapi Tuhan lebih egois. Dia mengambil Bundanya, dan tidak memberikan Ayah kandungnya kepadanya. Ayah Julian hanya orang asing yang dia panggil Ayah, dia hanya mantan suami Bundanya. Tidak lebih dari itu.
Hiks hiks hiks
"Ini sakit Yog! Rasanya lebih sakit dari kehilangan Bunda!" Yoga tersentak, selama ini Jingga tidak pernah menceritakan masalah keluarganya dan fakta ini membuat dirinya kaget.
Dipeluk erat Jingga, ditengah pelukannya. Gadis itu masih menangis sesenggukkan.
"Lu hebat, Ji! Makasih udah bertahan sampai sejauh ini, gua bangga sama lu! Gua tau apa yang lu lalui itu ga mudah, tapi lu harus bertahan setidaknya demi gua yang ga mau tinggal sendiri di Berkeley"
Jingga malah memukul dadanya pelan sambil terkekeh, "Hal sepele apapun yang bisa buat lu bertahan, ingat terus itu! Gua yakin lu akan berhenti mikir kalau lu harus menyerah!"
"Makasih banyak Yoga!"
Yoga dengan sabar membersihkan pecahan piring dan memasak untuk Jingga, walaupun cuman mie instan setidaknya teman serumahnya tidak mati kelaparan.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Fanfic•Tulislah kisah kita berdua, tentang pertemuan tak terduga hingga hatiku yang menuntunku padamu. Semoga takdir kali ini menyatukan kita dalam satu buku, bukan cerita yang tak pernah berakhir•