" Ah ani-- Injun-ah?"
Renjun tak berani mengangkat kepalanya sekalipun ia ingin. Pangeran Jaemin dengan Gonryongpo hitamnya itu terasa amat mengintimidasi.
" Lupakan. Untuk saat ini, kamu sebaiknya pergi. Satu minggu dari sekarang, aku akan menemuimu di jembatan Gingi. Aku akan menjelaskan semuanya padamu. Jadi tolong jangan katakan tentangku kepada siapapun, bahkan kepada keluargamu."
Sang putra mahkota tersenyum ketika Renjun ragu-ragu mengangguk.
" Anak baik." Ujarnya sembari mengacak surai tebal Renjun. " Sekarang pergilah. Mereka tidak akan menangkapmu."
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Renjun bergegas pergi dari hadapan pangeran Jaemin tanpa menoleh.
*
*
*" Akhh sial. Rasanya hampir putus nafasku." Seru Renjun namun masih terus berlari menerobos rimbunnya belukar yang menghalangi jalannya. Tujuannya hanya satu, yaitu segera pulang dan menemui keluarganya. Sebelumnya Renjun sudah menyusuri seluruh area pasar dan tidak menemukan keberadaan Junkyu sehingga ia buru-buru berlari pulang karna sepertinya saudara angkatnya itu telah meninggalkannya.
" Awas saja kau Junkyu. Berani kau meninggalkanku." Meskipun mengomel, tapi raut wajahnya menyiratkan hal sebaliknya. Wajahnya tampak risau.
" YA KIM JUNKYU! Hahhhh!" Teriaknya setiba di halaman gubuk kayu keluarganya.
Brakk!
" Mwoyaa?!"
Tiba-tiba pintu kayu itu terbuka menampilkan Junkyu yang menatapnya sebal.
" Ya! Bodoh! Kenapa kau meninggalkanku!" Sentak Renjun sembari berjalan bergegas menghampiri Junkyu yang beringsut keluar dari pintu.
" Aku lapar. Dan aku tidak punya sepeserpun uang di--"
" Ya! Kemana kau buang uangmu?!"
" Aku meninggalkannya di rumah. Aku lupa membawanya."
" Ck! Pabbo."
" Karna kau juga tidak ada. Aku memutuskan pulang karna sudah tidak tahan."
Renjun hendak kembali menyahut, namun seketika ia teringat akan apa tujuan awalnya.
" Ya! Dimana ayahmu? Dimana paman Kim?" Tanyanya sembari menyingkirkan Junkyu yang menghalangi jalannya. Melongok ke bagian dalam gubuknya. Kosong.
" Molla. Belum pulang. Sepertinya sebentar lagi." Jawab Junkyu sembari memperhatikan Renjun yang terlihat gelisah.
" Ada apa, Renjunah?" Tanya Junkyu saat Renjun berbalik dan menatapnya.
" Ayahku?" Tanya Renjun lagi mengacuhkan pertanyaan Junkyu.
" Kan ayahmu dan ayahku ke hutan bersama." Jawab Junkyu sedikit cemberut.
Renjun perlahan menurunkan badannya lalu duduk bersandar di ambang pintu yang tingginya tak seberapa itu, berfikir keras.
Junkyu yang masih kebingungan itu mengikuti Renjun, ikut duduk di depannya.
" Sebenarnya ada apa Renjunie?" Ulang Junkyu.
" Junkyu-ya. ."
" Ye?"
" Kau ingat Tuan Muda Ryu?"
Junkyu menoleh sebentar lalu berdehem pelan sembari mengangguk.
" Tentu saja. Itukan manusia pertama yang datang ke rumah kita. Kau bilang dia temanmu." Jawab Junkyu.
" Lalu kenapa?" Tanya Junkyu karna Renjun tak merespon ucapannya. Malah melamun.
Lama barulah Renjun menjawab.
" Tuan Muda Ryu Jaemin sebenarnya adalah Putra Mahkota Joseon, Junkyu-ya. Yang berarti, dia adalah saudara sepupumu."
" Mwo?!"
Renjun dan Junkyu buru-buru menoleh ke arah sumber suara. Di depan mereka, tampak Junmyeon dan Zitao yang kini tengah berdiri di pintu pagar gubuk mereka dengan beban kayu di punggung masing-masing.
" Aboeji. Paman Kim."
Dengan gerakan tergesa, Junmyeon buru-buru menurunkan kayu bakar yang ia pikul di punggungnya itu dan tanpa memperdulikannya kini jatuh berserakan di halaman gubuk kayu mereka. Zitao pun melakukan hal serupa setelahnya. Pria paruh baya itu berjalan bergegas menghampiri Renjun.
Renjun dan Junkyu buru-buru menyongsong langkah tergesa Junmyeon.
" Huang Renjun. Kau tadi mengatakan apa??" Tanya Junmyeon. Wajahnya tampak menahan amarah.
" Paman.. Ryu Jaemin adalah seorang putra mahkota.."
" Kau-- Kau tau itu darimana Renjun??" Desak Tuan Kim tak sabaran.
Meskipun gugup setengah mati, Renjun tak lantas hampir saja membongkar kenakalannya. Berfikir sejenak, Renjun menjawab.
" A-aku melihatnya-- prajurit di dekatnya memanggilnya Seja Jeoha. Dia mengenakan jubah berwarna hitam dengan sulaman emas naga di dadanya."
" Kau yakin dia Ryu Jaemin dan bukannya orang yang mirip?" Desak Tuan Kim memastikan. Renjun mengangguk.
" Renjun-ah? Bagaimana bisa kau melihatnya?-- Jangan katakan kalau kalian mendekati istana?!" Zitao pun ikut berbicara.
Renjun dan Junkyu reflek menggeleng.
" Ani! Aku tidak melihatnya karna aku pulang lebih dahulu paman!" Jawab Junkyu.
" Aku melihatnya di pasar. Dia berjalan-jalan dengan kudanya." Bohong Renjun. Untunglah ia ingat pernah melihat seorang pejabat pemerintah yang datang dengan kuda beserta beberapa prajurit ke pasar.
Zitao menatap Junmyeon yang kini terlihat berfikir keras.
" Apa yang harus kita lakukan, Hyungnim?"
Junmyeon balas menatapnya.
" Apalagi? Kita harus segera berkemas dan pergi dari sini." Jawab Junmyeon. Renjun dan Junkyu tetap terkejut meskipun tau jika memang hal itulah yang akan terjadi.
" Kita akan kemana? 20tahun kita bersembunyi disini hyungnim." Ujar Zitao.
" Kau benar. Tapi nyawa kita terancam jika kita masih bertahan disini."
" Aboejii. Kita akan pindah kemana?" Tanya Junkyu takut-takut.
Junmyeon menggeleng.
" Entahlah. Tapi yang terpenting sekarang adalah kita harus berkemas dan hapus jejak kita sebisa mungkin dari sini. Zitao, bersiaplah."
Zitao mengangguk.
" Baiklah, Hyungnim." Jawabnya. Lalu kepada Renjun dan Junkyu. " Renjun, Junkyu. Kemasi barang kalian. Jangan sampai ada yang terlewat. Karna setelah ini, ayah akan membakar rumah ini tanpa sisa."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crown Prince | Jaemren ✔
Historical FictionWelcome to: 20th My Jaemren Fanfic " Crown Prince " Ps. Foto cover nyolong di pint.. Start : Sabtu 3 Juli 2021 Finish : Senin 23 Januari 2023