3

7K 1K 28
                                    



" Aboeji!"



Zitao menoleh dan mendapati sang anak, Renjun yang berjalan mendekatinya dengan tas keranjang kosong di punggungnya.



" Waeyo?" Tanya Zitao acuh lalu kembali memilin tali jeraminya.




" Dimana Junkyu?" Tanyanya sembari duduk di sebelah sang ayah. Menaruh tas keranjangnya di tanah lalu mulai merecoki pekerjaan sang ayah dengan menimang-nimang beberapa sendal jerami yang baru selesai di anyamnya.


" Sedang membantu ay-"






" Kim Junkyu disini!"




Sorakan dari seseorang memotong ucapan Zitao membuat kedua anak beranak itu menoleh dengan wajah sebal.


" Kau mengagetkanku! Dasar anak nakal." Sentak Zitao membuat Junkyu menyengir lebar.


" Maaf, Paman!" Ujarnya. Lalu setelahnya menoleh ke arah Renjun yang kini mengedipkan sebelah mata ke arahnya.




" Aboeji. Kami harus pergi." Ujar Renjun kembali mengambil tas keranjangnya.



" Eodiga?"



" Ke sungai. Mencari ikan untuk makan malam." Jawab Renjun.



" Araseo. Hati-hati. Jangan pulang terlalu sore." Ujar Zitao yang di angguki Renjun dan Junkyu.



Kini keduanya bergegas menuruni jalanan terjal menuju ke sebuah sungai beraliran dangkal yang berada 1 kilometer dari rumah mereka. Rumah yang mereka tinggali terletak di sebuah kawasan terpencil di atas gunung Gokcho. Untuk mencapai gubuk kayu yang mereka sebut dengan rumah itu, orang-orang harus melewati hutan lebat yang jarang sekali di masuki oleh manusia. Tapi bagi Renjun dan Junkyu beserta ayah keduanya, hutan selatan gunung Gokcho yang terkenal angker itu adalah tempat mencari makan, mencari penghasilan, dan juga tempat bermain bagi Renjun dan Junkyu yang selama 20tahun hidupnya di habiskan disana.


" Renjuna?"


Renjun menoleh.


" Wae?"




" Apakah kita harus mencari ginseng liar itu lagi? Ternyata harganya mahal sekali." Ujar Junkyu sembari memegang sulur-sulur akar agar tak terpleset.



" Lalu kau ingin kita menipu orang-orang lagi?" Tanya Renjun. Junkyu mengangguk lalu tersenyum tengil.


" Ginseng liar itu sangat susah di temukan. Tempo hari kita beruntung mendapatkannya cukup banyak sehingga bisa menyembunyikan tanaman rambat di dalamnya agar ginsengnya jadi terlihat banyak." Ujar Renjun sembari menguak semak belukar di depannya itu dengan parang.



" Kalau begitu, besok kita hanya akan menjual sendal jerami Paman Huang ke Hanyang?" Tanya Junkyu. Renjun mengangguk.

" Apalagi memangnya?"


Keduanya mulai meniti bebatuan untuk mencapai sungai yang sudah berada di depan mata.


" Bagaimana kalau kita membawa ikan saja ke Hanyang?" Tanya Junkyu dengan wajah berbinar.

Renjun menghela nafas.

" Aku bahkan sangsi kita bisa mendapatkan 2 ikan disini? Kau, bahkan aku tak secakap Tuan Kim dalam menangkap ikan." Ujar Renjun sembari melepas tas keranjangnya.


" Kau benar, Hyungnim." Gerutu Junkyu.


Renjun tak lagi menanggapi karna sibuk memperhatikan sekitarnya sebelum perlahan berjalan memasuki sungai di ikuti Junkyu yang baru saja melepas kaus kaki dan juga sendal jeraminya.


Crown Prince | Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang