7

5K 743 9
                                    





" Apa yang biasa para bangsawan lakukan jika ingin bermain bersama?"



Pangeran Jaemin menoleh ke belakang, menatap Renjun yang kini juga tengah menatapnya. Putra mahkota Joseon itu sesaat tersenyum simpul sebelum kembali mengarahkan tatapannya ke depan.



" Para bangsawan biasanya tidak suka bermain-main."




Renjun yang tak puas dengan jawaban itu segera menyusul langkah sang pangeran dan berjalan bersisian menyusuri padang ilalang.




" Mana mungkin kalian tidak pernah bermain?" Kepalanya terulur menatap pangeran Jaemin penasaran membuat sang pangeran kembali tersenyum.




" Kami biasa bermain dengan pedang panah dan kuda." Jawab Sang Pangeran membuat Renjun berdecak.



" Dan tuan muda berharap akan bermain panah pedang dan kuda bersamaku?" Tuntut Renjun. Pangeran Jaemin menggeleng.



" Aniyo."



" Lalu kenapa mengajakku berteman?" Renjun semakin tidak mengerti.




Pangeran Jaemin menghentikan langkahnya membuat langkah pemuda Huang itu ikut terhenti. Pangeran Jaemin memutar tubuhnya menghadap ke arah Renjun.




" Berteman bukan berarti harus bermain." Ujarnya dengan senyuman yang masih bermain di bibirnya.  Sebenarnya pangeran Jaemin tidak mengerti dengan pola pikir pemuda manis yang ada di hadapannya itu, kenapa pemuda itu harus berfikir jika ia mengajaknya berteman untuk mengajaknya bermain?




" Aku masih tidak mengerti kenapa tuan muda ingin berteman dengan rakyat jelata seperti-"





" Sssttt!" Belum sempat Renjun melanjutkan ucapannya, Pangeran Jaemin sudah terlebih dahulu membungkamnya lalu menarik pemuda itu untuk bersembunyi di balik bebatuan besar yang di pinggiran jalan setapak yang sedari tadi mereka lalui.




" Ada ap-"




" Ssstt!" Pangeran Jaemin kini menaruh telunjuknya di bibir sang pemuda Huang, membuat pemuda itu kembali bungkam.




Renjun segera menyingkirkan telunjuk itu dari bibirnya dan menatap sang pangeran jengkel.




" Memangnya ada apa?" Bisiknya gusar. Dan jawaban yang di dapatkannya hanya isyarat untuk diam.




Selang beberapa detik setelah keheningan itu terdengar derap langkah kaki kuda dari kejauhan. Renjun menatap Pangeran Jaemin dengan tatapan bertanya, tapi sang pangeran masih bungkam.



Derap langkah kaki kuda itu semakin jelas terdengar membuat pangeran Jaemin meraih kepala Renjun agar merunduk lebih dalam.





Semoga bukan pasukan patroli atau anggota kerajaan. Harap pangeran Jaemin di dalam hati. Karna ia tidak ingin ketenangannya terusik dengan basa basi jika si rombongan berkuda mengenalinya. Atau si rombongan berkuda tak mengenalinya, akan tetapi tetap berhenti untuk menanyai tentang alasan keberadaannya di pinggiran hutan perbatasan Hanyang itu.





Harapan sang Pangeran agar rombongan berkuda itu segera berlalu tampaknya tak terwujud karna rombongan berkuda tersebut berhenti tak jauh dari persembunyiannya dan Renjun.





Pangeran Jaemin segera mengintip untuk memastikan siapa rombongan berkuda tersebut dengan hati-hati agar tidak ketahuan.




" Bukan dari keluarga bangsawan ataupun prajurit kerajaan." Lirihnya setelah melihat pakaian yang di kenakan rombongan berkuda itu. Jelas pangeran Jaemin berfikir jika orang yang mampu memiliki kuda hanyalah kelompok-kelompok dari kalangan bangsawan dan anggota kerajaan. Tapi demi di lihatnya rombongan berkuda itu memakai pakaian seperti rakyat kalangan bawah, menimbulkan tanda tanya besar di kepalanya.





Crown Prince | Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang