27

3.4K 512 21
                                    



Renjun menarik selimutnya hingga ke dada sebelum mencuri pandang ke arah Jaemin yang sudah tertidur pulas di kasurnya. Mereka memang tidur di satu ruangan, tapi dengan kasur terpisah sesuai keinginan Renjun.

Memang banyak aturan ini itu yang Renjun sebutkan saat pertama kali mereka tinggal di rumah yang bisa di bilang cukup bagus itu. Seperti ia yang ingin segala keinginannya harus di kabulkan, tidur di satu ruangan tapi dengan kasur yang berbeda ( Dia ingin satu ruangan karna terlalu takut tidur sendiri), dan masih banyak aturan cerewet lainnya. Tapi yang paling harus di ingat Jaemin adalah aturan, jangan menyentuh Renjun tanpa seizinnya.

Jaemin menyanggupinya. Apapun itu, asal Renjun selalu ada di sisinya ia akan memenuhinya. Dan dalam satu tahun ini, Jaemin benar-benar tidak menyentuh Renjun kecuali jika itu di butuhkan.


Renjun kini menghadap sepenuhnya ke arah Jaemin yang tertidur dengan damai. Menatap wajah tampan sang pangeran dalam diam.


Tak banyak kata yang bisa Renjun dengar dari sang pangeran karna setelah makan siang, Jaemin sibuk meramu semua daun itu untuk di jadikan obatnya. Lalu setelahnya pemuda itu pergi bersama Minhyung ke desa untuk suatu urusan dan sekembalinya dari desa malam telah menjelang dan sang pangeran yang telah amat kelelahan itu berakhir jatuh tertidur mendahului Renjun tanpa sempat memakan makan malamnya.



Renjun menatap Jaemin dengan gelisah. Sejujurnya ia ingin membicarakan banyak hal kepada sang pangeran. Tapi bukankah itu cukup aneh? Padahal dalam keadaan biasa, tak mungkin itu di lakukannya. Renjun terjebak dengan karakter dingin yang ia sendiri ciptakan.


Sejujurnya ia tak ingin bersikap seperti itu, tapi pemikirannya yang seringkali berubah-ubah tentang perasaan terlarang Jaemin itu membuat ia tak dapat berbuat apa-apa ketika sikapnya tak sejalan dengan isi hatinya. Renjun selalu di hantui rasa bersalah setiap kali membentak, tak sengaja menyakitinya lewat ucapan atau tak sengaja menyudutkan Jaemin entah itu dengan topik apapun.


Renjun mulai banyak berfikir. Setelah membaca banyak buku, akhirnya Renjun sedikit demi sedikit menyadari betapa kekanakannya dirinya selama 20tahun hidup di dunia ini. Buku-buku itu sedikit banyaknya merubah sifat Renjun menjadi sedikit lebih dewasa. Tapi belum untuk menghadapi Jaemin. Renjun masih belum begitu mengerti akan dirinya sendiri sehingga ia takut untuk bertindak. Perasaan Jaemin masih terlalu asing untuk di terimanya.


Renjun hanya masih takut. Di luaran sana ia tak pernah melihat ada seorang laki-laki berhubungan secara asmara dengan laki-laki lainnya. Ia masih berfikir jika berhubungan itu ya harus berakhir dengan menikah dan akhirnya mempunyai anak. Jika dengan Jaemin? Bagaimana mungkin ia bisa mempunyai anak dengan sang pangeran?



Kembali ke keheningan malam yang berlatar ruangan senyap tempat dimana kedua jejaka itu tengah berbaring.


Renjun memejamkan matanya erat. Ia bergerak gelisah di bawah selimutnya. Tiba-tiba pemuda itu ingin mendengar suara Jaemin yang selalu berbicara lembut padanya. Renjun tiba-tiba merindukan suara dan mata Jaemin yang selalu memandangnya penuh puja. Hampir tiga hari tak merasakannya membuat Renjun merasa seperti ada yang kurang dari hidupnya.


" Yang Mulia?" Panggilnya dengan berbisik. Tapi Jaemin yang berada beberapa langkah darinya itu pun jelas tak akan mendengar panggilannya.

" Tidur yang nyenyak, Yang Mulia." Ujarnya akhirnya sebelum kembali ke posisinya semula.


" Hhh.." Renjun menghembuskan nafasnya keras. Ia tak bisa tidur sama sekali. Terlalu banyak hal yang berlalu lalang di fikirannya membuat Renjun sangat pusing.


Crown Prince | Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang