" Desamu berada sangat jauh dari sini. Bagaimana jika kita bermalam disini saja?" Ujar pangeran Jaemin sembari menghentikan tungkainya yang sudah di paksakannya untuk berlari sejauh belasan kilometer dari sarang perampok itu.
Berkat usaha pangeran Jaemin yang berusaha merusak palang kunci kerangkeng itu, akhirnya keduanya bebas tanpa ketahuan karna para perampok itu tengah berpesta sembari bermabuk-mabukan karna kelompok mereka yamg lain berhasil menjarah sebuah desa dan mendapatkan hasil jarahan yang lumayan banyak.
Dengan tubuh lemah Renjun di dalam gendongannya, Pangeran Jaemin berlari sejauh mungkin untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Ia benar-benar tak takut jika harus berhadapan dengan puluhan perampok itu. Tapi ia juga tak bisa mengancam keselamatan Renjun karna tindakan gagah beraninya itu.
" Apakah mereka bisa menyusul jika kita berhenti sekarang?" Tanya Renjun lirih di telinga Pangeran Jaemin yang kini sedang berusaha memperbaiki posisinya di punggung sang pangeran.
Pangeran Jaemin menggeleng.
" Kita sudah sangat jauh dari sarang mereka." Jawabnya.
" Kalau begitu turunkan aku." Jawab Renjun yang langsung di lakukan dengan hati-hati oleh sang pangeran.
" Berbaringlah disini sebentar. Akan ku carikan makanan untuk kita." Ujar pangeran Jaemin setelah memastikan Renjun berbaring dengan nyaman di antara akar pepohonan.
Renjun hanya mengangguk lemah membuat sang pangeran segera berlalu untuk mencari segala sesuatu yang bisa di makan oleh dirinya dan Renjun.
*
*
*" Minumlah terlebih dahulu." Pangeran Jaemin memangku tubuh Renjun lalu membantunya untuk meminum air dari wadah daun yang yang di buatnya kerucut itu.
Setelah membaringkan kembali tubuh si pemuda Huang, pangeran Jaemin menyodorkan beberapa buah-buahan hutan yang bisa di dapatkannya kepada Renjun.
" Makanlah ini selagi aku membuat tempat beristirahat yang nyaman untuk kita." Ujar pangeran Jaemin. Tanpa mengatakan sepatah katapun, Renjun mengambil salah satu buah hutan itu dan langsung memakannya. Pemuda itu meskipun miskin, tapi ia tidak pernah sekalipun merasakan kelaparan seperti sekarang ini. Tubuhnya yang sakit dan kelaparan membuat pemuda bengal itu menjadi tak berdaya.
Setelah menghabiskan beberapa buah. Renjun merasakan tubuhnya membaik dan sedikit lebih bugar. Sebelumnya Renjun merasa tak mampu menggerakkan tubuhnya, tapi kini ia mampu beringsut dan bersandar ke batang pohon besar tempat dimana pangeran Jaemin membaringkannya.
Di dalam kegelepan dengan bias-bias cahaya rembulan yang menembus rimbunnya pepohonan di tengah hutan, Renjun mengawasi kegiatan pangeran Jaemin yang kini tengah sibuk menata rumput dan belukar yang mampu di kumpulkannya lalu menumpuknya di bawah sebuah pohon untuk di jadikan alas tidur.
Kemarahan Renjun kepada pemuda bangsawan itu sedikit menyurut setelah menyadari semua usaha yang di lakukan sang pemuda itu untuknya. Tentu saja Renjun tak akan memikirkan fakta jika sebenarnya akar masalah itu adalah dirinya sendiri. Jika bukan karna dirinya yang di sandera oleh Daesik si perampok itu, pangeran Jaemin mungkin sudah menghabisi seluruh perampok itu dengan pedang-pedang pendeknya.
" Apakah kamu sudah merasa lebih baik?"
Renjun terkejut dan seketika mendongak ketika sang pangeran tiba-tiba saja sudah berada di hadapannya.
" Mm. Ye." Jawabnya pelan.
" Apakah kamu ingin aku bantu berdiri atau-?"
" Bantu saja aku berdiri." Potong Renjun.
Pangeran Jaemin mengangguk lalu kini ia berjongkok untuk membantu Renjun berdiri dan memapahnya ke tumpukan rumput dan belukar yang akan di jadikannya alas tidur itu.
" Beristirahatlah."
Renjun menatap si pemuda berpakaian bangsawan tanpa heuklip yang kini tengah bersandar tak jauh dari tempatnya berbaring itu.
" Kau tak ingin beristirahat juga?" Meskipun rasa kesal masih tersisa di hatinya, tapi Renjun yakin, pasti pemuda itu sangat lelah sekarang.
" Aku akan beristirahat disini. Kamu tidurlah agar kita bisa melanjutkan perjalanan di pagi harinya."
Renjun akhirnya memilih untuk diam dan berusaha untuk memejamkan matanya yang memang sudah sangat berat itu. Pemuda itu memeluk dirinya sendiri agar tak begitu merasakan dinginnya udara malam di tengah hutan belantara.
Semua yang Renjun lakukan tak lepas dari pengawasan mata tajam sang pangeran. Pangeran Jaemin membuka ikatan tali hanboknya lalu melepaskan pakaiannya itu menyisakan Jeogori putih yang membalut tubuhnya. Sang putra mahkota segera bangkit mendekati Renjun, lalu menyelimutkan hanboknya kepada si pemuda yang di ketahuinya bermarga Hwang itu sebelum kembali ke tempatnya semula.
*
*
*Renjun terbangun di tengah kenyamanan tidurnya di karnakan riuhnya kicauan burung yang tengah menyambut datangnya pagi.
Pemuda itu menggeliat, lalu mengeluh setelah merasakan tubuhnya yang masih terasa sakit akibat di injak-injak perampok kurang ajar itu.
" Eh. Hanbok siap-" Renjun segera menoleh mencari keberadaan si pemilik hanbok yang ternyata masih tertidur dengan bersandar ke batang pohon itu.
" Astaga. Si bodoh itu melepaskan hanbok mahalnya untuk menyelimutiku- Tapi terserahlah. Pantas saja tidurku nyaman. Ternyata hanbok sutra ini penyebabnya." Racaunya sembari memeluk Hanbok milik pangeran Jaemin yang masih berbau sangat harum itu.
" Andai aku bisa memakai hanbok mahal ini." Ujarnya sembari membayangkan dirinya memakai hanbok sutra seperti milik si pemuda bangsawan. Pasti aku akan sangat tampan dan para gadis pasti akan tergila-gila padaku, fikirnya.
Tapi semua fikiran itu segera buyar setelah sadar dimana ia tengah berada sekarang. Pemuda itu buru-buru bangkit duduk.
" Astaga! Abeoji dan tuan Kim pasti akan sangat khawatir!" Serunya. " Aku tidak perlu menyebutkan si bodoh Junkyu itu karna pasti dia tengah menangis seperti bayi sekarang karna aku tak kunjung pulang." Dengusnya setelahnya.
" Ada apa?"
Renjun segera menoleh dan mendapati pangeran Jaemin kini tengah menatapnya dengan tangan mengusak wajahnya yang terlihat masih mengantuk itu.
" Astaga! Sejak kapan kau bangun??"
" Baru saja, saat kamu berteriak. Ada apa?"
" Ayahku pasti sangat khawatir.."
Pangeran Jaemin mengangguk, lalu pemuda itu segera bergerak bangkit di ikuti oleh tatapan mata Renjun.
" Kalau begitu, ayo. Kita harus melanjutkan perjalanan. Tidak jauh dari sini ada sungai. Aku akan mengobati lukamu disana." Ujar Pangeran Jaemin sembari mengulurkan tangannya kepada Renjun. Renjun mengangguk lalu menyambut uluran tangan sang pangeran dan berdiri.
" Aughh! Sakitnya! Aku bersumpah akan menginjak-injak balik tubuh perampok-perampok sialan itu!" Seru Renjun sembari memegangi pinggangnya yang sakit.
" I-ini pakaianmu. Terimakasih karna sudah meminjamkannya untukku." Renjun menyodorkan hanbok pangeran Jaemin dengan ragu.
" Kamu bisa memilikinya jika kamu suka."
" JINJJA?!"
TBC..
Dahlah. Akibat memaksakan apdet. Jadi begini doang hasilnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Crown Prince | Jaemren ✔
Historical FictionWelcome to: 20th My Jaemren Fanfic " Crown Prince " Ps. Foto cover nyolong di pint.. Start : Sabtu 3 Juli 2021 Finish : Senin 23 Januari 2023