25

3.3K 495 23
                                    





" Ap-apa?"




" Apa? --Maaf karna membohongimu, Yang Mulia, sebenarnya aku--"




" Bukan, bukan itu."




" Aku ingin pergi bersamamu?"




Sang pangeran mengangguk cepat. Renjun menghela nafasnya.




" Aku sudah banyak berfikir, Yang Mulia. Awalnya aku tak begitu mengerti dengan perasaan Yang Mulia. Tapi semakin hari Yang Mulia terlihat semakin nekat. Terkadang aku merasa sangat bersalah kepadamu, Yang Mulia."




" Kamu tidak perlu merasa seperti itu." Jawab Pangeran Jaemin. Renjun menggeleng.




" Entahlah. Jangan tanyakan apapun, Yang Mulia. Karna aku juga takut menyesal karna memilih keputusan ini." Renjun sebenarnya hanya kalut dan asal menjawab. Benar pemikiran untuk bersama Pangeran Jaemin itu sering terlintas di fikirannya. Karna mau bagaimanapun, di sentuh dan di berikan cinta sebesar itu setiap harinya cukup membuat hati Renjun bergetar. Ia nyaman bersama Sang Pangeran sekaligus sangat takut. Ia tak begitu mengerti akan cinta karna ia belum pernah merasakannya. Tapi ia tau, benar sang pangeran sangat mencintainya.




Pangeran Jaemin tersenyum.




" Baiklah." Ujarnya.




Renjun menghela nafas. Berusaha menjauhkan pemikiran-pemikiran buruknya.




" Kita akan kemana?" Tanya Renjun akhirnya.




" Aku sudah meminta Minhyung untuk mencarikan rumah dan itu letaknya sangat jauh dari Hanyang."




Renjun mengangguk.




" Yang Mulia harus tau. Aku benci hidup miskin." Tegas Renjun. Pangeran Jaemin tertawa.



" Kita mungkin tidak akan hidup semewah saat di istana. Tapi aku berjanji akan mencukupi kebutuhanmu dan memberikan semua yang kamu mau." Jawabnya. Pangeran Jaemin benar-benar tak menduga ini. Renjun akan ikut bersamanya? Bermimpi pun sang Pangeran tak berani karna dari awal Renjun tak menunjukan gelagat untuk menerima bahkan tak terlihat berminat dengan pernyataan cintanya. Pangeran Jaemin tau Renjun menyerahkan tubuhnya hanya karna tau ia akan tetap memaksa menyentuh tubuhnya.



" Baiklah."



*
*
*




" Sebaiknya kita beristirahat."




Pangeran Jaemin, atau sekarang boleh kita sebut dengan Jaemin saja itu turun dari kudanya terlebih dahulu sebelum membantu Renjun untuk ikut turun.



Setelah berjam-jam memacu kudanya menjauh dari Hanyang, akhirnya Jaemin menemukan tempat yang baik untuk beristirahat. Putra mahkota yang nekat itu benar-benar meninggalkan takhta dan kerajaannya demi sebuah kata bernama cinta itu.




" Pinggangku sangat pegal." Keluh Renjun sembari menggeliat.




" Beberapa jam lagi kita akan sampai." Jaemin berusaha menghiburnya. Renjun mengedikkan bahunya lalu memilih duduk berselonjor di tanah dengan bersandar di sebuah pohon.



" Minumlah." Jaemin mengulurkan botol minum yang di terima Renjun dalam diam. Pemuda Huang itu meneguknya di bawah tatapan mata Jaemin yang menatapnya teduh.




Jaemin kini memilih duduk di samping Renjun.




" Karna terlalu sibuk berkemas. Aku tak sempat menanyakan tentang nama aslimu."



Crown Prince | Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang