6

4.9K 765 14
                                    



Renjun dan Junkyu menoleh kesana kemari setelah menerima uang dari hasil penjualan kayu bakarnya. Beberapa kali keduanya berdebat karna keinginan yang bertolak belakang. Junkyu yang sangat ingin memakan Gukbap dan sudah sedari tadi merengek lapar. Sedangkan Renjun, ia ingin mencuci mata dengan berjalan-jalan ke Yeongwagwan ( rumah Gisaeng) sebelum berbelanja kebutuhan dapur.


" Injun-aahh. Aku benar-benar lapar- lagipula, apa bagusnya ke rumah bordil itu??" Rengek Junkyu sembari menarik-narik Jeogori  Renjun.

Renjun berdecak kesal.


" Kau tuli ya? Sudah ku katakan kalau disana kita bisa melihat gadis-gadis cantik!" Sentak Renjun.


" Aku tidak tertarik. Aku lapar- Ayolah Injuniee!" Rengek Junkyu kali ini lebih tegas.

Renjun menarik kembali jeogorinya yang masih setia di tarik-tarik oleh Junkyu.




" Kapan kau akan menjadi pria dewasa jika yang kau fikirkan hanya makan dan makan!"


" Ya! Jika tidak makan kita semua bisa mati!" Balas Junkyu sengit karna rasa lapar yang sedari tadi di tahannya sudah tak lagi tertahan.


" Kau benar-benar tidak akan pernah dewasa!" Sentak Renjun dan lagi-lagi kembali menarik jeogori-nya dengan kasar dari Junkyu yang semakin brutal menarik-narik pakaiannya hingga kini keduanya saling terlibat aksi tarik menarik yang terlihat konyol di antara pengunjung pasar yang tengah berlalu lalang.



Bruagh!



" Ya! Ikan-ikanku!"



Renjun dan Junkyu sontak menoleh kaget dan terbelalak ketika melihat banyak ikan yang menggelepar di jalanan setelah sebelumnya wadah tempat ikan itu berada di senggol oleh Renjun.


" Kau! Kalian!" Sang penjual kembali berteriak.


Renjun dan Junkyu saling bertatapan selama satu detik saling menyalahkan sebelum mengambil langkah seribu, berlari cepat saling menjauh satu sama lain. Taktik yang biasa mereka pakai ketika membuat ulah agar si pengejar kebingungan harus mengejar yang mana.


" Ya Kau!"


Renjun menoleh dan mendapati dirinya yang kini di kejar oleh si penjual ikan membuat si pemuda Huang memaki.



" Kenapa harus aku yang di kejar?! Kenapa bukan si bengal itu saja! Sialan!" Umpatnya sembari mempercepat tungkainya menyusuri jalanan yang di padati penduduk Hanyang.



Renjun terus berlari tanpa berniat untuk menoleh lagi kebelakang hingga di sebuah persimpangan tiba-tiba saja ia merasakan tubuhnya melayang di udara. Dan beberapa detik kemudian kakinya sudah kembali menjejak tanah dan Renjun mendapati dirinya sudah berada di lorong yang cukup tersembunyi.



Renjun kaget mendapati jika ada seseorang yang kini dengan entengnya membawa tubuhnya menjauh dari jalanan utama pasar.




" Aaahh sialan!" Serunya sembari berusaha memberontak. Tapi mulutnya segera di bekap oleh tangan yang belum di ketahui pemiliknya itu.




" Diamlah jika tidak ingin tertangkap."




Suara bisikan itu membuat Renjun membeku untuk sesaat lalu setelahnya buru-buru menoleh meskipun setelahnya harus kembali terkejut karna wajahnya dan wajah si penolongnya itu berjarak sangat dekat.




" Doryongnim-" Desisnya.




Si pemuda, yang ternyata putra mahkota itu tersenyum simpul.




" Hai. Akhirnya aku menemukanmu." Sapanya singkat.





Renjun tak langsung membalas karna masih terkejut dengan apa yang terjadi. Tapi ia kembali tersadar saat merasakan perutnya kembali di peluk lebih kuat. Sang putra mahkota membawanya untuk bersembunyi lebih dalam lagi di antara toko-toko yang menjual pakaian. Sebenarnya Renjun jengkel karna pemuda itu terlihat menyeretnya tanpa beban.




Apakah aku seringan itu? Gerutunya di dalam hati.





Setelah keadaan di rasa cukup aman, Renjun segera menggeliat melepaskan diri dari rengkuhan sang putra mahkota.



" Terimakasih telah menyelamatkanku." Ujarnya agak tersengal. Pemuda itu bersusah payah menetralkan detak jantungnya yang menggila sehabis berlarian.




" Kali ini apalagi yang membuatmu harus berlarian di pasar?" Tanya Pangeran Jaemin sembari tersenyum singkat.



" Aku hanya sedang berolahraga." Jawab Renjun tanpa berfikir membuat pangeran Jaemin terkekeh pelan.



" Apakah aku terlihat terlalu mudah di bodohi?" Tanya Pangeran Jaemin membuat Renjun menggaruk kepalanya bingung ingin menjawab apa. Karna alasannya itu benar-benar sangat tidak masuk akal.



" Sudahlah-" Ujar Pangeran Jaemin. " Hey. Aku sudah lama mencarimu."




Renjun mengusak peluhnya yang bercucuran.




" Kenapa tuan muda mencari saya?" Tanyanya acuh.




" Kau melupakan janjimu?" Kening sang putra mahkota berkerut.




Renjun terdiam cukup lama hingga.




" Ah maaf. Saya sedikit melupakannya karna saya fikir tuan muda mungkin saja tidak begitu serius ketika mengajak saya untuk bertemu."




Sang putra mahkota mengangguk paham. Sejujurnya ia juga tak mengerti, kenapa ia harus mengajak pemuda ini untuk kembali bertemu.





" Tidak masalah. Aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh."



Renjun mengerutkan keningnya.




" Kenapa tuan muda harus?"




Pangeran Jaemin mengedikkan bahunya.




" Kau terlihat menyenangkan untuk di ajak berteman."




" Seolma-" Renjun menutup mulutnya.




Pangeran Jaemin menaikkan alisnya.



" Apa?"




" Apakah tuan muda tidak mempunyai teman?" Tanya Renjun dengan tatapan penasaran.



Pangeran Jaemin tertawa pelan, merasa sangat lucu menyaksikan mata serupa rubah itu terbelalak menatapnya.



" Ya. Aku tidak mempunyai siapapun untuk ku jadikan teman. Jadi, maukah kau berteman denganku?"



Tbc...

Crown Prince | Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang